sone
IndoForum Junior A
- No. Urut
- 354
- Sejak
- 8 Apr 2006
- Pesan
- 3.404
- Nilai reaksi
- 155
- Poin
- 63
Jujur…..?
“Kalau aku disuruh memilih antara menjadi seorang pejabat pemerintahan yang berkantong tebal dan terjamin hidupnya, dengan menjadi seorang pegawai swasta / wirausahawan yang menantang hati dan hidup senang saat bekerja, mungkin aku akan memilih pilihan kedua.”
Memang aneh kelihatannya, pernyataanku diatas. Namun, selain aku menyukai pekerjaan yang tertera-pada-kemungkinan-kedua, aku juga tidak perlu meributkan masalah kejujuran.
Kejujuran…?
Iya, kejujuran. Menjadi seorang pejabat akan dihadapi kemungkinan buruk yang resikonya terjamin akan ditanggung di ‘alam sana’ (Di mana ya….?), yaitu kemungkinan untuk Korupsi, jelas ini mempertaruhkan kejujuran yang kita miliki.
Saya tak berani mengkritik seseorang di luar sana, yang mungkin sedang bersuka cita di kolam uang ‘kotor’ miliknya, atau orang - orang yang sedang menjilat - jilat uang hasil pungutan liar alias pungli karena suatu alasan. Mengkritik itu mudah (Sampai - sampai jadi hobi orang Indonesia, yang senangnya hadir di berbagai Talk Show, mengkritik orang - orang tertentu, tanpa memberikan solusi), tapi berada di posisi orang yang dikritik, apalah mudahnya…? Pasti saya akan melakukan hal yang serupa.
Jangan minta contoh. Banyak di luar sana.
Tukang kacang goreng saja berani mengurangi takaran kacang yang seharusnya ’segini’ sehingga pas dengan harga aslinya. Ataupun tukang salak yang berani mengutak - atik timbangan sehingga bisa meraup keuntungan lebih. Ataupun…[ambil contoh dari tukang - tukang lainnya. Tukang rampok juga boleh….]
Kapan Indonesia menemukan kejujuran…? Lagi - lagi, jangan tanya orang lain dulu. Lihat diri sendiri.
“Kalau aku disuruh memilih antara menjadi seorang pejabat pemerintahan yang berkantong tebal dan terjamin hidupnya, dengan menjadi seorang pegawai swasta / wirausahawan yang menantang hati dan hidup senang saat bekerja, mungkin aku akan memilih pilihan kedua.”
Memang aneh kelihatannya, pernyataanku diatas. Namun, selain aku menyukai pekerjaan yang tertera-pada-kemungkinan-kedua, aku juga tidak perlu meributkan masalah kejujuran.
Kejujuran…?
Iya, kejujuran. Menjadi seorang pejabat akan dihadapi kemungkinan buruk yang resikonya terjamin akan ditanggung di ‘alam sana’ (Di mana ya….?), yaitu kemungkinan untuk Korupsi, jelas ini mempertaruhkan kejujuran yang kita miliki.
Saya tak berani mengkritik seseorang di luar sana, yang mungkin sedang bersuka cita di kolam uang ‘kotor’ miliknya, atau orang - orang yang sedang menjilat - jilat uang hasil pungutan liar alias pungli karena suatu alasan. Mengkritik itu mudah (Sampai - sampai jadi hobi orang Indonesia, yang senangnya hadir di berbagai Talk Show, mengkritik orang - orang tertentu, tanpa memberikan solusi), tapi berada di posisi orang yang dikritik, apalah mudahnya…? Pasti saya akan melakukan hal yang serupa.
Jangan minta contoh. Banyak di luar sana.
Tukang kacang goreng saja berani mengurangi takaran kacang yang seharusnya ’segini’ sehingga pas dengan harga aslinya. Ataupun tukang salak yang berani mengutak - atik timbangan sehingga bisa meraup keuntungan lebih. Ataupun…[ambil contoh dari tukang - tukang lainnya. Tukang rampok juga boleh….]
Kapan Indonesia menemukan kejujuran…? Lagi - lagi, jangan tanya orang lain dulu. Lihat diri sendiri.