airafluff
IndoForum Newbie C
- No. Urut
- 49570
- Sejak
- 5 Agt 2008
- Pesan
- 162
- Nilai reaksi
- 12
- Poin
- 18
jujur gw pribadi beranggapan kalo makan micin (MSG) itu kl dikit si gpp, tapi kl banyak bisa berbahaya. ketika gw mencoba mencari dari banyak sumber, gw kaget, ternyata MSG itu berbahaya atau tidak, masi jadi kontroversi. berikut artikel2na:
artikel dibawah ini menerangkan apa itu glutamat. bahwa sebenarnya glutamat ada yg alami dan yg buatan. alami dari makanan (spt keju, tomat, dll), glutamat juga merupakan sebutan bagi neurotransmitter (penghantar informasi) di otak kita. dan sebenarnya tubuh kita juga membutuhkan glutamat sebagai salah satu sumber nutrisi
Glutamat Dalam Tubuh Kita
Glutamat dibuat dalam badan manusia dan memainkan peran esensial dalam metabolisme. Hampir dua kilogram glutamat terdapat secara alami dalam otak, ginjal, hati dan di lain-lain bagian badan dan jaringan badan. Di samping itu glutamat terdapat dalam jumlah besar di air susu ibu, dalam tingkatan sekitar sepuluh kali yang terdapat dalam susu sapi.
Glutamat bebas dalam Air Susu (Mg/100 Grams)
Manusia 21.6
Chimpanze 38.9
Kera Rhesus 4.6
Sapi 1.9
Biri-biri 1.4
Tikus 2.2
Rata-rata seseorang mengkonsumsi antara 10 dan 20 gram glutamat terikat dan satu gram glutamat bebas dari makanan yang kita makan setiap hari. Di samping itu, badan manusia membuat sekitar 50 gram glutamat bebas setiap hari.
Sebagian besar glutamat dalam makanan dengan cepat dimetaboliskan dan digunakan sebagai sumber energi. Dari sudut nutrisional, glutamat adalah asam amino non esensial yang berarti bahwa jika diperlukan badan kita dapat membuat sendiri glutamat dari sumber protein lain.
http://indonesia.glutamate.org/media/Glutamat_dalam_tubuh_kita.asp
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Apa sih Glutamate itu ?
Glutamate adalah asam amino (amino acid) yang secara alami terdapat pada semua bahan makanan yang mengandung protein. Misalnya, keju, susu, daging, ikan dan sayuran. Glutamate juga diproduksi oleh tubuh manusia dan sangat diperlukan untuk metabolisme tubuh dan fungsi otak. Setiap orang rata-rata membutuhkan kurang lebih 11 gram Glutamate per hari yang didapat dari sumber protein alami.
Kalau begitu Monosodium Glutamate itu apa ?
Monosodium Glutamate adalah zat penambah rasa pada makanan yang dibuat dari hasil fermentasi zat tepung dan tetes dari gula beet atau gula tebu. Ketika MSG ditambahkan pada makanan, dia memberikan fungsi yang sama seperti Glutamate yaitu memberikan rasa sedap pada makanan. MSG sendiri terdiri dari air, sodium dan Glutamate.
Apakah kandungan sodium pada MSG tinggi ?
Tentu saja tidak, kandungan sodium pada MSG tidak tinggi hanya satu sampai tiga persen sodium. Sedangkan sodium pada garam dapur jumlahnya lebih banyak. Perbandingan jumlah sodium pada MSG dan garam dapur adalah (13% : 40%).
Apakah MSG mempunyai efek negatif terhadap tubuh ?
Ya, apalagi jika MSG digunakan secara berlebihan. 12 gram MSG per hari dapat menimbulkan gangguan lambung, gangguan tidur dan mual-mual. Bahkan beberapa orang ada yang mengalami reaksi alergi berupa gatal, mual dan panas. Tidak hanya itu saja MSG juga dapat memicu hipertensi, asma, kanker serta diabetes, kelumpuhan serta penurunan kecerdasan.
Apakah ada bahan pengganti lainnya agar masakan terasa sedap ?
Ada. Selain menngunakan bahan makanan yang bermutu baik dan masih segar, kita dapat memberi sedikit gula pasir pada masakan, karena gula pasir juga dapat memberi efek gurih pada masakan.
------------------------------------------------------------------------------
di artikel ini menggambarkan kontroversi apa benar msg berbahaya atau tidak. serta terdapat batas kadar yang mungkin tidak boleh dilewati bagi pengguna micin
Kontroversi MSG
Ribut-ribut soal monosodium glutamat (MSG) sebagai bahan penyedap kembali mencuat. Kali ini, Public Interest Research and Advocacy Center (PIRAC) yang mempersoalkan kandungan monosodium glutamat alias vetsin dalam makanan ringan yang biasa dikonsumsi anak-anak. Menurut lembaga swadaya masyarakat ini, banyak makanan ringan dalam kemasan tak mencantumkan kandungan MSG yang bisa mengancam kesehatan anak.
Kata Nurhasan, peneliti di PIRAC, lembaganya meneliti 13 merek makanan snack sejak Juni hingga Juli 2003. Dari 13 merek itu, ternyata sebanyak tujuh merek tak menyebutkan adanya MSG dalam kemasannya. Ketujuh merek itu adalah Chiki, Chitato, Cheetos, Taro Snack, Smax, Golden Horn, dan Anak Mas. Padahal, sesuai dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Tahun 1999 dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722 Tahun 1988 tentang bahan tambahan makanan, kandungan MSG dalam makanan harus disebutkan.
Sementara itu, enam merek makanan ringan lainnya memang menyatakan adanya kandungan MSG. Tapi, menurut Nurhasan, berapa gram kandungan MSG ini tak disebutkan secara tegas. Hal ini tentu tak sejalan pula dengan prinsip kejelasan bagi konsumen.
Dari hasil penelitian itu pula, PIRAC memperoleh persentase kandungan MSG dalam makanan snack yang dimaksud. Tiga makanan ringan, yakni bermerek Cheetos, Chitato, dan Twistko, ternyata mengandung MSG lebih dari 1% (lihat Info Grafik). Bayangkan, bila seorang anak memakan sampai 100 gram snack berkadar 1,02% MSG, berarti si anak telah mengonsumsi MSG sebanyak 1,02 gram. Bagaimana jadinya kesehatan anak bila pola mengonsumsi snack ber-MSG ini terjadi berulang kali?
Tapi, berapa gram persisnya konsumsi MSG yang bisa membahayakan kesehatan anak? Nurhasan mengaku tak bisa memastikan. Hitung-hitungan ini memerlukan penelitian khusus,†ucapnya. Masalahnya, hingga sekarang belum ada penelitian klinis tentang dampak MSG terhadap kesehatan manusia. Boleh jadi ini karena kendala etis penelitian yang tak membolehkan manusia dijadikan kelinci percobaan. Kalau di bidang obat-obatan, penelitian klinis masih memungkinkan.
Yang jelas, Nurhasan menyodorkan referensi berdasarkan rekomendasi Badan Pengawas Obat dan Makanan di Amerika Serikat. Menurut institusi ini, batas aman MSG yang bisa dikonsumsi adalah di bawah dua gram. Kalau sudah dua gram sampai tiga gram, sebagaimana hasil penelitian lembaga itu pada tahun 1995, MSG bisa menimbulkan alergi. Dan, bila sampai mengonsumsi lima gram MSG, ini bisa membahayakan orang yang menderita penyakit asma.
Dulu, pada tahun 1975, Institut Pertanian Bogor pernah meneliti efek MSG terhadap ayam. Hasilnya, unggas itu mati setelah mengonsumsi makanan yang mengandung MSG. Menurut Nurhasan, efek negatif ini bisa dianalogikan dengan kasus Chinese Restaurant Syndrome. Dalam kasus ini, seorang dokter di Amerika makan di sebuah restoran Cina pada tahun 1969. Sekitar 20 menit kemudian, dia merasa mual, pusing, dan kemudian muntah-muntah. Sindrom atau kumpulan gejala ini terjadi lantaran makanan Cina mengandung banyak MSG. Ini berarti pula, Mengonsumsi MSG tergolong berisiko, ujar Nurhasan.
Karena itulah, kata Nurhasan lagi, PIRAC meminta agar pemerintah melalui Departemen Kesehatan membuat peringatan bahwa mengonsumsi MSG lebih dari satu gram adalah berbahaya. Hal ini sesuai dengan rekomendasi Badan Pengawas Obat dan Makanan di Amerika Serikat, yang menyebutkan bahwa batas aman MSG adalah di bawah dua gram.
Selama ini, yang digunakan selalu patokan dari Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722 Tahun 1988 tentang Bahan Tambahan Makanan, yang hanya menyatakan bahwa pemakaian MSG secukupnya. Tak bisa hanya dikatakan secukupnya. Harus ditegaskan juga batas amannya dalam satuan gram atau miligram, tutur Nurhasan menambahkan.
Ternyata, hasil penelitian sekaligus pendapat PIRAC itu langsung diprotes keras oleh Sunarto Prawiro Sujanto, Ketua Persatuan Pabrik MSG dan Glutamic Acid Indonesia. Pernyataan PIRAC itu omong kosong. Penelitiannya bohong, kata mantan Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan (POM) pertama pada tahun 1974, ini.
Sunarto menambahkan bahwa Badan Pengawas Obat dan Makanan di Amerika Serikat sudah secara resmi menyatakan MSG aman. MSG beredar di Amerika dan tak merugikan kesehatan konsumen, ujarnya.
Ia juga mengkritik hasil penelitian PIRAC tentang kadar MSG dalam berbagai merek makanan ringan. Menurut PIRAC, kandungan MSG yang dimaksud antara 0,46% dan 1,02%. Kalau benar kandungannya sebesar itu , berarti sebungkus makanan snack yang beratnya antara 14 dan 20 gram hanya mengandung MSG antara 64,4 miligram hingga 204 miligram. Tapi, PIRAC mengatakan bahwa makanan ringan tersebut seberat 200 gram berarti jumlah MSG-nya adalah 0,92 gram sampai 2,04 gram. Tak ada makanan ringan seberat 200 gram, kata Sunarto.
Di Amerika pun, snack dalam kemasan kaleng hanya seberat 180 gram—artinya tak sampai 200 gram. Di kalengnya memang disebutkan adanya kandungan MSG, tapi tak dicantumkan kadar kandungannya. Sebab, tak ada aturan yang mengharuskan itu. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 juga tak mengharuskan disebutkannya kandungan MSG. Bahkan menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 235 Tahun 1979, MSG atau vetsin boleh dipakai, asalkan secukupnya. Itu semua membuktikan bahwa MSG memang aman untuk dikonsumsi, ujar Sunarto.
Sunarto tak lupa memprotes kalangan dokter yang acap mengatakan bahwa MSG berbahaya. Omong kosong kalau ada orang sakit karena makan MSG, ucapnya. Lagi pula, sampai saat ini belum ada penelitian yang bisa membuktikan bahaya yang dimaksud. Pernah bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada melakukan penelitian serius tentang efek MSG. Penelitian ini dibantu oleh Departemen of Mathematical Sciences, Faculty of Business and Technology, University of Western Sydney, Australia.
Hasilnya? Sebagaimana dipresentasikan di Italia pada 12-14 Oktober 1998, ternyata tak ditemukan gejala gangguan kesehatan pada orang-orang sehat yang makanannya ditambah MSG sampai tiga gram pada setiap porsinya. Tekanan darah, kecepatan denyut nadi, dan pernapasan pada kelompok sampel orang-orang yang diberi MSG antara 1,5 sampai 3 gram juga tak berbeda nyata dengan mereka yang diberi makanan tanpa MSG.
Atas dasar itu, menurut Sunarto, batasan kandungan MSG yang bisa dikonsumsi tak perlu dicantumkan. Berbagai makanan ringan itu pun paling banter kandungan MSG-nya 0,004%. Kalau terlalu banyak, rasanya asin. Jadi enggak laku dong, katanya.
Hal senada juga diutarakan Ketua Badan POM, Sampurno. Menurutnya, makanan ringan yang diteliti PIRAC itu aman untuk dikonsumsi. Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga menyatakan bahwa MSG aman bagi kesehatan. Tentu saja bahan ini tak boleh sampai dikonsumsi oleh bayi, terutama yang masih berusia di bawah tiga bulan. Kendati demikian, Sampurno sependapat bila kandungan MSG harus dicantumkan di label kemasan makanan.
------------------------------------------------------------------------
Waspadai Snack Ber-MSG, Ancam Kesehatan Anak !
JAKARTA--MIOL : Sejumlah tujuh makanan ringan dalam kemasan (snack) yang biasa dikonsumsi anak-anak tidak mencantumkan kandungan MSG (vetsin) yang diyakini bila MSG dikonsumsi dalam jumlah tertentu mengancam kesehatan anak.
Nurhasan dari (Public Interest Research and Advocacy Center-PIRAC) di Jakarta, Kamis, mengatakan pihaknya sudah meneliti 13 contoh makanan ringan yang beredar luas.
Dari 13, tujuh diantaranya mengandung Mono Sodium Glutamate--MSG tetapi tidak mencantumkannya dalam kemasan, empat produk menyatakan mengandung penyedap dan penambah rasa tetapi tidak menyebutkan mengandung MSG dan dua produk mencantumkan MSG namun tidak menyebut jumlah kandungannya.
Ketujuh produk tersebut adalah Cheetos (1,20 persen), Chitato rasa sapi panggang (1,06), Chiki rasa keju (0,76), HappytosTorpilachips (0,71), Golden Horn rasa keju (0,46), Smax rasa ayam (0,57), dan Taro Snack rasa rumput laut (0,62).
Keempat produk yang menyatakan mengandung penyedap dan penambah rasa tetapi tidak menyebutkan mengandung MSG adalah Zetz rasa ayam bumbu mamamia (0,50), Twistko rasa jagung barbeque (1,59), Double Decker Snack ayam (0,48) dan Twistee Corn (0,47). Keempat produk itu dinilai dianggap menyesatkan karena menyebutkan mengandung penyedap rasa tetapi tidak menyebutkan mengandung MSG.
Dua produk yang mencantumkan MSG tetapi tidak menyebutkan jumlah kandungannya adalah Gemez rasa ayam panggang (0,59) dan Anak Mas rasa keju (0,52).
MSG, kata Nurhasan, dapat menembus plasenta pada saat kehamilan, menembus jaringan penyaring antara darah otak, dan menyusup ke lima organ circumventricular. Pelindung darah otak yang terkontaminasi dapat mengakibatkan kelainan hati, trauma, hipertensi, stres, demam tinggi dan proses penuaan. MSG juga memicu reaksi gatal, bintik merah di kulit, mual, dan muntah sakit kepala, migren, asma, gangguan hati, ketidakmampuan belajar dan depresi. "Penggunaan MSG lebih berisiko pada bayi dan anak-anak," katanya.
Ke-13 produk tersebut dinilai melanggar pasal 30 ayat 2 tentang label pada UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU PK). Produk tersebut juga dinilai melanggar Pasal 3 ayat 2 PP No 69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan.
Pasal 33 UUPK dan pasal 5 PP 69/1999 yang menyatakan setiap produk kemasan harus memuat keterangan dengan benar dan tidak menyesatkan. PIRAC meminta pemerintah untuk mengawasi standarisasi penggunaan MSG pada makanan dalam kemasan. Produsen juga hendaknya diwajibkan menggunakan ukuran miligram dan bukan persentase.
Pemerintah juga hendaknya mewajibkan produsen makan ringan yang menggunakan MSG untuk mencantumkan bahaya penggunaan MSG pada anak-anak dalam jumlah tertentu. "Jika produsen tersebut melanggar maka dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku," kata Nurhasan.
Dia juga meminta Badan Pengawasan Obat dan Makanan untuk memerintahkan ke-13 produsen makanan ringan tersebut menarik produknya dari pasar dan menggantikannya dengan kemasan yang sudah direvisi. Produsen makanan dalam kemasan sebenarnya wajib mencantumkan dengan benar kandungan dan komposisi produknya dengan benar dan hak konsumen yang menentukan apakah akan membeli atau tidak.
Dikatakan percobaan pada binatang, ayam yang mengonsumsi MSG sebanyak empat miligram mengantuk dan terkapar. MSG yang beredar di Indonesia ada dua jenis, yakni alami dan buatan (sintetik). "Hampir dapat dipastikan produsen makanan menggunakan MSG buatan karena jauh lebih murah," katanya.
Beberapa tahun lalu masalah MSG ini sempat membuat heboh masyarakat, terutama kaum Muslimin, karena diduga bahan dasarnya berasal dari minyak babi. Namun lama kelamaan 'heboh' itu hilang dengan sendirinya bagaikan lenyapnya asap rokok yang tertiup angin.