GloryFrench
IndoForum Newbie A
- No. Urut
- 2045
- Sejak
- 10 Jun 2006
- Pesan
- 380
- Nilai reaksi
- 7
- Poin
- 18
Pembina Suci Berkebijaksanaan Cemerlang / Yi Chiek Ce Kuang Ming Sien Ren
Insan yang berhati kasih, tak akan tega menyakiti dan melukai makhluk makhluk dan benda di dunia ini. Sampai sekuntum bungga,sebatang rumput, sebatang pohon, dan sebongkah batu juga tetap akan dikasihi bagai mengasihi diri sendiri.
Dengan kelembutan kasih barulah mampu memberikan kesempatan kepada semua makhluk dan benda untuk hidup sesuai hakekatnya di tengah alam semesta ini.
Buddha Maitreya memandang langit, bumi, manusia, semua makhluk, benda yang berwujud maupun yang tak berwujud adalah bersatu raga dengan kita. Sudah selayaknya kita mengasihi segalanya tanpa pamrih dan tuntunan apapun.Demikianlah jiwa maha kasih yang harus kita miliki dalam membina diri
Dari Kisah diatas jelaslah bahwa berkalpa kalpa kehidupan yang lampau, Buddha maitreya telah membina diri dengan cara tidak menyantap daging makhluk hidup(bervegetarian) dengan prinsip," Daging Makhluk Lain Adalah Dagingku" sebagai perwujudan dari pembinaan Samadhi Maitri.Demikianlah Beliau senantiasa menjunjung tinggi dan mengamalkab cinta kasih,hingga disebut juga sebagai Maitreya Sang Pengasih. Dengan Maha Kasih inilah, Buddha Maitreya akan membawakan kebahagian universal kepada semua makhluk triloka.Dalam Kitab Sutra buddhis tertulis kisah sebagai berikut.
Berkalpa masa yang silam, Buddha Maitreya pernah terlahir sebagai seorang pembina berkearifan tinggi. Orang-orang memangilnya "Yi Chiek Ce Kuang Ming Sien Ren (Pembina Suci Berkebijaksanaan Cemerlang)".
Suatu ketika, tiba-tiba hutan tempat membina diri Pembina Suci Berkebijaksanan Cemerlang itu dilanda banjir yang sangat dahsyat.Sehingga mengakibatkan semua tetumbuhan dan palawija rusak dilanda banjir. Dan semua makhluk hidup disekitar sana amat kekurangan makanan. Demikian juga halnya dengan Sang Pembina itu,telah tujuh hari tak mendapatkan sedikit makanan apapun untuk mengisi perutnya.
Saat itu di dalam hutan hiduplah 500 ekor kelinci hutan. Ketika ratu kelinci melihat Sang Pembina sudah hampir mati kelaparan, ia langsung terpanggil untuk berkorban diri demi kelangsungan hidup Sang Pembina dan mempertahankan agar roda dharma dapat terus berputar di dunia ini.
Ratu Kelinci pun mengumpulkan semua anaknya dan berpesan "Aku akan mengorbankan raga demi kelangsungan hidup seorang pembina dan kelanjutan penyebaran Buddha Dharma, setelah berpisah, jagalah diri kalian baik-baik!.
Tiba-tiba salah seekor anak kelinci menyahut."Mama berkorban diri demi seorang Pembina dan Buddha Dharma, sungguh adalah perbuatan mulia, akupun ingin melakukannya." Pada waktu yang sama, Dewa Hutan dan Dewa Pohon yang mendengar percakapan itu langsung datang membantu menyiapkan api unggun.
Setelah api unggun menyala dan berkobar, di luar dugaan anak kelinci langsung mendahului induk kelinci melompat kedalam api yang berkobar itu. Lalu induk kelinci segera menyertai masuk kedalam kobaran api itu. Tak lama kemudian daging kedua ekor kelinci itu sudah terbakar matang.
Dewa Hutan segera pergi menyampaikan peristiwa ini kepada Sang Pembina dan mempersilahkan Beliau untuk menyantap daging kelinci itu.
Begitu mendengar penyampaian dari Dewa Hutan, sedih dan pilu menyelimuti hati Sang Pembina.
Detik itu juga Sang Pembina berdiri dan meneguhkan ikrar suci yang mengugah alam semesta, "Biarkanlah ragaku hancur luluh, biarlah sakit derita menyayat hatiku, selamanya aku tak akan tega menyantap daging makhluk hidup manapun juga, karena daging makhluk hidup lain adalah dagingku sendiri,"
Lebih lanjut Beliau berikrar, "Semoga aku pada berkalpa-kalpa kehidupan mendatang tak pernah lagi timbul niat pembunuhan selamanya tak melahap daging makhluk hidup.Selamanya aku akan mengamalkan sila berpantang makan daging. Demikian aku akan terus berjuang memancarkan Maha Kasih hingga mencapai Kesempurnaan."
Setelah meneguhkan ikrar yang maha luhur itu, Sang Pembina langsung melompat ke dalam kobaran api bersama kelinci tersebut.
Sang Buddha Sakyamuni bersabda, "Saat itu induk kelinci tersebut adalah diriku sendiri. Kelinci kecil adalah anakku, Rahula. Dan Sang Pembina yang maha kasih adalah Boddhisatva Maitreya."
Insan yang berhati kasih, tak akan tega menyakiti dan melukai makhluk makhluk dan benda di dunia ini. Sampai sekuntum bungga,sebatang rumput, sebatang pohon, dan sebongkah batu juga tetap akan dikasihi bagai mengasihi diri sendiri.
Dengan kelembutan kasih barulah mampu memberikan kesempatan kepada semua makhluk dan benda untuk hidup sesuai hakekatnya di tengah alam semesta ini.
Buddha Maitreya memandang langit, bumi, manusia, semua makhluk, benda yang berwujud maupun yang tak berwujud adalah bersatu raga dengan kita. Sudah selayaknya kita mengasihi segalanya tanpa pamrih dan tuntunan apapun.Demikianlah jiwa maha kasih yang harus kita miliki dalam membina diri