Angela
IndoForum Addict A
- No. Urut
- 88
- Sejak
- 25 Mar 2006
- Pesan
- 41.622
- Nilai reaksi
- 23
- Poin
- 0
dokpri
Assalamu'alaikum warahmatullahi
Pukih, Kupa, Cermai, Honje.
Di antara kita, tentu ada yg memiliki kenangan tersendiri dengan salah satu tipe buah di atas. Atau justru ada yg belum pernah tahu & merasakan sama sekali gimana rasanya? Jika iya, yuk simak ulasan ringan ala saya mengenai buah-buahan tadi.
1. Pukih
Spoiler for Poto Pukih:
Buah yg satu ini memiliki banyak nama. Saya mengetahui fakta ini dari komentar-komentar teman-teman FB. Setahun lalu, saya pernah posting foto ini di FB. Dan di luar dugaan, responnya begitu positif. Salah satunya, banyak dari teman-teman yg memberi informasi, bahwa di tempat tinggal mereka pukih itu namanya ini ini ini ini.
Misalnya, teman saya yg di Bogor bilang, kalau pukih di tempat dia biasa disebut Nam-Nam. Lantas, ada lagi yg cukup menciptakan saya terkejut, di daerah tertentu disebut Kopi Anjing. Heem lumayan extrime ya namanya untuk daerah ini.
Pukih memiliki batang pohon yg keras. Berbeda dengan pohon-pohon kebanyakan, yg bercabang ke sana kemari, pukih tidak. Daunnya berukuran sedang. Bila berbuah, biasanya bergerombol di sela-sela bunganya. Rasanya? Aduhaaii ... masam sekali. Bikin liur menetes. Buah yg masih muda berwarna hijau pekat. Semakin tua, warna kulit akan memudar & akhirnya menguning. Nah, saat benar-benar matang itulah rasanya enggak seutuhnya masam. Sedikit ada manis-manisnya gitu. Tapi tetap, yg dominan si masam itu. Saat kita membelah pukih, akan kita temukan satu biji akbar bercokol di tengah buah. Warna dalam buah, putih. Permukaan luar pukih sendiri, seperti bercorak.
Dari bertubi-tubi komen yg menghunjam, ealah, kebanyakan mereka pada kangen makan buah ini. Sayang, sekarang agak sulit menemukan pukih itu sendiri.
2. Kupa
kupa
Bentuknya bulat ungu layaknya anggur. Hanya saja lebih sedikit besar. Siapa coba yg enggak tertarik. Sama seperti saya dulu ketika perdana kali makan. Lagaknya saja seperti yg akan habis satu tangkai. Eh, pas udah digigit, ampun jendral. Masam! Kayak kenangan bareng kang mantan.
Kupa memiliki nama berbeda di tiap daerah. Ada yg menamainya gowok (kayak satu tradisi kuno, ya, namanya Hehee). Di tempat saya tinggal disebut kupa. Tapi, saya lebih suka menyebutnya anggur kampung.
Kupa memiliki daging buah berwarna putih. Mirip seperti anggur, namun lebih pekat. Anggur cenderung transparan. Pohon kupa tumbuh menjulang tinggi. Saya pernah menjumpai pokok kupa ketika berkunjung ke rumah teman, yg kebetulan berada di pegunungan (padahal rumah saya sudah termasuk kawasan kaki gunung, kalau mau ke rumah teman saya, harus naik lagi. Bisa dibayangkan tempatnya seperti apa, 'kan?). Saat berbuah, kupa menggerombol layaknya anggur. Enggak salah kan, kalau saya bilang di awal tadi, kupa adalah anggur hitam?! hehhee. Hanya berbeda di pohon saja kedua buah itu.
Kupa selain dimakan seperti biasanya kita makan buah, di tempat kami, sering dijadikan rujak. Rujak buah lebih tepatnya. Banyak peminatnya meski dengan menetes-netes air liur. Campuran antara pedas & masam juga manis gula.
3. Cermai
cermai
Agan sista pesayang buah Cermai mana suaranya? Kapan terakhir kali makan buah ini kalau boleh tahu? Saya? Saat SMP. Ketika pohon Cermai di depan rumah nenek belum ditebang. Sebetulnya saya merasa sayang, salah apa coba si pohon Cermai itu hingga harus ditumbangkan. Walau pun rasanya amat lah menciptakan mata merem melek saat memakannya, tetap saja bagi saya itu salah satu buah fenomenal. Sekarang malah sulit ditemukan.
cermai
Cermai memiliki bentuk yg imut. Bila sudah matang, berwarna kuning transparan. Karena rasanya yg sungguh masam, Cermai lebih enak dimakan bila sudah berubah jadi manisan. Duh, jadi mau manisannya.
Pohon Cermai termasuk ke dalam tumbuhan perdu. Batangnya sedang. Saya belum pernah menemukan batang Cermai yg berdiameter sepelukan orang dewasa. Pohon yg di depan rumah nenek, batangnya cuma sebetis orang dewasa. Berbuah di tiap dahannya ada juga di pokok pohonnya. Daunnya lonjong kecil. Seperti daun belimbing wuluh. Jika berbuah, pohon Cermai terlihat cantik dengan rimbunnya buah yg bergerombol.
4. Honje
dokpri
Buah yg satu ini emang enggak semua orang tahu & suka. Saya sendiri pernah makan cuma dua kali kalau tak salah ingat. Itu pun sudah lama sekali. Honje merupakan buah dari pohon honje. Sebelum jadi buah, honje ini berupa kembang berwarna merah muda gitu. Dan kembang itu sendiri biasa kita tahu dengan nama, kecombrang. Kecombrang seringkali dibuat lalapan pecel. Saya bahagia banget sama pecel toping kecombrang. Biasanya daerah Kroya yg kerap pakai toping begitu. Belinya di atas kereta yg sesak oleh penumpang. Kecombrang juga sedap dibuat sambal. Cocol nasi hangat. Sedangkan honje sendiri, paling banter kami buat campuran rujak manis. Buah honje memiliki biji yg kecil-kecil hitam di dalamnya. Penasaran rasanya gak? Kuy ... cari di kebon atau hutan terdekat. Honje mudah sekali tumbuh. Di daerah apapun dia sanggup hidup. Di tempat asal saya masih mudah ditemukan & masih sering dibuat rujakan. Kalau ada honje, rasanya lebih nendang.
honje
Dari keempatnya, kira-kira paling masam yg mana, ya, versi Gansist?
Saya, sih, yg nomor 4. Berbagi pengalaman masam yuk di ko-kom.
Semasam apapun keempat buah tadi, saya rasa lebih masam rona muka saat tahu bahwa si dia berpaling hati, eh.
Saya rirandara, pamit dulu. Sampai jumpa kembali di thread selanjutnya.
Assalamu'alaikum warahmatullahi
Pukih, Kupa, Cermai, Honje.
Di antara kita, tentu ada yg memiliki kenangan tersendiri dengan salah satu tipe buah di atas. Atau justru ada yg belum pernah tahu & merasakan sama sekali gimana rasanya? Jika iya, yuk simak ulasan ringan ala saya mengenai buah-buahan tadi.
1. Pukih
Spoiler for Poto Pukih:
dokpri
Buah yg satu ini memiliki banyak nama. Saya mengetahui fakta ini dari komentar-komentar teman-teman FB. Setahun lalu, saya pernah posting foto ini di FB. Dan di luar dugaan, responnya begitu positif. Salah satunya, banyak dari teman-teman yg memberi informasi, bahwa di tempat tinggal mereka pukih itu namanya ini ini ini ini.
Misalnya, teman saya yg di Bogor bilang, kalau pukih di tempat dia biasa disebut Nam-Nam. Lantas, ada lagi yg cukup menciptakan saya terkejut, di daerah tertentu disebut Kopi Anjing. Heem lumayan extrime ya namanya untuk daerah ini.
Pukih memiliki batang pohon yg keras. Berbeda dengan pohon-pohon kebanyakan, yg bercabang ke sana kemari, pukih tidak. Daunnya berukuran sedang. Bila berbuah, biasanya bergerombol di sela-sela bunganya. Rasanya? Aduhaaii ... masam sekali. Bikin liur menetes. Buah yg masih muda berwarna hijau pekat. Semakin tua, warna kulit akan memudar & akhirnya menguning. Nah, saat benar-benar matang itulah rasanya enggak seutuhnya masam. Sedikit ada manis-manisnya gitu. Tapi tetap, yg dominan si masam itu. Saat kita membelah pukih, akan kita temukan satu biji akbar bercokol di tengah buah. Warna dalam buah, putih. Permukaan luar pukih sendiri, seperti bercorak.
Dari bertubi-tubi komen yg menghunjam, ealah, kebanyakan mereka pada kangen makan buah ini. Sayang, sekarang agak sulit menemukan pukih itu sendiri.
2. Kupa
kupa
Bentuknya bulat ungu layaknya anggur. Hanya saja lebih sedikit besar. Siapa coba yg enggak tertarik. Sama seperti saya dulu ketika perdana kali makan. Lagaknya saja seperti yg akan habis satu tangkai. Eh, pas udah digigit, ampun jendral. Masam! Kayak kenangan bareng kang mantan.
Kupa memiliki nama berbeda di tiap daerah. Ada yg menamainya gowok (kayak satu tradisi kuno, ya, namanya Hehee). Di tempat saya tinggal disebut kupa. Tapi, saya lebih suka menyebutnya anggur kampung.
Kupa memiliki daging buah berwarna putih. Mirip seperti anggur, namun lebih pekat. Anggur cenderung transparan. Pohon kupa tumbuh menjulang tinggi. Saya pernah menjumpai pokok kupa ketika berkunjung ke rumah teman, yg kebetulan berada di pegunungan (padahal rumah saya sudah termasuk kawasan kaki gunung, kalau mau ke rumah teman saya, harus naik lagi. Bisa dibayangkan tempatnya seperti apa, 'kan?). Saat berbuah, kupa menggerombol layaknya anggur. Enggak salah kan, kalau saya bilang di awal tadi, kupa adalah anggur hitam?! hehhee. Hanya berbeda di pohon saja kedua buah itu.
Kupa selain dimakan seperti biasanya kita makan buah, di tempat kami, sering dijadikan rujak. Rujak buah lebih tepatnya. Banyak peminatnya meski dengan menetes-netes air liur. Campuran antara pedas & masam juga manis gula.
3. Cermai
Agan sista pesayang buah Cermai mana suaranya? Kapan terakhir kali makan buah ini kalau boleh tahu? Saya? Saat SMP. Ketika pohon Cermai di depan rumah nenek belum ditebang. Sebetulnya saya merasa sayang, salah apa coba si pohon Cermai itu hingga harus ditumbangkan. Walau pun rasanya amat lah menciptakan mata merem melek saat memakannya, tetap saja bagi saya itu salah satu buah fenomenal. Sekarang malah sulit ditemukan.
Cermai memiliki bentuk yg imut. Bila sudah matang, berwarna kuning transparan. Karena rasanya yg sungguh masam, Cermai lebih enak dimakan bila sudah berubah jadi manisan. Duh, jadi mau manisannya.
Pohon Cermai termasuk ke dalam tumbuhan perdu. Batangnya sedang. Saya belum pernah menemukan batang Cermai yg berdiameter sepelukan orang dewasa. Pohon yg di depan rumah nenek, batangnya cuma sebetis orang dewasa. Berbuah di tiap dahannya ada juga di pokok pohonnya. Daunnya lonjong kecil. Seperti daun belimbing wuluh. Jika berbuah, pohon Cermai terlihat cantik dengan rimbunnya buah yg bergerombol.
4. Honje
dokpri
Buah yg satu ini emang enggak semua orang tahu & suka. Saya sendiri pernah makan cuma dua kali kalau tak salah ingat. Itu pun sudah lama sekali. Honje merupakan buah dari pohon honje. Sebelum jadi buah, honje ini berupa kembang berwarna merah muda gitu. Dan kembang itu sendiri biasa kita tahu dengan nama, kecombrang. Kecombrang seringkali dibuat lalapan pecel. Saya bahagia banget sama pecel toping kecombrang. Biasanya daerah Kroya yg kerap pakai toping begitu. Belinya di atas kereta yg sesak oleh penumpang. Kecombrang juga sedap dibuat sambal. Cocol nasi hangat. Sedangkan honje sendiri, paling banter kami buat campuran rujak manis. Buah honje memiliki biji yg kecil-kecil hitam di dalamnya. Penasaran rasanya gak? Kuy ... cari di kebon atau hutan terdekat. Honje mudah sekali tumbuh. Di daerah apapun dia sanggup hidup. Di tempat asal saya masih mudah ditemukan & masih sering dibuat rujakan. Kalau ada honje, rasanya lebih nendang.
Dari keempatnya, kira-kira paling masam yg mana, ya, versi Gansist?
Saya, sih, yg nomor 4. Berbagi pengalaman masam yuk di ko-kom.
Semasam apapun keempat buah tadi, saya rasa lebih masam rona muka saat tahu bahwa si dia berpaling hati, eh.
Saya rirandara, pamit dulu. Sampai jumpa kembali di thread selanjutnya.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh
Hari ini 03:47