• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Hindu Bali dan Hindu India..bedakah?

Buset dah!
gw juga gak taw..gw sependapat ama teori evolusinya mas Darwin tapi satu hal yg gw gak setuju tuch "manusia berasal dari kera"..
sejak awal diciptakan manusia ama binatang tuch beda...

begini bos...masalahnya mas darwin itu ndak tahu kalo leluhur qta itu hindu!:> orang hindu khan kalo ndak moksa pasti mayatnya dibakar. makanya ndak ada fosilnya yg bisa ditemukan ama mas darwin....eh malah ketemunya ama fosilnya kera yg dibilang manusia purba itu.:-/ tapi kalo ilmu pengetahuan masih pake teori mas darwin... ya udah itu artinya qta percaya kalo adam & hawa itu monyet:(
 
Tamil Veda

nama2 lokal tersebut berasal dari wahyu Tuhan sendiri karena Leluhur kami pun mampu untuk menerima anugerah seperti halnya guru2 besar Hindu dari India..tentu saja Beliau menyesuaikan dengan bahasa setempat...
Bro JakaLoco, ini cerita tentang Tamil Veda. Composed by BPB Rangaraja in Bahasa Indonesia. now he is living in Bali.

SRI-VAISHNAVA, JALAN ROHANI YANG DIBENTUK OLEH VEDA SANSKRIT DAN TAMIL

Kata Vaishnava menunjukkan keadaan yang kekal dan alamiah, fungsi mendasar dan ciri pelayanan pengabdian cintakasih yang tak bersyarat dari semua roh individual (jivatma) dalam hubungannya terhadap Vishnu, Yang Mahatinggi, Roh Utama yang meresapi segala-galanya (paramatma). Vaishnava secara literal dan natural berarti seseorang yang menginsafi dharmanya yang asli sebagai roh yang kekal, yang memuja Pribadi Tertinggi Tuhan Yang Maha Esa Vishnu, semata-mata hanya karena cintakasih yang murni tanpa mengharapkan apa-apa sebagai balasan. Setiap pengetahuan, khususnya yang terkandung dalam Veda, yang mengungkapkan kebenaran hakiki ini disebut ajaran Vaishnava. Mereka yang menerapkan ajaran ini disebut para Vaishnava.
Sri Vaishnava sebagaimana ketiga sampradaya Vaishnava utama lainnya (Brahma-Madhva, Rudra-Vishnusvamin, dan Sanakadi-Nimbaditya) adalah merupakan agama Veda yang sejati dan benar, yang patuh terhadap prasthana-trayam yaitu Upanisad (sruti-prasthana), Bhagavad-Gita (smriti-prasthana), dan Brahma-Sutra (nyaya-prasthana). Sebagai tambahan atas prasthana-trayam, Sri Vaishnava juga menerima kumpulan kidung pujian, merupakan suatu revelasi yang diinsafi oleh duabelas orang suci Tamil yang disebut Alvar, dikenal sebagai kitab Nalayira Divya Prabandham (Kitab Kumpulan 4000 yang Kudus). Ajaran yang terdapat dalam Divya Prabandham sepenuhnya sesuai dengan ajaran-ajaran dalam prasthana trayam, sehingga para Acharya Sri Vaishnava terutama Srimad Ramanuja, mengangkatnya menjadi Veda Tamil (Dravidaveda). Dengan demikian para Sri Vaishnava menerima bahwa Divya Prabandham sejajar dengan Veda-Vedanta, sehingga mereka juga disebut sebagai Ubhaya-vedantin.
Tradisi Sri Vaishnava dikatakan pada jaman ini dirintis oleh seorang Acharya Vaishnava suku Tamil yang bernama Sri Nathamuni (824-924M) dan dilanjutkan oleh para penerusnya. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa tradisi parampara ini berdasarkan atas kidung kebaktian para Alvar, yang merupakan para orang suci-penyair yang memuja Bhagavan Sri Krishna atau Vishnu. Mereka menginsafi keseluruhan aspek Tuhan Yang Maha Esa secara sempurna, yaitu para, vyuha, vaibhava, avatara, antaryami, dan brahman. Keinsafan langsung dan sempurna tentang Brahman dalam Upanisad diistilahkan dengan para-jnana, suatu pencapaian pencerahan yang sangat jarang dialami oleh para Rishi dan Yogi lainnya. Tetapi kemudian para Alvar tidak berhenti sampai di sana. Mereka mencapai tingkat selanjutnya yang disebut para-bhakti, cintakasih tertinggi, dimana mereka merasakan pengetahuan akan hubungan langsung antara Tuhan Tertinggi dengan para jivatma dalam tingkat yang terluhur. Setelah itu pengetahuan ini mengejawantah menjadi pengalaman pencerahan yang lebih tinggi lagi, dimana para Alvar turut serta, terlarut dalam berbagai kegiatan sukacita bersama Tuhan secara pribadi, ini disebut paratpara-bhakti. Apabila diumpamakan secara sederhana adalah seperti kita mengenal seseorang. Pertama kita mengenal sisi impersonalnya, seperti nama baiknya, kemashyurannya, termasuk mengalami kebaikan hatinya, dsb. Kemudian kita mengetahui cirinya yang lebih pribadi dan rahasia, seperti bagaimana wajahnya, tingginya, warna kulitnya, dsb. Pada akhirnya pengetahuan yang lengkap dan sempurna mengenai seseorang akan kita dapatkan pada saat kita berjumpa, bergaul, dan berteman akrab dengannya.
Bentuk revelasi unik yang diinsafi oleh para Alvar dikatakan melebihi beberapa Rishi purba dalam Veda Sanskrit, sehingga revelasi para Alvar yang dituangkan dalam Divya Prabandham ini dirasakan lebih jelas dan tidak terlalu membingungkan bagi orang biasa, tidak seperti Veda Sanskrit yang membutuhkan kekuatan rohani lebih lagi untuk dapat memahaminya. Divya Prabandham akhirnya berdiri sebagai jembatan penghubung antara rakyat umum dengan pengetahuan rahasia yang terkandung dalam Veda. Kedudukannya ini tampak dalam tradisi yang berkembang di India Selatan dan dalam garis Sri Vaishnava sampai hari ini, dimana Tamil Veda selalu dilantunkan sebelum pelantunan mantra-mantra suci Sanskrit Veda. Para Alvar juga merintis jalan pembebasan yang dikenal sebagai Saranagati-yoga (yoga penyerahan diri) atau Sad-anga-yoga (yoga enam ruas), membedakannya dari asta-anga-yoga atau hatha, yang biasa kita kenal. Suatu metode pembebasan yang memungkinkan pencapaian moksa dalam satu tubuh dan satu kelahiran saja. Nathamuni dan para penerusnya di kemudian hari memadukan peradaban bhakti yang berkembang di Tamilnadu atau Dravidadesa (India Selatan) dengan Veda dan Vaishnava Agama-sastra dalam bahasa Sanskrit (sistem Pancaratrika Sattvata Tantra) yang berasal dari India Utara.
Sri Vaishnava memusatkan pemujaannya kepada Divya-dampathi Sri Sri Laksmi Narayana, Tuhan Yang Maha Esa dalam aspek-Nya yang penuh kemuliaan dan kemahakuasaan tak terbatas (aisvarya-purnam). Sri Mahalaksmi adalah pendamping kekal Tuhan Sri Vishnu atau Sriman Narayana, dan Mereka Berdua merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Sri Sri Laksmi Narayana membentuk keseluruhan Kebenaran Mutlak Yang Tertinggi, Parabrahma.
Mahalaksmi menduduki peranan yang sangat penting dalam sampradaya ini. Peran Beliau yang tak tergantikan inilah yang menyebabkan seluruh tradisi ini dikenal sebagai Sri Vaishnava Sampradaya atau garis perguruan rohani yang berakar dari Sri-devi, Mahalaksmi. Acharya pertama yang menurun langsung dari Tuhan Sendiri dalam parampara ini adalah Mahalaksmi.

PARAMPARA SRI VAISHNAVA

Sri Mahalaksmi
Mahalaksmiji bersama dengan Tuhan Sriman Narayana membentuk kesempurnaan Kebenaran Mutlak Tertinggi. Laksmi merupakan Vishnu-sakti, kekuatan rohani Tuhan, yang melaluinya Beliau mewujudkan segala kelengkapan-Nya dan juga menjadi sumber segala ciptaan. Dalam manifestasi prakrti-Nya, Laksmi menjadikan seluruh alam semesta ini. Sehingga dengan demikian beliau dianggap memiliki hubungan langsung dengan dunia ini, sedangkan Tuhan Sri Vishnu, sebagai Kesadaran Tertinggi, hanya berhubungan secara tidak langsung.
Maka dengan demikian Mahalaksmi juga diyakini lebih mudah didekati daripada Bhagavan Sri Vishnu. Beliau adalah Ibu seluruh alam semesta dan secara khusus Beliau adalah Ibunda bagi semua penyembah Vishnu, sehingga berkaitan dengan hal ini Beliau menjadi sangat-sangat penting bagi para bhakta. Para bhakta Sri Vaishnava mengabdikan diri melalui pengantaraan Sri Laksmi, mereka memohon belas kasihnya dan memohon pengampunan dari Beliau, sehingga pada akhirnya Beliaulah yang membawa dan menerimanya untuk memasuki Kerajaan Rohani Laksmi Narayana. Jadi Mahalaksmi merupakan pengantara, penghubung antara baddha-jiva, roh-roh terikat, dengan Tuhan Sriman Narayana.
Dalam Saranagati-gadyam, Sri Ramanuja melukiskan hubungan erat antara penyembah dengan Sri Laksmi dalam doanya sebagai berikut.
“Tiada tempat selain Diri-Mu, wahai Sri-devi, dimana hamba dapat mencari perlindungan. Paduka yang dipenuhi segala sifat mulia, mahawelas asih, bersemayam di hutan bunga seroja. Paduka adalah pelindung bagi mereka yang tak berdaya. Paduka adalah Ibu hamba, dan sesungguhnya adalah Ibu bagi seluruh alam semesta. Sang Ratu Surgawi, yang dimahkotai oleh Tuhan dari segala Deva, mahasuci, tiada bernoda, tiada bandingannya, dan tak pernah terpisahkan dari Tuhan. Diri Paduka, rupa, sifat-sifat, dan kemuliaan yang tak terbatas yang Paduka miliki seperti keagungan, kemahakuasaan, dan kejayaan, semuanya tiada berbeda dengan Tuhan. Segalanya begitu berharga, setara dengan rupa dan kemuliaan Bhagavan Narayana”
Demikianlah kesucian dan keagungan Sang Ibunda Illahi, Sri Mahalaksmi, yang menjadi jembatan penghubung antara alam duniawi dengan dunia rohani, pintu gerbang yang dilalui oleh para penyembah untuk memasuki Parabrahman. Beliau juga adalah titik bindu dalam Sri Yantra dan merupakan pusat terdalam dari alam semesta. Melalui Diri-Nya dan kemurahan hati-Nya, para penyembah dapat diterima memasuki dunia pengabdian suci kepada Bhagavan Sriman Narayana. Rahasia pengabdian suci kepada Tuhan diungkapkan oleh Mahalaksmi dan Beliau juga menjadi pengantara pengabdian itu sehingga dapat sampai kepada Tuhan.

Bhagavat Vishwaksena (Senai Mudaliyan)
Sri Vishwaksena merupakan Acharya berikutnya dalam Sri Vaishnava, langsung di bawah Mahalaksmi. Beliau adalah mahasenapati atau pimpinan tertinggi balatentara Kerajaan Tuhan. Beliau merupakan jiva-tattva pertama yang berada dalam garis perguruan, karena baik Sriman Narayana maupun Mahalaksmi merupakan isvara-vargam atau isvara-tattva. Senapati Vishwaksena atau Senai Mudaliyan dalam bahasa Tamil kemudian beravatara sebagai Bhagavat Nammalvar (Nammalwaar) dan menurunkan pengetahuan rahasia bhakti ke dunia, sebagaimana yang telah beliau terima dari Ibunda Mahalaksmi. Beliau juga adalah sathari, alas kaki Tuhan yang dikenakan sebagai mahkota di atas kepala para hamba-Nya.

Bhagavat Nammalvar
Beliau juga dikenal dengan nama Satagopan atau Parankusa. Beliau menerima parampara Sri Vaishnava dari Sri Vishwaksena, atau dikatakan pula bahwa beliau merupakan penjelmaan dari Vishwaksena sendiri. Swami Nammalvar dikenal sebagai Prapannajana Koothattar (Pemimpin Agung dari mereka yang menyerahkan diri). Di antara duabelas Alvar lainnya, Swami Nammalvar adalah satu-satunya yang secara khusus diangkat ke dalam guru-parampara, karena melalui beliaulah Sri Vaishnava Sampradaya memperoleh Divya Prabandham.

Sriman Nathamunigal
Sriman Nathamunigal adalah Acharya pertama dari Sri Vaishnava Sampradaya di masa kini. Beliau membangkitkan kembali keyakinan Sri Vaishnava dengan menemukan dan mengumpulkan 4000 syair suci para Alvar, terutama dari Nammalvar. Beliaulah yang menyusunnya menjadi Nalayira Divya Prabandham dan menyebarluaskannya. Beliau juga menulis beberapa naskah suci seperti Nyaya Tattvam dan Yoga Rahasyam. Sri Alavandar, yang dikenal pula sebagai Sri Yamunacharya, salah satu Acharya terpenting berikutnya adalah cucu dari Sriman Nathamunigal. Siswa utama dari Nathamuni adalah Sriman Pundarikakshar.

Sriman Pundarikakshar (Sri Uyyakondar)
Merupakan siswa utama dari Nathamuni. Suatu ketika beliau mendampingi istri gurunya (guru-patni) pergi mengunjungi orangtuanya. Orangtua dari gurupatni tidak mengetahui keagungan dari Sriman Pundarikakshar, dan hanya menganggapnya pembantu biasa. Beliau lalu disuruh duduk di luar rumah dan diberi makanan sisa kemarin. Ketika Sriman Nathamunigal yang mengerti hal ini bertanya kepadanya apa yang telah terjadi, Pundarikakshar menjawab bahwa beliau telah menerima keberuntungan besar (bhagyam) dengan mendapatkan Bhagavata-sesam (makanan sisa yang telah dinikmati oleh Bhagavata). Mendengar jawaban ini Nathamuni sangat bahagia, beliau menganugerahinya segala pengetahuan dan memberinya gelar ‘Uyyakondar’. Siswa utama dari Sriman Pundarikakshar adalah Sriman Rama Mishra dan Sriman Pundarikadasan yang termashyur itu.

Sriman Rama Mishra (Sri Manakkal Nambi)
Dikisahkan suatu ketika Manakkal Nambi pergi bersama dua anak Sri Uyyakondar yang masih kecil untuk mandi ke sungai Kaveri. Saat kembali ada kubangan besar yang tidak mampu dilalui oleh dua orang anak kecil ini. Kemudian Manakkal Nambi merebahkan dirinya sebagai jembatan di atas kubangan itu, sehingga kedua putra gurunya dapat lewat dengan selamat. Sri Uyyakondar sangat senang dengan guru-bhaktinya dan memberinya karunia. Beliau kemudian menjadi Acharya setelah Sri Uyyakondar berpulang.
Manakkal Nambi juga membawa kembali keturunan dari Sriman Nathamunigal yaitu Sri Alavandar untuk menjadi Sri Vaishnava lagi. Saat itu Sri Alavandar tengah menikmati kekayaan sebagai seorang raja. Karena sangat sulit menemui calon muridnya yang merupakan orang penting ini, Manakkal Nambi kemudian mendekati juru masak istana dan setiap hari mengirimkan sejenis makanan sattvik yaitu tuduvalai. Suatu ketika beliau berhenti membawa makanan ini sehingga Sri Alavandar yang sudah terbiasa memakannya menjadi heran dan penasaran. Saat itulah akhirnya Manakkal Nambi dapat berjumpa dengan Sri Alavandar.
Manakkal Nambi kemudian membawa Alavandar ke Ruang Mahasuci Kuil Sri Ranganatha di Trichy. Beliau mengatakan akan memberikan harta warisan nenek moyang kepada Alavandar. Kemudian beliau menunjuk Sri Ranganatha dan berkata, “Inilah warisan leluhurmu”. Sri Alavandar kemudian menjatuhkan diri di kaki Manakkal Nambi dan kemudian meninggalkan segala kekayaan kerajaannya, menjadi Acharya berikutnya dalam garis perguruan Sri Vaishnava.

Sri Yamunacharya (Sri Alavandar, Alabandaru)
Alavandar adalah salah satu Acharya Vaishnava yang paling mulia tidak saja dalam garis Srivaishnava, tetapi juga bagi para Vaishnava di seluruh dunia. Beliau lahir sekitar tahun 953 M di Madurai, ibukota kerajaan Pandura di India Selatan. Ayahnya meninggal saat beliau masih kanak-kanak dan kakeknya menempuh jalan Sannyasa (pelepasan ikatan). Beliau dibesarkan oleh ibu dan neneknya. Walaupun seorang anak yatim, namun niatnya untuk belajar sangat tinggi dan kecerdasannya luarbiasa. Beliau belajar di bawah bimbingan Acharya Sri Maha Bhasya Bhatta. Pada masa itu Akki Azhwan, pujangga kerajaan, menantang Sri Maha Bhasya untuk berdebat. Alavandar, yang ketika itu baru berusia duabelas tahun, kemudian memutuskan untuk mewakili gurunya yang sama sekali tidak berminat untuk terlibat hal-hal semacam itu.
Akki Azhwan atau Vidvajjnanakolahala merupakan seorang sarjana yang sangat besar. Dia dikenal sebagai “Orang yang membuat semua sarjana lari ketakutan”. Raja Pandya mengangkatnya menjadi pendeta tinggi kerajaan dan melimpahinya dengan segala kemewahan. Semua orang di ruang sidang kerajaan heran melihat seorang bocah berani tampil menjawab tantangan Akki Azhwan yang hebat itu. Namun sang ratu merasa terkesan dengan penampilannya yang menakjubkan. Ratu kemudian membuat perjanjian dengan raja, bahwa bila nantinya Alavandar kalah, maka dia bersedia melayani raja seumur hidup seperti pelayan, tetapi bila Alavandar yang menang maka raja harus setuju membagi kerajaannya menjadi dua dan menghadiahkannya kepada Alavandar.
Dalam perdebatan itu Alavandar menantang Akki Azhwan untuk membuktikan bahwa tiga pernyataan yang dikatakannya ini tidaklah benar. (1) Ibu Akki Azhwan adalah wanita subur (tidak mandul). (2) Raja adalah seorang yang saleh (3) Ratu adalah wanita yang sangat setia. Akki Azhwan tidak dapat (tentu saja!) membuktikan bahwa ketiga pernyataan itu salah dan akhirnya ia mengaku kalah. Kemudian Alavandar mengatakan bahwa menurut sastra ibu Kidambi Azhwan adalah memang benar wanita mandul karena ia hanya punya satu anak saja. Seorang raja dikatakan dalam kitab suci menerima seperenam hasil kegiatan rakyatnya, baik yang saleh maupun yang berdosa. Sebagian besar orang di jaman Kaliyuga ini berdosa, jadi tentu saja raja tak lepas dari dosa-dosa rakyatnya juga. Ratu memang wanita yang tidak setia, karena dalam sastra suci, raja adalah perwujudan dewa-dewa seperti Indra, Agni, Surya, Candra, dan sebagainya. Bagaimana mungkin wanita yang bersuami banyak dapat dikatakan setia sepenuh hatinya. Mendengar hal ini ratu merasa lega dan segera berseru, Emmai Alavandeero! (Engkaulah penyelamatku!). Sejak saat itulah beliau dikenal dengan nama Sri Alavandar dan mendapat setengah dari kerajaan, sampai akhirnya bertemu dengan Sri Manakkal Nambi. Manakkal Nambigal atau Sri Rama Mishra adalah murid dari Sri Pundarikakshar (Svami Uyyakondar), murid langsung dari Sri Nathamuni. Manakkal Nambi mendapat tugas mengalihkan hidup Sri Alavandar dari jalan kemewahan duniawi, untuk kemudian mewarisi pengetahuan rohani dan pimpinan masyarakat Srivaishnava yang didirikan oleh kakeknya.
Saat itu Sri Alavandar tengah menikmati kekayaan sebagai seorang raja. Karena sangat sulit menemui calon muridnya yang merupakan orang penting ini, Manakkal Nambi kemudian mendekati juru masak istana dan setiap hari mengirimkan sejenis makanan sattvik yaitu sayuran hijau yang disebut tuduvalai yang sangat baik untuk mereka yang menempuh jalan spiritual. Suatu ketika beliau berhenti membawa makanan ini sehingga Sri Alavandar yang sudah terbiasa memakannya menjadi heran dan penasaran. Saat itulah akhirnya Manakkal Nambi dapat berjumpa dengan Sri Alavandar.
Manakkal Nambi kemudian membawa Alavandar ke Ruang Mahasuci Kuil Sri Ranganatha di Trichy. Beliau mengatakan akan memberikan harta warisan nenek moyang kepada Alavandar. Kemudian beliau menunjuk Sri Ranganatha dan berkata, “Inilah warisan leluhurmu”. Sri Alavandar kemudian menjatuhkan diri di kaki Manakkal Nambi dan kemudian meninggalkan segala kekayaan kerajaannya, menjadi Acharya berikutnya dalam garis perguruan Srivaishnava.
Pengaturan komunitas Vaishnava dan persatuannya merupakan jasa dari Sri Yamunacharya. Beliau juga menjadikan Srirangam (Thiruvaranga Kovil), kuil Vishnu terbesar di India Selatan, sebagai pusat atau markas dari perguruannya ini. Berkat kedudukannya yang tinggi, beliau juga berhasil meredam keberatan dari golongan pengikut Sankaracharya yang menolak otoritas kebaktian dari kitab-kitab Pancaratra atau Agamasastra. Beliaulah yang merintis perpaduan Veda dengan Pancaratra secara harmonis kemudian meleburkannya dengan ajaran-ajaran dari Divya Prabandham atau Dravidaveda.
Beliau mempelajari Yogarahasyam dari Sri Kurugaikava-lappan, seorang siswa dari Nathamuni. Beliau juga berdoa kepada Bhagavan Varadaraja di Kanchipuram agar membawa Sri Ramanuja memeluk Srivaishnava dan menjadi Acharya menggantikan dirinya.
Karya-karya beliau yang terkenal adalah Sri Catuhsloki, Agamapramanyam, Atmasiddhi, Samvitsiddhi, Gitarthasamgraham, dan Sri Stotraratnam. Murid-murid utama beliau adalah Guru Mahapurnam (Periya Nambi), Guru Gosthipurnam (Thirukotthiyur Nambi), Guru Kanchipurnam (Thirukkacchi Nambi), Guru Vararanga (Thiruvaranga Perumal Araiyar), dan Guru Maladhara (Thirumalai Andaan).

Sri Guru Mahapurnam (Periya Nambigal)
Periya Nambi ditunjuk oleh Alavandar untuk membawa Sri Ramanuja ke Srirangam dari Kanchipuram. Pada saat itu Sri Ramanuja tengah melaksanakan Tirtha Kainkaryam (mengambil air suci dari sumur kuil untuk keperluan pemujaan). Periya Nambi menyanyikan keras-keras salah satu Sukthi (doa gubahan) dari Sri Alavandar dan membuat Ramanuja tertarik. Periya Nambi kemudian membawa Ramanuja menemui Sri Alavandar yang ternyata telah berpulang ke paramapadam (dunia rohani), tepat saat Sri Ramanuja tiba di Sri Rangam.
Atas perintah dari Bhagavan Varadaraja Perumal yang dipuja di kota suci Kanchi, Sri Ramanuja kemudian menjadi murid dari Periya Nambi.

Sripada Ramanujacharya
Beliau adalah Acharya Sri Vaishnava yang paling agung. Seluruh filsafat Sri Vaishnava ini disebut Ramanuja-darsanam. Beliau dikenal juga dengan nama Yathirajan, Udaiyavar, dan Bhasyakarar. Di hadapan tubuh suci Sri Alavandar beliau bersumpah untuk menyusun Bhasya atas Vishnu-purana, menyusun Bhasya atas Brahma-sutra Vedavyasa, dan menyebarluaskan Sri Vaishnava serta pemahaman Visista-advaita menurut garis Kumpulan Kudus para Alvar.
Beliau menerima diksha dari Guru Mahapurnam dan menerima siksha dari beberapa murid Alavandar lainnya. Dari Guru Gosthipurnam beliau menerima siksha atas makna rahasia Tiga Mantra Agung (Sri Mula Mantra, Dvaya-mantra, dan Charama-sloka). Tidaklah perlu lagi kita mengulang kisah kemuliaan Acharya yang agung ini. Singkatnya beliau adalah merupakan matahari cemerlang yang menerangi seluruh dunia dengan cahaya Sri Vaishnava dan bhakti-tattva.
Beliau mengangkat Parasara Bhatta, putra Kuresha (Kurattalwan) sebagai penerusnya. Kemudian garis perguruan Sri Vaishnava dilanjutkan pula oleh Acharya-acharya besar seperti Sri Vedanta Desika (Sri Venkatanatha Vedantacharya) dan Manavala Mamunigal (Vara Vara Muni Svami). Garis perguruan ini masih berlanjut sampai sekarang.
Ada berbagai Math atau biara dan para guru kerohanian yang dikenal dengan sebutan Acharya, Jiyar, Allakkhiya Singhar, Svamin, dsb. yang masih tetap menjaga pewarisan ajaran Sri Vaishnava secara turun-temurun melalui garis silsilah rohani yang tak terputuskan dari Bhagavat Srimad Ramanujacharya. Mereka inilah yang menyebarkan terangnya ajaran Veda-Vedanta sejati, bekerjasama dengan para penerus silsilah rohani dari perguruan lainnya, menjaga kelestarian pewarisan jalan pencerahan dan kesempurnaan tertinggi bagi seluruh umat manusia di bumi ini.


I've read the thread from Bro Goesdun about Balinese Hindu, Saiva-bauddha-agama. Such a nice n wonderful presentation. R u also belong to this kind of Hindu faith? AAdiyen
 
@jagannath

Hindu di Bali memang kental dgn Siwa atau sering disebut Siwa Siddhanta...
tapi Waisnawa pun ada di Bali (Bujangga Waisnawa) begitu juga Budha (Budha Keling)...
Di Bali lebih ditekankan pd pemujaan Tri Murti (Brahma,Wisnu,Iswara) yg dipuja di Pura Kahyangan Tiga...
Pura Desa >> Dewa Brahma
Pura Puseh >> Dewa Wisnu
Pura Dalem >> Dewa Iswara/Rudra/Siwa

Thanks for your info...
saya belum pernah membaca hal ini sebelumnya...
 
Kalo kita menelusuri liturgi Hindu di Bali cukup berbeda dengan Hindu di India..pertanyaanku..berbedakah Hindu Bali dengan Hindu India!?Pliz give comments....

menurut saya sbg penganut Hindu tidak merasa ada perbedaan antara Hindu Bali dengan Hindu India, karena agama Hindu itu agama yang fleksibel.Bisa disesuaikan dengan adat dimana agama itu berkembang. Yang penting ada panca Sradha dijadikan dasar.
 
^^
Karyam so'veksya saktimca
Desakaala ca tattvatah
Kurute dharmasiddhiyartham
Visvaruupam punah punah.
(Manawa Dharmasastra VIII.10)

Maksudnya:
Setelah mempertimbangkan iksha (tujuan), sakti (kemampuan), desa (aturan setempat), kala (waktu) dan tattwa (kebenaran) untuk menyukseskan tujuan agama (Dharmasiddhiyartha) maka ia wujudkan dirinya dengan bermacam macam wujud.

Agama Hindu kalau diperhatikan penampilan luarnya sungguh sangat berbeda-beda.

Jangankan antara agama Hindu yang berkembang di satu negara dengan negara lainnya tentu juga sangat berbeda-beda. Penampilan luar Hindu dalam satu negara bahkan dalam satu daerah propinsi sangat berbeda-beda.

Ajaran suci Weda sebagai sumber ajaran agama Hindu itu adalah ajaran yang sangat universal.

Namun, keuniversalan ajaran Weda itu dalam aplikasinya di dunia ini tidak boleh menihilkan oleh perbedaaa yang ada di dunia.

Keberadaan dunia yang terus berputar ini penuh dengan perbedaan.
Karena itu agar ajaran Hindu sukses dalam penerapannya di dunia yang berbeda-beda itu maka Hindu mengajarkan berpikir universal tetapi berbuat lokal dan kontekstual disesuaikan dengan keberadaan dunia di mana Weda itu diterapkan.

Ketidakmampuan memahami dan membedakan filsafat dan ajaran Hindu, jika dipandang dari sudut agama--diakui atau tidak, telah mengakibatkan terjadinya tarik menarik pengaruh India dengan Bali.

Di Bali, agama Hindu yang dikenali adalah agama praktek--dalam artian perasaan beragama yang dirasakan secara tradisional.Hal tersebut ditunjukkan dalam upacara-upacara yang dilakukan orang Bali.
 
@menuju_kebenaran

Ya ini maksud saya..Hindu Bali dan Hindu India berbeda tetapi meraga siki (berbadan satu). Yang menjadi keyakinan dasar bagi kita umat Hindu di dunia apapun mazabnya adalah Panca Sradha...kalo kita gak yakin dgn Panca Sradha kita gak bisa disebut penganut Hindu..

@goesdun

Hindu emang agama paling universal di dunia...
saya bersyukur menganut agama Hindu..apalagi Hindu Bali.
 
Om Swastyastu
Salam kenal semua nya...
Kalo menurut saya Hindu di India dan Hindu di Bali atau Hindu di manapun semua nya sama.
Sama seperti Yang di katakan temans tadi, Semua nya berbadan Satu yaitu Hindu, sanatana dharma.
Ingat kah kita dengan kata" Dia tetap satu, hanya orang2 bijak yang menyebutkannya dengan banyak nama" ( maaf bila salah, mohon dikoreksi:) )

Tentang perbedaan2 antara Hindu di berbagai daerah itu hal yang wajar.
kan ada pepatah yang mengatakan
" Dimana bumi di pijak, di situ langit dijunjung"

Hindu di bali telah mengalami pembauran dengan adat istiadat dan kepercayaan setempat tanpa meninggalkan sifat aslinya.
So...hindu dimanapun berada kita semua adalah satu.

Kalo ada salah kata, mohon maaf dan saya terbuka terhadap kritik...hehehheh

Om santhi..santhi...santhi..Om
 
ada persamaan .. dan ada pula perbedaanya.. contoh persamaanya: Hindu Bali percaya akan adanya Tri murti begitu pula di India.
di Bali ada upacara Saraswati.. Ciwa ratri ..di India juga ada.
Perbedaanya: Cara dan Jenis Sesajennya untuk upacaranya,,sangat sangat berbeda.. dan begitu pula karakter Orangnya sangat berbeda pula..

terimakasih
www.berwistakebali.com
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.