Ayo, share cerita pribadimu dengan Tuhan! Saya sendiri mendapat inspirasi membuat thread ini dikarenakan kejadian yang saya alami sore ini. Saya mulai duluan yah
Kira-kira seminggu yang lalu di tempat les Bahasa Inggris saya, seperti biasa saya "mampir" untuk online sebentar di Ruang Komputer. Kebetulan, ruang lagi sepi, maka saya bisa online dengan bebas.
Setelah beberapa menit saya melihat-lihat forum serta bermain Travian, saya melihat seorang anak kecil sedang membawa keranjang berisi roti-roti.
"Kakak, mau rotinya?" tanya anak itu.
"Oh, gak. Makasih." jawabku.
Saya mengatakan tidak karena pada waktu itu saya tidak membawa uang pribadi. Saya merenungkan perbuatan saya itu, apakah salah atau benar. Dan baru teringat di kotak pensil saya, terdapat uang yang sebelumnya diberikan Mama saya untuk tujuan lain.
Saya merasa menyesal, dan akhirnya di waktu lain ketika pegri ke tempat les saya berjanji akan membawa uang dan membeli satu saja roti dari anak kecil itu.
Tetapi, anak itu tak kunjung datang. Sampai akhirnya, saya hampir melupakan peristiwa itu. Dan kemarin, pada tanggal 27 Juli 2009, saya menemukan anak yang saya pikir pastilah anak yang waktu itu saya temui di tempat les saya.
Saya melihat anak itu datang ke meja dimana saya sekeluarga makan, karena waktu itu saya sekeluarga sedang mekan di sebuah restoran. Saya dengan cepat dan setengah sadar berkata, "Tidak. Terima kasih.".
Saya akhirnya merenungkan ketika saya makan. Anak itu masih menunggu didekat tempat untuk memilih ikan dan kepiting (saya makan di restoran seafood) dan menaruh keranjangnya diatas styrofoam dimana ikan diletakkan.
Saya melihat anak itu terus menerus dan teringat cerita tentang Pontius Pilatus yang waktu itu dapat memutuskan apakah Yesus harus dihukum atau tidak
Ia melewatkan kesempatan emas dapat menyelamatkan Yesus dan menurut legenda ia sempat menjadi gila karena melewatkan kesempatan itu.
(sumber: Buku Renungan Truth Bulan Juli)
Akhirnya, ketika mama saya pergi ke kasir untuk membayar, saya berdoa, "Ya Tuhan, saya tak ingin melewatkan kesempatan kedua ini. Tolong berikanlah aku kekuatan untuk membujuk mama untuk bisa membeli roti itu."
Dan akhirnya, aku memberanikan diri untuk mengatakan bahwa saya menginginkan roti itu supaya bisa dimakan nanti malam. Akhirnya mama saya bersedia membelikannya. Walau sebelumnya mama saya sempat bilang, "Di rumah kan ada."
Nah disini Tuhan telah menunjukkan kuasanya. Bukankah setiap orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya? *Maaf* Roti yang harganya terkesan lebih murah pastilah kualitasnya tidak lebih baik dari yang harganya leih tinggi.
Tetapi dengan kuasa doa, Tuhan dengan cepat bisa membantu saya dalam mengerjakan tugas yang memang harus saya lakukan.
Nah, ayo sisanya....