AzV
IndoForum Activist A
- No. Urut
- 58206
- Sejak
- 30 Nov 2008
- Pesan
- 21.205
- Nilai reaksi
- 306
- Poin
- 83
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Masih terjadi kesenjangan dalam dunia pendidikan di Indonesia, yakni antara gagasan dan konsep yang tertuang dalam kurikulum dengan realitas yang terjadi pada masarakat. Titik berat pendidikan di Indonesia selama ini masih memberikan materi dan konsep pelajaran yang pada hakekatnya baru memberikan peluang untuk berkembangnya Kecerdasan Intelektual (IQ). Dengan demikian siswa cerdas adalah yang mempunyai“kecerdasan matematis” dan “kecerdasan bahasa” yang tinggi. Dan siswa yang dianggap akan sukses dalam kehidupan adalah mereka yang nilai rapor/IP- nya diatas rata-rata. Padahal Pada kenyataannya siswa yang pintar secara akademis di sekolah belum tentu menjadi orang yang sukses di dunia kerja maupun di masyarakat.
Secara lengkap ada tujuh macam kecerdasan yaitu,
1.matematika,
2.Linguistik,
3.spasial,
4.kinestetik,
5.musik,
6.antarpribadi dan
7.interpribadi
(Thomas Amstrong , 2002)
Setiap anak mempunyai potensi dengan kadar kecerdasan yang berbeda yang berbeda-beda pada setiap orang.
Oleh karenanya kesuksesan bakat dan kompetensi seseorang tidak dapat diukur dengan hanya satu aspek maupun satu parameter yang sama. Seorang Aril Peterpan meraih sukses berangkat dari kecerdasan & kompetensi di bidang musik. Demikian juga tokoh Taufiq Hidayat atau Thierry Henry misalnya yang mempunyai kecerdasan kinestetik, tentunya tidak bisa disamakan dengan kesuksesan tokoh B.J Habibi atau bahkan Einstein.
Mengapa KTSP ?
Kebijakan pemerintah dibidang pendidikan,termasuk pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diluncurkan merupakan wujud keseriusan usaha guna mengangkat mutu pendididkan di Indonesia, tentunya diharapkan dapat menjawab kesenjangan yang dimaksud diatas serta melahirkan SDM yang tanggu dalam menghadapi persaingan baik regional maupun tataran kompetisi global yang semakin komplek.
KTSP juga merupakan jawaban dari kebutuhan pendidikan di abad 21 yang meliputi,
a. Tantangan Pendidikan yaitu :
1.Perlunya peningkatan nilai
tambah bagi setiap perserta didik
(SDM)
2. Terjadinya perubahan struktur
masyarakat kearah progresif
3. Kompetensi yang ketat dan
4. Perkembangan Teknologi.
b. Pilar Pendidikan yaitu :
1. Learning to know (Upaya untuk
memahami berbagai ilmu
pengetahuan)
2. Learning to do (Kemampuan
psikomotorik untuk belajar
mempraktikan / mengamalkan
pengetahuan dalam kehidupan
nyata)
3. Learning to be (Upaya
memupuk kepribadian dalam
rangka menuju identitas
berdasar kompetensi diri serta
mampu menjadi pribadi yang
exist dalam kehidupan)
4. Learning to live together
Kesuksesan sebagai pribadi
belum cukup, jadi harus mampu
memberikan manfaat bagi
kehidupan bersama dalam
masyarakat).
Apakah KTSP itu………?
Masih banyak pertanyaan muncul, baik yang datangnya dari para siswa dan barangkali termasuk orangtua mengenai pemberlakuan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), sebagai kurikulum baru. Seperti, apa sebenarnya KTSP Akankah dengan KTSP mampu menggali potensi optimal, baik secara individual siswa maupun secara klasikal? Kompetensi yang bagaimana yang akan ditetapkan dan harus dicapai untuk setiap jenjang strata pendidikan? Sampai pada , apakah siswa masih membutuhkan materi tambahan diluar sekolah seperti bimbingan belajar?
Diterapkannya KTSP pada lembaga pendidikan sekolah merupakan solusi yang tepat dan sebagai salah satu implikasi kebijakan pendidikan.
Salah satu latar belakang penerapan KTSP adalah memberi bekal kepada perserta didik agar mampu bersaing dengan bangsa lain baik dalam makna komparatif dan kompertitif.
KTSP sama juga dengan KBK, bahwa kompetensi bermakna, sebagai pengetahuan keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan pola fikir dan tingka laku.
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Sebagai pengembangan KBK, merupakan desain kurikulum yang dikembangkan berdasarkan atas keseimbangan antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Proses pembelajaran KTSP merupakan jalan menuju tercapainya kompetensi siswa yang telah ditetapkan. Dan meliputi komponen pokok, yaitu
(1) kompetensi yang akan dicapai (2) Strategi penyampaian untuk
mencapai kompetensi dan
(3) Sistim evaluasi atau penilaian
yang digunakan untuk
menentukan keberhasilan siswa
tersebut telah kompeten.
Pengukuran kompetensi dilakukan terhadap aspek
kognitif penguasaan ilmu penge tahuan, teknologi dan kemampuan akademik
psikomotorik (keterampilan, kecakapan hidup serta kemampuan adaptasi dengan lingkungan masyarakat) dan
Afektif (tercemin dari perilaku dan kebiasaan sehari-hari).
Dengan demikian dalam pem belajaran KTSP tak cukup hanya memahami ilmu pengetahuan secara teori , tapi bagaimana kemampuan memperktekan sesuai kompetensi masing-masing sekaligus mengaplikasikan dalam kehidupan nyata.
Penerapan KTSP mempunyai implikasi cukup luas bagi sekolah (Kepala sekolah dan guru) diantaranya dalam mengambil keputusan, perencanaan , pelaksanaan proses belajar mengajar serta menyusun silabus diharapkan dapat memasukkan muatan lokal menyisipkan nilai-nilai kecakapan hidup (Life Skill), yaitu kecakapan untuk berani menghadapi hidup dan kehidupan tampa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreaktif mencari serta menemukan solusi sehingga bahwa, arah kontribusi hasil pembelajaran KTSP adalah bagaimana materi pokok pelajaran menuju kepada kompetensi dan kecakapan hidup kemudian akhirnya menyetuh, teraplikasi dan tercemin dalam kehidupan nyata, dan seimbang.
Penyikapan KTSP
Seperti yang tercantum dalam UUD 45 (pasal 31). Bahwa pemerintah menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan mulia tersebut membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, Tentu akan menjadi tidak proporsional jika target pendidikan semata-mata dibebankan kepada pemerintah (dalam hal ini adalah sekolah), sebab kalau kita menghitung durasi waktu pendidikan di sekolah hanya sekitar 25-30% dari seluruh waktu dalam satu hari.
Tiga elemen pendididkan yaitu pendidikan formal (sekolah), pendidikan in-formal (keluarga) serta pendididkan non-formal (masyarakat, termasuk lembaga kursus dan bimbingan belajar) secara bersama-sama harus ber
tanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan nasional (kecerdasan & kualitas perserta didik).
Dengan diperlakukannya KTSP di sekolah dimana titik berat pembelajarannya menyeluruh meliputi 3 aspek, yaitu kognitif psikomotorik, dan efektif, maka keluarga dan pendidikan luar sekolah (bimbingan belajar) dituntut untuk lebih berperan lagi.
Bahwa dalam proses pembelajaran KBK, bimbingan belajar diperlukan peran dan dukungannya dalam memperkuat materi kognitif siswa, penyusunan materi evaluasi (tertmasuk pengayaan dan latihan evaluasi) serta dalam penyusunan silabus.
Khusus untuk lembaga bimbingan hendaknya menerapkan pola pengajaran berbasis R.E.C (Remedial Enrichment Consulting Conseling) yang senantiasa membimbing siswa dalam menambah dan memperkuat materi pelajaran, pengulangan materi baik berupa latihan penyelesaian soal-soal serta evaluasi belajar seperti tes semester, US dan UN.
Sebagaimana disebutkan diatas bahwa dalam penyusunan silabus KTSP diharapkan dapat menyisipkan nilai-nilai kecakapan hidup (life Skill), Dan Primagama sebagai lembaga yang senantiasa proaktif dan adaptif terhadap berbagai kebijakan pendidikan telah memberlakukan dan memberikan materi tambahan kepada siswanya berupa pendidikan materi kecakapan hidup (Life Skill Education) seperti,
1.AMT= Achivement Motivation
Tranning: (Motivasi Berprestasi)
2.Leadership for student :
(Pelatihan Kemimipinan)
3.Enterpreneurship for student
(Kewirausahaan) , dan
4. Emotional Quotion
Selain merupakan nilai tambah
diharapkan dengan materi tersebut akan memperkuat dan mendukung kemampuan Psikomotorik siswa untuk selanjutnya agar bisa diterapkan dan tercemin dalam perilaku positif siswa, sehingga siswa tidak saja menjadi SDM yang berkualitas dalam ilmu pengetahuan tetapi mampu menjadi pribadi yang tangguh dan survive dalam menjalani hidup dan kehidupan.
Masih terjadi kesenjangan dalam dunia pendidikan di Indonesia, yakni antara gagasan dan konsep yang tertuang dalam kurikulum dengan realitas yang terjadi pada masarakat. Titik berat pendidikan di Indonesia selama ini masih memberikan materi dan konsep pelajaran yang pada hakekatnya baru memberikan peluang untuk berkembangnya Kecerdasan Intelektual (IQ). Dengan demikian siswa cerdas adalah yang mempunyai“kecerdasan matematis” dan “kecerdasan bahasa” yang tinggi. Dan siswa yang dianggap akan sukses dalam kehidupan adalah mereka yang nilai rapor/IP- nya diatas rata-rata. Padahal Pada kenyataannya siswa yang pintar secara akademis di sekolah belum tentu menjadi orang yang sukses di dunia kerja maupun di masyarakat.
Secara lengkap ada tujuh macam kecerdasan yaitu,
1.matematika,
2.Linguistik,
3.spasial,
4.kinestetik,
5.musik,
6.antarpribadi dan
7.interpribadi
(Thomas Amstrong , 2002)
Setiap anak mempunyai potensi dengan kadar kecerdasan yang berbeda yang berbeda-beda pada setiap orang.
Oleh karenanya kesuksesan bakat dan kompetensi seseorang tidak dapat diukur dengan hanya satu aspek maupun satu parameter yang sama. Seorang Aril Peterpan meraih sukses berangkat dari kecerdasan & kompetensi di bidang musik. Demikian juga tokoh Taufiq Hidayat atau Thierry Henry misalnya yang mempunyai kecerdasan kinestetik, tentunya tidak bisa disamakan dengan kesuksesan tokoh B.J Habibi atau bahkan Einstein.
Mengapa KTSP ?
Kebijakan pemerintah dibidang pendidikan,termasuk pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diluncurkan merupakan wujud keseriusan usaha guna mengangkat mutu pendididkan di Indonesia, tentunya diharapkan dapat menjawab kesenjangan yang dimaksud diatas serta melahirkan SDM yang tanggu dalam menghadapi persaingan baik regional maupun tataran kompetisi global yang semakin komplek.
KTSP juga merupakan jawaban dari kebutuhan pendidikan di abad 21 yang meliputi,
a. Tantangan Pendidikan yaitu :
1.Perlunya peningkatan nilai
tambah bagi setiap perserta didik
(SDM)
2. Terjadinya perubahan struktur
masyarakat kearah progresif
3. Kompetensi yang ketat dan
4. Perkembangan Teknologi.
b. Pilar Pendidikan yaitu :
1. Learning to know (Upaya untuk
memahami berbagai ilmu
pengetahuan)
2. Learning to do (Kemampuan
psikomotorik untuk belajar
mempraktikan / mengamalkan
pengetahuan dalam kehidupan
nyata)
3. Learning to be (Upaya
memupuk kepribadian dalam
rangka menuju identitas
berdasar kompetensi diri serta
mampu menjadi pribadi yang
exist dalam kehidupan)
4. Learning to live together
Kesuksesan sebagai pribadi
belum cukup, jadi harus mampu
memberikan manfaat bagi
kehidupan bersama dalam
masyarakat).
Apakah KTSP itu………?
Masih banyak pertanyaan muncul, baik yang datangnya dari para siswa dan barangkali termasuk orangtua mengenai pemberlakuan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), sebagai kurikulum baru. Seperti, apa sebenarnya KTSP Akankah dengan KTSP mampu menggali potensi optimal, baik secara individual siswa maupun secara klasikal? Kompetensi yang bagaimana yang akan ditetapkan dan harus dicapai untuk setiap jenjang strata pendidikan? Sampai pada , apakah siswa masih membutuhkan materi tambahan diluar sekolah seperti bimbingan belajar?
Diterapkannya KTSP pada lembaga pendidikan sekolah merupakan solusi yang tepat dan sebagai salah satu implikasi kebijakan pendidikan.
Salah satu latar belakang penerapan KTSP adalah memberi bekal kepada perserta didik agar mampu bersaing dengan bangsa lain baik dalam makna komparatif dan kompertitif.
KTSP sama juga dengan KBK, bahwa kompetensi bermakna, sebagai pengetahuan keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan pola fikir dan tingka laku.
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Sebagai pengembangan KBK, merupakan desain kurikulum yang dikembangkan berdasarkan atas keseimbangan antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Proses pembelajaran KTSP merupakan jalan menuju tercapainya kompetensi siswa yang telah ditetapkan. Dan meliputi komponen pokok, yaitu
(1) kompetensi yang akan dicapai (2) Strategi penyampaian untuk
mencapai kompetensi dan
(3) Sistim evaluasi atau penilaian
yang digunakan untuk
menentukan keberhasilan siswa
tersebut telah kompeten.
Pengukuran kompetensi dilakukan terhadap aspek
kognitif penguasaan ilmu penge tahuan, teknologi dan kemampuan akademik
psikomotorik (keterampilan, kecakapan hidup serta kemampuan adaptasi dengan lingkungan masyarakat) dan
Afektif (tercemin dari perilaku dan kebiasaan sehari-hari).
Dengan demikian dalam pem belajaran KTSP tak cukup hanya memahami ilmu pengetahuan secara teori , tapi bagaimana kemampuan memperktekan sesuai kompetensi masing-masing sekaligus mengaplikasikan dalam kehidupan nyata.
Penerapan KTSP mempunyai implikasi cukup luas bagi sekolah (Kepala sekolah dan guru) diantaranya dalam mengambil keputusan, perencanaan , pelaksanaan proses belajar mengajar serta menyusun silabus diharapkan dapat memasukkan muatan lokal menyisipkan nilai-nilai kecakapan hidup (Life Skill), yaitu kecakapan untuk berani menghadapi hidup dan kehidupan tampa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreaktif mencari serta menemukan solusi sehingga bahwa, arah kontribusi hasil pembelajaran KTSP adalah bagaimana materi pokok pelajaran menuju kepada kompetensi dan kecakapan hidup kemudian akhirnya menyetuh, teraplikasi dan tercemin dalam kehidupan nyata, dan seimbang.
Penyikapan KTSP
Seperti yang tercantum dalam UUD 45 (pasal 31). Bahwa pemerintah menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan mulia tersebut membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, Tentu akan menjadi tidak proporsional jika target pendidikan semata-mata dibebankan kepada pemerintah (dalam hal ini adalah sekolah), sebab kalau kita menghitung durasi waktu pendidikan di sekolah hanya sekitar 25-30% dari seluruh waktu dalam satu hari.
Tiga elemen pendididkan yaitu pendidikan formal (sekolah), pendidikan in-formal (keluarga) serta pendididkan non-formal (masyarakat, termasuk lembaga kursus dan bimbingan belajar) secara bersama-sama harus ber
tanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan nasional (kecerdasan & kualitas perserta didik).
Dengan diperlakukannya KTSP di sekolah dimana titik berat pembelajarannya menyeluruh meliputi 3 aspek, yaitu kognitif psikomotorik, dan efektif, maka keluarga dan pendidikan luar sekolah (bimbingan belajar) dituntut untuk lebih berperan lagi.
Bahwa dalam proses pembelajaran KBK, bimbingan belajar diperlukan peran dan dukungannya dalam memperkuat materi kognitif siswa, penyusunan materi evaluasi (tertmasuk pengayaan dan latihan evaluasi) serta dalam penyusunan silabus.
Khusus untuk lembaga bimbingan hendaknya menerapkan pola pengajaran berbasis R.E.C (Remedial Enrichment Consulting Conseling) yang senantiasa membimbing siswa dalam menambah dan memperkuat materi pelajaran, pengulangan materi baik berupa latihan penyelesaian soal-soal serta evaluasi belajar seperti tes semester, US dan UN.
Sebagaimana disebutkan diatas bahwa dalam penyusunan silabus KTSP diharapkan dapat menyisipkan nilai-nilai kecakapan hidup (life Skill), Dan Primagama sebagai lembaga yang senantiasa proaktif dan adaptif terhadap berbagai kebijakan pendidikan telah memberlakukan dan memberikan materi tambahan kepada siswanya berupa pendidikan materi kecakapan hidup (Life Skill Education) seperti,
1.AMT= Achivement Motivation
Tranning: (Motivasi Berprestasi)
2.Leadership for student :
(Pelatihan Kemimipinan)
3.Enterpreneurship for student
(Kewirausahaan) , dan
4. Emotional Quotion
Selain merupakan nilai tambah
diharapkan dengan materi tersebut akan memperkuat dan mendukung kemampuan Psikomotorik siswa untuk selanjutnya agar bisa diterapkan dan tercemin dalam perilaku positif siswa, sehingga siswa tidak saja menjadi SDM yang berkualitas dalam ilmu pengetahuan tetapi mampu menjadi pribadi yang tangguh dan survive dalam menjalani hidup dan kehidupan.