• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Mengenang Kejayaan Kaset Pita, Rilisan Album Fisik yg Kini ditelan Zaman

Angela

IndoForum Addict A
No. Urut
88
Sejak
25 Mar 2006
Pesan
41.367
Nilai reaksi
23
Poin
0
Mengenang Kejayaan Kaset Pita, Rilisan Album Fisik yg Kini ditelan Zaman


Saat ini para musisi Indonesia lebih mudah memasarkan karyanya karena dunia teknologi sudah maju dengan adanya media platforn streaming atau pun dapat langsung di upload di Youtube bagi mereka yg doyan cover lagu. Meski demikian, rilisan fisik masih tetap ada walaupun peminatnya sudah tak sebesar dulu lagi. Namun untuk seniman luar negeri seperti Korea & Jepang, rilisan fisik dalam bentuk CD masin banyak peminatnya karena memiliki nilainya tersendiri. Bagi mereka yg beli CD, yg diincar bukanlah mendengarkan musiknya karena toh sudah sangat mudah untuk mengaksesnya di media streaming, melainkan untuk mengoleksinya.

Selain CD, dulu media untuk menyimpan & menjual album adalah dalam bentuk kaset pita. Kini tentunya sudah tak ada lagi kaset pita baru yg dijual. Diketahui, di Indonesia kaset pita terakhir kali beredar pada 2008. Ketika Peterpan merilis album Sebuah Nama Sebuah Cerita.

Kaset Pita

Mengenang Kejayaan Kaset Pita, Rilisan Album Fisik yg Kini ditelan Zaman


Kaset Pita perdana kali diperkenalkan pada 1963 oleh Philips sebagai pengganti piringan hitam. Harga produksinya yg lebih murah memungkinkan industri musik untuk menjual karya lebih banyak menjangkau kalangan. Di era 70an, kaset mulai jadi biasa di industri musik hingga era 90an. Sedangkan di era 2000an, kaset berbarengan dengan CD jadi media yg sangat populer sebagai penjualan album musik. Penggunaan kaset kian populer seiring dengan munculnya Walkman di era 90an.

Sedangkan di Indonesia, kaset jadi hal yg biasa sebelum zaman digital. Bahkan pembajakan kaset kala itu juga tumbuh pesat hingga para musisi bekerja keras untuk mencegah pembajakan tersebut. Di era kejayaan kaset di Indonesia, harga CD juga dinilai lebih mahal & dianggap menyasar kalangan menengah ke atas.

Ada empat tipe kaset yg sempat beredar namun cuma tiga yg benar-benar bertahan lama. Yaitu:

Tipe I, disebut juga pita ferro. Kaset tipe ini terbuat dari film plastik berjenis poliester & dengan lapisan magnetij. Mengpakai bahan dasar gamma ferric oksida atau Fe2O3, tipe ini paling sering diedarkan sebagai kaset kosong untuk berbagai keperluan. Selanjutnya tipe II disebut juga dengan kaset tipe chrome & memiliki kualitas rekaman yg lebih baik. Tipe III tidak bertahan lama & yg paling baik kualitasnya adalah tipe IV yg terbuat dari partikel logam metal.

Kaset Pita di Indonesia

Mengenang Kejayaan Kaset Pita, Rilisan Album Fisik yg Kini ditelan Zaman


Di era 50an merupakan awal industri musik tanah air & mulai muncul perusahaan rekaman milik pemerintah. Di era tersebut tentu saja mengpakai piringan hitam & cuma orang-orang kaya yg sanggup membelinya. Barulah di era 70an, kaset mulai populer. Perusahaan rekaman bernana Remaco mengalami kerugian karena pembajakan piringan hitam yg disalin ke dalam kaset. Namun Remaco segera memproduksi kaset & sejak saat itu kaset semakin banyak beredar di Indonesia.

Hingga di era 80an, piringan hitam semakin terkikis.

Kaset pita yg dulu dipakai memiliki dua side. Side A & side B, ketika kita membeli kaset baru berupa album musik. Yang perdana kali dapat diputar adalah side A, & ketika side A selesai diputar, maka kita harus membaliknya ke side B & putar lagi.

Dulu pada umumnya para artis, perusahaan rekaman, atau musisi dapat menyisipkan 9 hingga 12 lagu dalam satu kaset. Major label yg sudah besae akbar memesan pembuatan kaset supaya dipaskan dengan jumlah lagu supaya tak ada bagian yg kosong.

Kaset yg terbuat dari pita ini harus disimpan dengan hati-hati karena mudah kusut apabila kita iseng menyentuh bagian pitanya, apalagi sudah dijangkau oleh anak-anak.

Bajakan vs Original

Mengenang Kejayaan Kaset Pita, Rilisan Album Fisik yg Kini ditelan Zaman


Di era 2000an, harga kaset album musik original adalah sekitar 15 hingga 20 ribu rupiah. Ane masih ingat sodara ane saat itu beli album Dewa 19 yg Cintailah Cinta sekitar 2003 harganya kalau tidak salah 18 atau 20 ribuan. Sedangkan untuk kaset bajakan, harganya cuma 5 ribu perak dengan kualitas seadanya. Dulu sih ane lihat kaset bajakan ini suka nangkring di pinggir jalan seperti DVD bajakan & dapat dicoba dulu sebelum dibeli karena tak ada segelnya.

Untuk yg original, kemasannya pun lebih berkualitas & di dalamnya ada booklet eksklusif berupa ucapan terima kasih musisi, gambar, & tentunya lirik lagu. Hal inilah yg memberikan kesan eksklusif bagi para penikmat musik saat itu.


Penurunan Popularitas
Mengenang Kejayaan Kaset Pita, Rilisan Album Fisik yg Kini ditelan Zaman



Band era 2000an seperti Peterpan, jadi salah satu pelaku industri musik Indonesia yg merasakan masa akhir kejayaan kaset. Karena di era 2000an penggunaan kaset sudah mulai berkurang & beralih ke CD yg harganya sudah mulai terjangkau. Sejak 2006-2008 kaset mulai menghilang di Indonesia. Terlebih, pemutar media digital seperti MP3 pemain mulai menjamur & lebih praktis.

Bahkan di 2010an CD juga penjualannya menurun walaupun masih bertahan hingga sekarang.

Nah, gimana gan? Ceritakan pengalaman agan tentang kaset di sini.
emoticon-Big Grin


Referensi:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pita_kaset Hari ini 16:03
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.