• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

"Khotbah Sang Buddha Tentang Hukum Karma"

Bizzard

IndoForum Newbie F
No. Urut
7918
Sejak
15 Okt 2006
Pesan
25
Nilai reaksi
0
Poin
1
Khotbah Sang Buddha Tentang Hukum Karma(Sebab dan Akibatnya)

Pada suatu waktu ada satu perkumpulan di pegunungan (Lin-Shan)dimana 1250 Bhikku,siswa Sang Buddha menghadirinya,Ananda,salah satu dari siswa utama Sang Buddha,setelah bekeliling 3 kali dengan merangkupkan tangan di hadapan Buddha Sakyamuni,membungkukan badan dalam pernghormatan,dengan rendah hati beliau bertanya: "Di zaman kegelapan,dimana kebanyakan orang-orang gemar mengikuti jalan ketidakbenaran,tidak mempunyai rasa hormat kepada ajaran Sang Buddha,tidak mempunyai kasih sayang terhadap orang tua mereka,tidak bermoral,sengsara dan kotor (jorok),diantara mereka ada yang tuli,buta,bisu,bodoh,cacat dalam segi-segi yang lain dan kebanyakan orang membiasakan diri melakukan pembunuhan...bagaimanakah kita dapat mengerti keadaan ini dan prinsip dasar dari kasus-kasus yang mendatangkan kenyataan ini dan akibat-akibat yang harus diderita oleh masing-masing perorangan secara tak terelakan atas perbuatannya.Yang Mulia,sudikah Anda dengan baik hati menjelaskna hal ini kepada kami?"

Buddha Sakyamuni memberitahu Ananda dan para siswa yang lain mendengar secara teliti: "Saya sekarang akan menguraikan secara terperinci peraturan dari Hukum Karma.Karena pengaruh akibat perbuatan dari kehidupan yang lalu,sebagian orang dilahirkan dalam keadaan miskin,sebagian kaya,sebagian bahagia,sebagian hidup sengsara.Adanya 4 peraturan secara terpisah dalam memperoleh kebahagiaan dan kemakmuran untuk kehidupan yang akan datang."

Yaitu:
1.Kita harus merawat dan mempunyai kasih kepada orang tua.
2.Menghormati para Buddha,Dharma(ajaran Sang Buddha) dan para Bhikksu/Bhikksuni.
3.Berpantang makan daging.
4.Bermurah hati(berdana)

Kemudian Sang Buddha meneruskan khotbah tentang hukum karma:" Nasib adalah pengumpulan dari efek-efek (akibat) dari kehidupan yang lampau menentukan nasib anda saat ini.Karma saat ini membentuk kehidupan anda yang berikutnya.Pelajarilah hukum karma yang diuraikan seperti dibawah ini.

"HUKUM KARMA BERSIFAT ADIL DAN KATA-KATA YG KUUCAPKAN ADALAH BENAR"

Setelah membicarakan tentang Hukum Karma kepada Ananda dan para pengikut lain nya,Sang Buddha menambahkan:" Adanya contoh-contoh yang banyak sekali tentang Hukum Karma.Tetapi saya hanya akan menyebutkan karma yang terjadi pada umumnya."

Kemudian Ananda berkata:" Pada akhir dari zaman kegelapan kebanyakan manusia akan lahir mati terus menerus,mereka mengumpul akibat perbuatan yang salah yang mana tak terhitung banyaknya,karena mereka tidak mengetahui tentang hukum Sebab-Akibat dari hukum karma."

"Kita berterima kasih sekali kepada Sang Buddha atas khotbahnya yang sebegitu baik yang Beliau berikan kepada kita,maka itu siapa saja yg menulis dan membaca,mencetak dan membagikan kitab suci ini untuk memuliakan Sang Buddha.akan diberkahi kebahagiaan yang abadi dan dapat melihat Buddha Amitabha,Bodhistatva Avalokitesvara dan semua Buddha yang lain dalam alam surga setelah berkahirnya kehidupan ini."


Sumber "KITAB HUKUM KARMA"(The Cause & Effect Sutra)
 
dari statement di atas yg sy pahami adalah utk menjalankan ajaran buddha harus pantang makan daging.
tapi sy juga pernah baca di thread lain bahwa sang buddha tidak pernah mewajibkan utk vegetarian.
maksudnya gimana yah
mohon pencerahannya.
 
hehehe,saya baca bisa tertawa sendiri.Sudah dicampur-adukkan dengan tradisi. Sang Buddha saja bukan seorang vegetarian,kan aneh.jadi sangat saya sangsikan kotbah tersebut walaupun ada sebagian yang benar.


silahkan baca thread
JIVAKA SUTTA
 
sdr Sinthung tawa anda itu adalah tawa sinis, bukan tawa tulus.
Itu adalah tawa meremehkan bukan tawa membahagiakan.

Sebagai seorang yang sedemikian senior, dan setiap kali menjawab apa saja dengan kutipan yang demikian lengkap, bantulah dengan sabar untuk membimbing mereka yang muda..
jangan setiap kali Anda bantai seperti itu...
Anda kan tau persis bahwa itu hanyalah konteks yang berbeda..

Atau apakah anda berani memastikan, mengucapkan dengan kepala menghadap ke langit kaki menginjak bumi dan mempertaruhkan semua karma baik Anda bahwa:
"Sila Vegetarian bagi seorang Bodhisattva adalah tidak valid??"

Saya sekali lagi hanya berani introspeksi dan tidak akan seberani Anda..
Maaf.
 
sdr Sinthung tawa anda itu adalah tawa sinis, bukan tawa tulus.
Itu adalah tawa meremehkan bukan tawa membahagiakan.

Sebagai seorang yang sedemikian senior, dan setiap kali menjawab apa saja dengan kutipan yang demikian lengkap, bantulah dengan sabar untuk membimbing mereka yang muda..
jangan setiap kali Anda bantai seperti itu...
Anda kan tau persis bahwa itu hanyalah konteks yang berbeda..

Atau apakah anda berani memastikan, mengucapkan dengan kepala menghadap ke langit kaki menginjak bumi dan mempertaruhkan semua karma baik Anda bahwa:
"Sila Vegetarian bagi seorang Bodhisattva adalah tidak valid??"

Saya sekali lagi hanya berani introspeksi dan tidak akan seberani Anda..
Maaf.


Terima kasih atas masukan anda. Anda salah paham,saya tertawa karena lucu saja,tidak ada maksud sinis atau merendahkan yang lain. Sewaktu Siddharta Gautama masih sebagai calon Buddha/Bodhisatva apakah Dia vegetarian???Saya bilang tidak, walaupun Siddharta Gautama telah menjadi Buddha ,tidak ada kewajiban harus bervegetarian dan tidak, tidak ada vinaya yang mewajibkan Bhikkhu untuk bervegetarian. Bagi yang mau vegetarian silakan atau sebaliknya.Silakan baca thread Jivaka Sutta,jadi bisa disimpulkan sila vegetarian bagi seorang Bodhisatva adalah tidak valid atau wajib vegetarian,contohnya Sang Buddha bukan seorang vegetarian.
 
@Sinthung, maaf kalau memang saya salah paham.
Siapapun mempertanggung-jawabkan apa yang ia pikirkan, ucapkan, lakukan, tuliskan kepada nuraninya sendiri. Rekam karma tidak pernah salah, dan semoga Kita, saya dan Anda akan terus maju di dalam Jalan.
Namun perlu kiranya saya tambahkan, walau mau vegetarian atau tidak, adalah kembali kepada pilihan dan vinaya yang dipegang...

"Vinaya bagi beberapa Pembina yang menjalani vinaya Bodhisattva adalah mutlak!!"

..dan saya hanya dapat menghimbau kalau memang ada diantara Rekan-rekan yang ingin mengetahui atau memahami mengapa hal ini mutlak, tanyalah dengan baik-baik.. dan semoga Ada yang mempunyai cukup kepantasan, kebajikan dan kebijakan untuk memaparkannya.

@Terifs, maaf bukannya menjawab apa yang Anda inginkan, mungkin nanti Anda justru melihat komunikasi kami berdua...
Ada yang menyebut ini perbedaan dan pertentangan...
Saya melihatnya sebagai kekayaan, kebhinekaan, Budhisme yang berkembang pada masa yang berbeda, pada kultur yang berbeda, untuk menjawab permasalahan yang berbeda.
Sekali lagi maaf. Semoga Anda semakin maju, jika terus menguatkan diri dengan berbagai kualitas, misalnya: ketulusan, kerendahan hati, semangat belajar, sikap progresif, dan banyak lainnya,
niscaya ..."satu hari Anda akan menemukan Jalan, menJalaninya, dan juga menjadi Jalan bagi yang lainnya."
..Salam..
Che Pei
 
@Sinthung, maaf kalau memang saya salah paham.
Siapapun mempertanggung-jawabkan apa yang ia pikirkan, ucapkan, lakukan, tuliskan kepada nuraninya sendiri. Rekam karma tidak pernah salah, dan semoga Kita, saya dan Anda akan terus maju di dalam Jalan.
Namun perlu kiranya saya tambahkan, walau mau vegetarian atau tidak, adalah kembali kepada pilihan dan vinaya yang dipegang...

"Vinaya bagi beberapa Pembina yang menjalani vinaya Bodhisattva adalah mutlak!!"

..dan saya hanya dapat menghimbau kalau memang ada diantara Rekan-rekan yang ingin mengetahui atau memahami mengapa hal ini mutlak, tanyalah dengan baik-baik.. dan semoga Ada yang mempunyai cukup kepantasan, kebajikan dan kebijakan untuk memaparkannya.

@Terifs, maaf bukannya menjawab apa yang Anda inginkan, mungkin nanti Anda justru melihat komunikasi kami berdua...
Ada yang menyebut ini perbedaan dan pertentangan...
Saya melihatnya sebagai kekayaan, kebhinekaan, Budhisme yang berkembang pada masa yang berbeda, pada kultur yang berbeda, untuk menjawab permasalahan yang berbeda.
Sekali lagi maaf. Semoga Anda semakin maju, jika terus menguatkan diri dengan berbagai kualitas, misalnya: ketulusan, kerendahan hati, semangat belajar, sikap progresif, dan banyak lainnya,
niscaya ..."satu hari Anda akan menemukan Jalan, menJalaninya, dan juga menjadi Jalan bagi yang lainnya."
..Salam..
Che Pei

Kita semua disini sama-sama belajar Dhamma dan berdiskusi,saling isi mengisi dan tukar pendapat merupakan hal-hal biasa atau wajar karena belajar Buddha Dhamma tidak ada habisnya. Kita maju karena kita mau belajar.^_^

Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta...
 
@Sinthung ... Anda benar-benar berani.

Apakah Anda pernah baca "Brahma Net Sutra (Brahma jala Sutra)"?
atau Anda ingin mengatakanNya sebagai juga 'sutra campur aduk(maaf)'.
Atau apakah Anda adalah mutlak sebagai penentu, satu-satunya penafsir Sutra??

Kepada semua Buddha, yang dimasa lalu dan semua yang akan mencapai Kebuddhaan di masa yang akan datang... maafkan semua kealpaan, maklumilah semua karma buruk, dan penuhilah ikrar untuk terus menjadi pembimbing bagi semua makhluk...
...

@Sinthung dan semua rekan yang lain...saya pamit untuk dua hari..
Salam
 
@Sinthung ... Anda benar-benar berani.

Apakah Anda pernah baca "Brahma Net Sutra (Brahma jala Sutra)"?
atau Anda ingin mengatakanNya sebagai juga 'sutra campur aduk(maaf)'.
Atau apakah Anda adalah mutlak sebagai penentu, satu-satunya penafsir Sutra??

Kepada semua Buddha, yang dimasa lalu dan semua yang akan mencapai Kebuddhaan di masa yang akan datang... maafkan semua kealpaan, maklumilah semua karma buruk, dan penuhilah ikrar untuk terus menjadi pembimbing bagi semua makhluk...
...

@Sinthung dan semua rekan yang lain...saya pamit untuk dua hari..
Salam


Anda terlalu berlebihan. Saya pernah baca Brahmajala Sutta,kan ada threadnya. Saya bukan penafsir sutta,karena yang saya baca itu tidak sesuai apa yang saya baca di Tipitaka.
Contoh:
kutipan dari atas
1.Kita harus merawat dan mempunyai kasih kepada orang tua.
2.Menghormati para Buddha,Dharma(ajaran Sang Buddha) dan para Bhikksu/Bhikksuni.
3.Berpantang makan daging.kan tidak ada vinaya tersebut dan di Jivaka Sutta sudah dijelaskan.
4.Bermurah hati(berdana)

 
@ all, maaf kalo saya ikutan.,

Saya rasa tidak ada yang senior ataupun yang lebih baik dalam membabarkan dharma,.

Saya yakin sekali bahwa kak Singthung membantu user lain, bukan karena berdasarkan keangkuhan / untuk merendahkan pendapat user lain, melainkan dia lebih berfokus pada kewajibannya sebagai seorang Buddhist.

Berbeda pendapat itu wajar, kita disini berdiskusi untuk menghilangkan ketidak-tahuan,.mungkin user lain bisa memberikan masukan / pendapatnya tentang kebimbangan yang satu ini?

Menurut yang pernah saya baca, Sang Buddha tidak mewajibkan kita untuk bervegetarian., tetapi Sang Buddha melarang kita untuk membunuh makhluk lain,.<ada yang janggal juga sih disini>
Apakah mengkonsumsi daging identik dengan membunuh yah??

Thanks.
 
Yang penting cinta kasihnya bukan makan daging nya >:D<

Love and light all
 
@Sinthung, salam.
Saya yakin anda mengatakan dengan yang sebenarnya saat mengatakan bahwa apa yang ditulis sdr Bizzard adalah tidak sesuai dengan apa yang Anda baca di Tipitaka, atau lebih tepat lagi adalah tidak sesuai dengan pemahaman Anda sesudah membaca Tipitaka (Tipitaka Anda).

Hal ini mempunyai 2 point krusial.
1. “Tipitaka yang Anda baca”,
2. “Pemahaman Anda sesudah membaca Tipitaka tersebut”. Dan jika dikaitkan dengan konsepsi/persepsi/kepentingan (Samjna skandha) awal yang telah ada pada Anda Point ini menjadi berbunyi: “Bagaimana Anda ingin menafsirkan dan memahami Tipitaka tersebut”

Perlu kiranya kita renungkan bahwa apa yang dinyatakan oleh Sdr Bizzard (Read:Berpantang makan daging), tidak perlu ada dalam Tipitaka yang Anda baca untuk dapat menjadi pedoman bagi mereka yang meyakininya.

Tanpa membanding-bandingkan dengan vinaya, liturgy, kebenaran Kitab suci yang dipergunakan oleh tradisi lainnya,
“Berpantang daging, jelas adalah mutlak dan penting bagi mereka (baca:tradisi) yang meyakininya.” Dan keyakinan ini bukan keyakinan yang membuta, ini adalah sikap hidup, adalah prinsip dasar yang telah direnungkan dengan sangat-sangat mendalam, dengan kata lain juga sudah Ehipasiko.

Pada posting sebelumnya saya ada mengungkit tentang Brahmajala Sutra.
Terimakasih Anda telah memberitahu saya tentang Brajmajala sutta versi posting Anda, saya sangat gembira dan merasa belajar lebih banyak lagi. Namun perlu kiranya Anda juga membaca versi lainnya sebagai pembanding, katakanlah versi yang menjadi standar Liturgi Upasatha, seperti yang dapat kita lihat/baca pada link berikut:
http://www.ymba.org/bns/bnstext.htm.
Brahmajala Sutra yang dipergunakan adalah berdasarkan text oleh Kumarajiva.
Tentu saja Anda tidak perlu langsung menggunakannya menjadi pedoman bagi Anda, tapi bukankah akan sangat arif kalau kita menghormati orang lain yang menggunakannya sebagai pedoman???

Kalau ada saudara kita yang Muslim atau Kristiani yang menjalankan ibadah, keyakinan atau pantangannya, sebagai seorang Budhis tanpa mengoyahkan ibadah, keyakinan dan pantangan kita bukankah kita seharusnya menghormati mereka, itulah sikap Budhis!! Paling tidak menurut saya,…(ha..ha..). Lalu mengapa kita mengabaikannya terhadap sesama Budhis????

Sdr Sinthung, Dengan segala hormat kepada Sang Buddha, apakah sang Buddha vegetarian atau tidak, itu masih dalam perdebatan yang sangat panjang…
Anda mengutip Jivaka Sutta sebagai justifikasi tidak vegetarian, sementara yang lain banyak yang menggunakannya sebagai justifikasi vegetarian.

Saya kira yang penting adalah:
Yang tidak bervegetarian, janganlah sampai menyindir,…… dsbnya, pilihan orang lain untuk bervegetarian
Yang Bervegetarian dengan segala keyakinannya, tetap tidak boleh untuk menggunakan pilihan vegetarian tersebut untuk merasa lebih hebat,… dsbnya dibandingkan dengan yang tidak vegetarian.

Yang terakhir ini adalah tentang diri saya sendiri,…
Baik Papa saya merokok atau tidak merokok….? Tanpa mengurangi rasa hormat kepada Papa, dengan mempertimbangkan semua aspek, termasuk masa depan saya sendiri,… dengan sadar saya menghindarinya.

Che Pei.
 
Saya kira yang penting adalah:
Yang tidak bervegetarian, janganlah sampai menyindir,…… dsbnya, pilihan orang lain untuk bervegetarian
Yang Bervegetarian dengan segala keyakinannya, tetap tidak boleh untuk menggunakan pilihan vegetarian tersebut untuk merasa lebih hebat,… dsbnya dibandingkan dengan yang tidak vegetarian.

yup bro, saya sangat setuju dengan penggalan kata anda ini,.
Janganlah merasa lebih baik/lebih suci/lebih hebat dari orang lain,ataupun meremehkan, merendahkan, bahkan menyindir mereka yang tidak sependapat dengan anda karena sesungguhnya itu adalah cerminan dari keangkuhan <Kekotoran batin>

btw, apakah pernah terlintas di benak saudara?
Sang Buddha hidup di jaman SM, saya rasa, yang dituturkan Sang Buddha sendiri di jaman tersebut, pasti mengalami perubahan seiring dengan waktu.
Contohnya : dari 10 orang berjejer saling membisikkan sebuah kalimat, pasti akan mengalami perubahan setelah sampai di telinga orang terakhir.
Daya tangkap dan cara menjelaskan setiap individu itu berbeda, yang terpenting adalah kita memahami dasar yang diajarkan oleh Sang Buddha, setiap kebenarannya, dan bbrapa Individu di dunia pada saat SEKARANG, juga ada yang telah mencapai tingkatan Arahat, mereka juga akan dengan senang hati memberikan kita pencerahan.

Marilah berbagi pengetahuan antar sesama.

Semoga Semua Makhluk Berbahagia >:D<
 
Kan sudah dijelaskan bagi yang bervegatarian silahkan,bagi yang tidak mau bervegetarian silahkan,jadi bukan suatu kewajiban atau keharusan untuk bervegetarian tergantung individu masing-masing. Bagi orang yang bervegetarian janganlah berpikir lebih suci daripada yang tidak bervegatarian.
Saya hanya mengikuti apa yang diajarkan Sang Buddha. Dan perlu diketahui bahwa Sang Buddha bukanlah seorang vegetarian(kalau kita membaca di kitab suci Tipitaka).

Diforum ini tidak ada istilah yang senior,semuanya adalah siswa-siswi Sang Buddha. Kita semua lagi belajar dan berbeda pendapat adalah hal yang bisa/wajar.
 
yaaap,, benar sekali Bro. saya kok melihatnya dengan cara yang persis sama. Itulah fenomena yang menjelaskan demikian "beragamnya" ajaran Sang Buddha pada saat ini. Namun kiranya hal ini tidak perlu menjadi polemik alias liabilities, sebaliknya kita lihat sebagai kekayaan alias asset.

Bersamaan dengan memahami (prinsip) dasar ajaran sang Buddha,
kita merenungkan, menghayati, selanjutnya menyatu dengan cita-cita dan kehendak Sang Buddha.
Semua Buddha dimasa lalu, sekarang maupun yang di masa yang akan datang meng"share" kehendak-cita, ikrar dan ajaran yang sama.

Yuup, sekali lagi sangat sependapat dengan Anda..
Pada tradisi tertentu (katakanlah Kamathana) ada banyak Figur luarbiasa yang telah mencapai Arahat.
Juga pada tradisi lainnya ada Guru langsung. Mis: Tantrayana yang mengingatkan Guru sebagai ratna keempat, yang bisa menjadi perlindungan, dan maaf kalau ada yang tidak sependapat.... argumennya adalah: "Pada saat Buddha, Dharma dan Sangha tidak dimengerti atau disadari secara langsung, kebajikan dan bimbingan Guru dapat dirasakan secara langsung."
Dalam IKT & MLDD, ada Pendahulu, yang budi luhur, pengorbanan dan keteladanannya menjadi panutan khalayak banyak.

Bro, bukan membantah Anda, juga bukan ditujukan kepada Anda....
Yang sangat disayangkan adalah ada orang yang membandingkan tingkat pencapaian aliran yang diikutinya untuk mengukur,...dsbnya aliran orang lain.
Misalnya berbunyi:
"Ada ngak yang ditempat elooo yang jadi Arahat??? "
"Hanya tempat kami yang ada Rinpoche, yang adalah penitisan suci.."
...dsbnya.

Ini Ibaratnya ada orang yang baru belajar Karate mengatakan kepada yang latihan tinju dan gulat:
" Eeee..., di tempat lu tuh ya... Mane ada yang namanya Ban Hitam, modar lu...!!!"

Che Pei
 
Singthung say:
hehehe,saya baca bisa tertawa sendiri.Sudah dicampur-adukkan dengan tradisi. Sang Buddha saja bukan seorang vegetarian,kan aneh.jadi sangat saya sangsikan kotbah tersebut walaupun ada sebagian yang benar.

Maaf kalo ada salah kata,tapi yg saya tuliskan semua diatas adalah sesuai sumber nya tidak di lebih-lebih kan atau di kurangi

Sumber:"KITAB HUKUM KARMA (The Cause & Effect Sutra)
 
yaaap,, benar sekali Bro. saya kok melihatnya dengan cara yang persis sama. Itulah fenomena yang menjelaskan demikian "beragamnya" ajaran Sang Buddha pada saat ini. Namun kiranya hal ini tidak perlu menjadi polemik alias liabilities, sebaliknya kita lihat sebagai kekayaan alias asset.

Bersamaan dengan memahami (prinsip) dasar ajaran sang Buddha,
kita merenungkan, menghayati, selanjutnya menyatu dengan cita-cita dan kehendak Sang Buddha.
Semua Buddha dimasa lalu, sekarang maupun yang di masa yang akan datang meng"share" kehendak-cita, ikrar dan ajaran yang sama.

Yuup, sekali lagi sangat sependapat dengan Anda..
Pada tradisi tertentu (katakanlah Kamathana) ada banyak Figur luarbiasa yang telah mencapai Arahat.
Juga pada tradisi lainnya ada Guru langsung. Mis: Tantrayana yang mengingatkan Guru sebagai ratna keempat, yang bisa menjadi perlindungan, dan maaf kalau ada yang tidak sependapat.... argumennya adalah: "Pada saat Buddha, Dharma dan Sangha tidak dimengerti atau disadari secara langsung, kebajikan dan bimbingan Guru dapat dirasakan secara langsung."
Dalam IKT & MLDD, ada Pendahulu, yang budi luhur, pengorbanan dan keteladanannya menjadi panutan khalayak banyak.

Bro, bukan membantah Anda, juga bukan ditujukan kepada Anda....
Yang sangat disayangkan adalah ada orang yang membandingkan tingkat pencapaian aliran yang diikutinya untuk mengukur,...dsbnya aliran orang lain.
Misalnya berbunyi:
"Ada ngak yang ditempat elooo yang jadi Arahat??? "
"Hanya tempat kami yang ada Rinpoche, yang adalah penitisan suci.."
...dsbnya.

Ini Ibaratnya ada orang yang baru belajar Karate mengatakan kepada yang latihan tinju dan gulat:
" Eeee..., di tempat lu tuh ya... Mane ada yang namanya Ban Hitam, modar lu...!!!"

Che Pei

Kalau ada yang mengaku dia adalah seorang Arahat berarti dia belum mencapai tingkat kesucian Arahat karena masih memiliki kemelekatan. Seorang Arahat sudah mematahkan kemelekatan.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.