• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Makna Filosofis di Balik Kelezatan Rendang yg Menggugah, Berikut Penjelasannya!

Angela

IndoForum Addict A
No. Urut
88
Sejak
25 Mar 2006
Pesan
41.663
Nilai reaksi
23
Poin
0
Makna Filosofis di Balik Kelezatan Rendang yg Menggugah, Berikut Penjelasannya!


Hai Semua!

emoticon-Hai


Sebagai orang Minangkabau, ane tentu bangga sekali dengan popularitas adat & budaya Minang yg mulai mendunia, salah satunya adalah popularitas randang atau rendang yg bahkan sudah hingga ke bumi Eropa & Amerika. Hal ini tak luput dari prestasi rendang sebagai makanan paling enak nomor satu di dunia versi CNN International tahun 2011.

Di Indonesia rendang termasuk ke dalam satu dari lima sajian nasional Indonesia. Jadi nggak heran kalau rendang pasti ada dari Sabang hingga ke Merauke. Lebih tepatnya sering & pasti ada di seluruh rumah makan Padang di Nusantara. Hal ini pulalah yg menciptakan warga Indonesia dapat mencicipi cita rasa rendang yg khas (tapi belum tentu otentik seperti yg dimasak oleh koki di daerah asalnya) dengan mudah.

Di Asia Tenggara sendiri entitas rendang lumayan populer. Makanan ini dapat ditemukan di Malaysia khususnya di Negeri Sembilan, di Singapura, Brunei, & Thailand. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan orang Minangkabau yg gemar merantau sejak zaman dahulu. Mereka tak cuma datang membawa badan ke negeri orang, tetapi juga budaya & adat istiadat. So nggak heran kalau kita melihat ada kemiripan budaya & adat antara Minangkabau secara spesifik & Melayu secara biasa dengan budaya masyarakat di negara-negara yg disebut di atas.

Oke, kembali ke rendang.

Makna Filosofis di Balik Kelezatan Rendang yg Menggugah, Berikut Penjelasannya!


Bagi masyarakat Minangkabau, rendang bukanlah sekadar makanan. Rendang adalah bukti diri & warisan budaya yg harus dijaga kemurnian & keluhutannya. Konon katanya rendang sudah ada sejak era Raja Adityawarman berkuasa. Tak cuma sebagai santapan para pemuka daerah, tetapi juga jadi lauk sehari-hari masyarakat Minang karena rendang dapat tahan dalam suhu ruangan untuk jangka waktu yg lama. Hal ini menciptakan para perantau Minang yg dulunya berpergian dengan cara berlayar di laut & sungai-sungai, menjadikan rendang sebagai bekal perjalanan.

Lantas kemudian rendang terus berkembang hingga akhirnya keberadaannya dikukuhkan dalam adat. Hal ini tergambarkan dalam makna filosofis rendang yg sangat luar biasa dalam. Kita semua tahu bahwa proses pembuatan rendang sangat tidak mudah. Butuh bahan yg banyak dengan takaran yg seimbang serta waktu pembuatan yg lumayan lama, sekitar 3-4 jam. Bahkan ada pula kiat-kiat & aturan-aturan dalam memasaknya untuk menghasilkan cita rasa rendang yg otentik.

Nah, kerumitan dari bahan & proses pembuatannya ini ternyata erat kaitannya dengan struktur adat di Minangkabau. Berikut ane jelaskan maknanya satu per satu.

Daging

Makna Filosofis di Balik Kelezatan Rendang yg Menggugah, Berikut Penjelasannya!


Daging atau dagiang merupakan bahan pokok & utama dalam pembuatan rendang. Daging yg dipilih haruslah yg bagus kualitasnya. Biasanya paling dianjurkan untuk memasak bagian paha & betis sapi. Kualitas daging dapat jadi patokan berhasil atau gagalnya sebuah rendang.

Secara filosofis, dagiang menggambarkan fungsi niniak mamak di kehidupan adat Minangkabau. Niniak mamak adalah kepala atau pemuka suatu suku. Fungsi & kedudukan niniak mamak sangat penting & sakral. Ia adalah tonggak utama dalam adat Minangkabau, seperti halnya daging dalam rendang. Kedudukan niniak mamak sangat tinggi. Ibarat kata, ditinggikan seranting didahulukan selangkah. Ia pemegang tampuk keputusan di bawah musyawarah & mufakat, & ia juga bertanggungjawab untuk mendidik anak & kemenakannya.

***

Santan

Makna Filosofis di Balik Kelezatan Rendang yg Menggugah, Berikut Penjelasannya!


Tak ada rendang tanpa santan, inilah yg menciptakan santan sebagai bahan pokok kedua dalam rendang. Santan berfungsi sebagai jembatan rasa yg menghubungkan antara daging dengan rempah lainnya, sehingga dibutuhkan santan murni berkualitas tinggi untuk menghasilkan rendang yg sempurna.

Orang Minang percaya kalau santan yg dipetik oleh baruak (beruk/monyet) sangat bagus untuk rendang dibandingkan santan siap jadi yg dibeli secara kiloan di pasar. Soalnya baruak sudah dilatih untuk memilih kelapa yg benar-benar masak & layak dipakai untuk rendang (bahkan di Kota Pariaman ada akademi spesifik yg melatih para beruk pengambil kelapa). Kalau yg kiloan kadang dicampur dengan santan kelapa yg masih menguning atau belum sempurna masaknya.

Dalam rendang, kelapa dimaknai sebagai kehadiran cadiak pandai atau kaum cerdas terpelajar di Minangkabau. Orang Minang terkenal sebagai intelektual yg kritis, sehingga dalam adat & keseharian masyarakat, cadiak pandai sangat dibutuhkan eksistensinya sebagai jembatan antara niniak mamak, alim ulama, & kaum masyarakat Minang, sama halnya seperti santan yg jadi jembatan rasa antara daging dengan rempah.

***

Cabai

Makna Filosofis di Balik Kelezatan Rendang yg Menggugah, Berikut Penjelasannya!


Orang Minang suka masakan pedas sehingga keberadaan cabai atau lado sangat penting dalam masakan Minang. Pun dengan rendang. Rendang yg sempurna mengpakai cabai kualitas tinggi yg digiling halus dengan tangan & dengan takaran yg pas. Menambahkan cabai yg asal-asalan akan menciptakan rendang berubah rasa.

Cabai diasosiasikan sebagai keberadaan alim ulama di tengah masyarakat Minang. Sebagai daerah yg menjunjung falsafah adat basandi syara', syara' basandi kitabullah, adat jo syara' sanda manyanda, kehadiran alim ulama sangat dibutuhkan. Adat & syari'at Islam tidak boleh bertentangan, itulah kenapa dalam perumusan hukum adat alim ulama sering dilibatkan untuk menilai baik buruknya aturan tersebut menurut syariat. Alim ulama juga berfungsi sebagai mubaligh yg menyampaikan petuah agama kepada masyarakat, supaya masyarakat sering berpegang teguh pada akidah & syariat.

***

Rempah-Rempah

Makna Filosofis di Balik Kelezatan Rendang yg Menggugah, Berikut Penjelasannya!


Rempah dalam rendang sangat beragam. Ada kunyit, serai, daun jeruk, daun salam, bawang merah, bawang putih, lengkuas, laos, temulawak, & rempah lainnya. Semua rempah ini biasa disebut dengan istilah pamasak. Walau sudah banyak brand atau produsen yg memasarkan bumbu rendang instan, tetapi tetap saja penggunaan rempah alami yg diolah secara manual lebih ditekankan. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan rasa rendang yg otentik & memiliki ciri khas, karena memang rendang di tiap daerah Minangkabau memiliki khas rasa masing-masing.

Rempah-rempah dalam rendang diumpamakan sebagai seluruh lapisan masyarakat Minangkabau. Kehadiran masyarakat sangat penting karena jadi syarat berdirinya suatu korong atau kampung, & jadi tolak ukur para tigo tungku sajarangan (niniak mamak, alim ulama, & cadiak pandai) dalam merumuskan hukum & aturan.

Makna Filosofis di Balik Kelezatan Rendang yg Menggugah, Berikut Penjelasannya!


Ketika seluruh bahan-bahan rendang di atas dibaurkan jadi satu lalu dimasak dengan sempurna, maka tergambarkanlah sistem musyawarah & mufakat yg khas di Minangkabau. Aturan yg berlaku di Minangkabau tak cuma dirumuskan oleh para petinggi adat, alim ulama, & para cerdikiawan, tetapi juga dengan melibatkan suara masyarakat. Istilahnya, "titiak dari ateh, tabasuik dari bumi, bulek aia dek pambuluah, bulek kato dek mufakaik." Artinya: titik dari atas, terbersit dari bumi, bulat air karena pembuluh, bulat mengatakan karena mufakat."

Selain itu, proses pencampuran bumbu-bumbu rendang juga menggambarkan asas kekeluargaan & gotong-royong yg sudah berlaku sejak dulu kala. Sayang sekali pengimplementasian asas-asas tersebut sudah semakin tergerus oleh zaman. Dahulu setiap seseorang akan membangun rumah gadang, maka seluruh masyarakat di desa itu beserta anggota kaum tersebut akan bekerja sama untuk membangunnya. Sekarang tradisi itu sudah tidak ada, digantikan oleh tenaga para arsitek & tukang yg diupah.

Makna Filosofis di Balik Kelezatan Rendang yg Menggugah, Berikut Penjelasannya!


Dahulu setiap ada pesta, baik pernikahan, khitanan, khatam Qur'an, & pesta-pesta lainnya, para warga akan bersama-sama menyiapkan pesta tersebut. Para ibu akan memasak, anak-anak gadis memasang kain lamin & dekorasi ruangan, pemuda & bapak-bapak akan memasang tenda, mengupas & memarut kelapa, & menyembelih hewan untuk dimasak. Namun sekarang semua kebersamaan itu sudah diembankan kepada penyedia jasa wedding organizer & catering.

Jadi begitulah. Di balik lezatnya rendang yg menggugah lidah, tersimpan makna filosofis yg menggambarkan struktur masyarakat Minangkabau yg kuat. Tak cuma itu, rendang juga diartikan sebagai nikmatnya sabar, keuletan, ketelitian, & disiplin. Karena memang menciptakan rendang harus hati-hati, teliti, & penuh kesabaran.

Kehadiran rendang dalam setiap perhelatan di Minangkabau juga dimaknai sebagai sayang yg tulus & penghormatan. Rendang hadir dalam pesta pernikahan, hadir dalam jamuan resmi, hadir dalam syukuran menyambut Ramadhan, bahkan sering jadi bekal wajib dari sang ibu untuk anak-anaknya yg akan pergi merantau.

Jadi bagaimana? Apakah rendang masih jadi makanan favorit kalian, Gengs? Komen di bawah ya!

Makna Filosofis di Balik Kelezatan Rendang yg Menggugah, Berikut Penjelasannya!


Sekian

Terima kasih udah mampir

Narasi: serbaserbi.com
Gambar: Google Image
Sumber: 1, 2, 3, 4, 5
Hari ini 07:21
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.