• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Inilah Sketsa Sederhana Bila Anak Dibiarkan Bermain Ponsel Tanpa Bimbingan Orangtua

Angela

IndoForum Addict A
No. Urut
88
Sejak
25 Mar 2006
Pesan
41.369
Nilai reaksi
23
Poin
0
Usianya baru menginjak tahun ketiga. Bunga (nama samaran) tumbuh jadi bocah yg hyperaktif. Polahnya sungguh menciptakan repot setiap orang yg menjaganya. Meleng sedikit, dapat-dapat Bunga sudah hingga ke lantai 2. Hal yg sungguh mengerikan, mengingat anak tangga di rumah bentuknya agak curam. Meskipun sudah cukup tangkas berjalan, namun usianya yg baru segitu menciptakan setiap orang dewasa yg menjaganya mesti merasa khawatir. Masih untung tak keluar rumah, sebab pernah sekali waktu geger seisi rumah karena kehilangan dirinya. Namanya juga bocah, rasa harap tahu yg kuat kadang membawanya keliling areal perumahan cuma sekadar harap mengetahui ada apa di luar sana. Bunga yg notabene pemberani sudah pasti gampang sekali dibujuk oleh seorang yg baru dilihatnya. Hal itulah yg menciptakan semua khawatir dengan dirinya.
Sebotol susu sudah habis diminum oleh Bunga. Namun tanda-tanda ia mau memejamkan mata, belum ada. Aduh. Padahal Eyangnya sudah letih rasanya menjaganya. Tapi anak ini sulit sekali dibujuk untuk tidur siang. Pikir Eyangnya, kalau bocah ini bangun dari tempat tidur & nanti pasti beliau bakal letih mengejarnya ke sana-sini, handphone pada akhirnya jadi dewa penyelamat Eyang. Berjam-jam lamanya, Bunga pun asyik menatap layar handphone. Anteng. Sampai si Eyang pun dapat terlelap di sampingnya. Sekian kalinya, ponsel menyelamatkan Eyang dari kelelahan.

Lain Bunga, lain pula kisah kakaknya, Tasya (nama samaran) . Usianya terpaut 5 tahun di atasnya. Sebagai kakak pencemburu, tasya mempunyai sikap yg sedikit vokal, lebih tepatnya cerewet. Hampir segala yg berkaitan dengan sang adik, Tasya hampir tidak pernah menyukainya. Cemburu khas seorang kakak, yg merasa kasih sayang orang-orang terfokus kepada sang adik. Sementara ia menganggap tidak ada yg sayang lagi kepadanya.
Kedua orangtuanya kebetulan bekerja. Jadi tanggung jawab momong anak sepenuhnya diserahkan kepada Eyangnya.
Ada satu moment di mana Tasya mau tenang atau hilang rasa kecemburuannya kepada sang adik adalah ketika sebuah handphone lekat di telapak tangannya. Semua pikirannya tumpah pada game yg dimainkan atau mungkin yutub yg sedang disaksikannya.
Tapi lagi-lagi lain Bunga, lain juga Tasya. Cerewetnya yg gak ketulungan justru kerap memicu masalah. Kebisingan yg ia timbulkan kadang justru kerap menggangu adiknya ketika Eyang sedang berusaha menidurkannya. Mungkin karena cemburu, Tasya justru terkesan sengaja membesarkan volume suaranya. Alhasil adiknya tak dapat tidur & Eyangnya juga tidak dapat beristirahat siang.
Orangtuanya bukan tak tahu kelakuan anaknya ketika bermain game atau menonton yutub. Heboh & cerewet. Tapi lagi-lagi, ketimbang kelayapan di luar rumah sedangkan keadaan sedang seperti ini, atau barangkali rewel & kerap kali menangis karena sebab yg tak jelas. Maka barangkali orangtuanya memilih untuk pura-pura tak tahu saja & dapat jadi di luar sepengetahuan orang, ada pembahasan kedua orangtuanya tantang perilaku anaknya. Mungkin.
Yang jelas, ponsel menyelamatkan orangtuanya dari kerewelan anaknya yg sering saja mencemburui adiknya. Dan juga menciptakan orangtuanya dapat fokus mengerjakan tugas kantor yg sebab pandemi ini dikerjakan di rumah.
Apa yg nampak di matanya itu pula yg kemudian dilakukannya. Melihat orang tuanya yg tak lepas dari laptop & juga ponselnya, Tasya & juga kembang seperti resah bila tak ada ponsel ditangannya. Terutama Tasya, otaknya selangkah lebih pintar dari anak seusianya. Terutama dalam hal mencari-cari alasan supaya ibunya mau memberikan ponsel kepadanya. Haduh...
Sang Ibu yg iba kepada anaknya, terlebih karena tuntutan sang Ayah supaya jangan terlalu keras pada anaknya justru menciptakan anaknya tak terkendalikan lagi.
Imbasnya, suatu ketika saat Tasya sedang asyik bermain ponsel, Eyangnya menyuruhnya untuk belajar. Dan sebuah jawaban yg paling brutal keluar dari mulutnya,

"Eyang diem kenapa!! Ganggu aja. Eyang gak ada akhlak..."

Bocah usia 7 tahun barangkali belum tahu bahwa ucapannya itu kurang ajar. Dan semua orang tahu, dari mana dia mendapatkan bahasa-bahasa seperti itu. Yang jelas bukan dari Eyangnya yg kerap memomongnya setiap hari atau dari orang tuanya.

Agaknya begitulah contoh sederhana karena terlalu membiarkan anak asyik bermain dengan ponsel tanpa supervisi dari orangtua.

Gimana menurut Gansist semua? Pernah gak punya pengalaman seperti yg ane sketsain diam atas? Yuukk bijak dalam mendidik anak.

Selamat malam. Semoga jadi pelajaran bagi kita semua. Kemarin 23:48
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.