sone
IndoForum Junior A
- No. Urut
- 354
- Sejak
- 8 Apr 2006
- Pesan
- 3.404
- Nilai reaksi
- 155
- Poin
- 63
Erotis Merajalela….!?
Sempat vakum beberapa saat untuk menulis artikel, kini aku mulai menggorekan kata - kata di blog-ku (lagi).
Mengapa aku mengambil tema ini….? Aku ‘terpaksa’ mengambilnya saat kemarin ditawarkan sesuatu ‘yang tidak boleh dilihat anak -18 tahun’ oleh seseorang. (Aku tidak munafik, aku pun menyukai yang seperti itu. Tapi, apa mau dikata…? Film dari Indonesia kabanyakan berkualitas rendah (Lo-Fi), sehingga aku tolak. )
~~~~~~~~~~~~
Hebat, bersamaan dengan arus CD - CD bajakan, produksi ‘Video XXX bajakan’ juga dimulai dari situ. Sebenarnya, dari mana asal mulanya…?
Aku coba ambil dari 2 bagian saja. Dari Jepang dan dari Indonesia sendiri. Kenapa tidak dari Barat…? Cukup simpel, aku tidak tahu sejarahnya….
Dari Jepang : (Sering disebut Hentai )
H anime dan manga adalah ungkapan pornografi yang artistik di Jepang. Sebagai lawan pornografi fotografis, mereka mengijinkan penggunaan imajinasi tersebut. Unsur-unsur khayalan seksual yang diwakili dalam cara-cara yang itu akan mustahil untuk difilmkan, meskipun dengan efek khusus.
Ini bukanlah sesuatu yang dapat dijadikan teladan di Jepang. Sepanjang zaman Edo, yang menjadi masa kejayaan Hentai adalah buku kayu cetakan ukiyo-e. Ukiyo-e mempunyai suatu varian pornografi, yang disebut shunga.
Sebagai format pernyatan khayalan seksual, Hentai dapat meliputi yang tak dapat diterima di dalam masyarakat, atau bertentangan norma-norma sosial. Khayalan seperti itu dapat dilukiskan melebihi batas, sering mempertunjukkan keinginan bawah sadar atau semata-mata motivasi jasmani. Kontras antara dapat diterima dan dalam beberapa hal yang legal dan seksualitas adalah suatu motivasi utama untuk kebanyakan seni pornografi, tidak terkecuali Hentai.
Sejarah kebangkitan Hentai sendiri dimulai awal tahun 1990. Saat game - game mahjong merajalela, mereka membuat varian XXX dari game tersebut. Lalu, diikuti oleh Industri H (Singkatan dari Hentai) yang bangkit awal tahun 2000.
Dari Indonesia :
Seperti yang kita ketahui sebelumnya kalau sinetron menjadi alternatif dari film erotis yang merajalela sampai tahun 1990 (Bagi yang tidak tahu, bacalah post - post sebelumnya). Tapi, kapan sebenarnya era film erotis dimulai….?
Dimulai tahun 80-an ketika banyak beredar film barat, termasuk film-film erotisnya di Indonesia. Para insan perfilman yang kehabisan ide (dan memang budaya Indonesia untuk meniru), mencoba-coba memproduksi film erotis. Pada awalnya ceritanya berbobot. Lama-kelamaan yang diekspos bukan ceritanya, melainkan gambar dan adegan yang diperberat. (Misalnya adegan mandi kembang di telaga, dll. Dan saat itu memang terlihat betulan bentuk tubuhnya, tanpa sensor.) Saat era kejayaan film erotis, Orang-orang (baca:lelaki) mulai berduyun-duyun ke bioskop yang karcisnya murah hanya untuk melihat tubuh wanita dalam film saja.
Sampai Era kejayaan sinetron dimulai tahun 1990 dan merubuhkan tirani film erotis.
Walaupun begitu, masih terlampau banyak film - film sejenis yang beredar lewat jalan alternatif (Black Market, misalnya). Dan saat itu, film Hentai yang diproduksi dari Jepang dan film XXX Barat mulai merambah Indonesia hingga saat ini.
Sampai kapan hal itu terus terjadi…? Kurasa, meski RUU APP sah dijalankan. Kebanyakan dari Badan Pemerintah sendiri (Dengan mayoritas lelaki, tentunya) tidak akan setuju, secara implisit.
Saya tidak bisa memberikan solusi di sini, karena memang ini masih masuk kedalam masalah berat di Indonesia. Tapi, cobalah ingat perkataan si Aa gym yg kondang itu(Jangan keburu melemparkan Aa Gym kedalam masalah poligami….), salah satunya, mulailah dari diri sendiri.
Sempat vakum beberapa saat untuk menulis artikel, kini aku mulai menggorekan kata - kata di blog-ku (lagi).
Mengapa aku mengambil tema ini….? Aku ‘terpaksa’ mengambilnya saat kemarin ditawarkan sesuatu ‘yang tidak boleh dilihat anak -18 tahun’ oleh seseorang. (Aku tidak munafik, aku pun menyukai yang seperti itu. Tapi, apa mau dikata…? Film dari Indonesia kabanyakan berkualitas rendah (Lo-Fi), sehingga aku tolak. )
~~~~~~~~~~~~
Hebat, bersamaan dengan arus CD - CD bajakan, produksi ‘Video XXX bajakan’ juga dimulai dari situ. Sebenarnya, dari mana asal mulanya…?
Aku coba ambil dari 2 bagian saja. Dari Jepang dan dari Indonesia sendiri. Kenapa tidak dari Barat…? Cukup simpel, aku tidak tahu sejarahnya….
Dari Jepang : (Sering disebut Hentai )
H anime dan manga adalah ungkapan pornografi yang artistik di Jepang. Sebagai lawan pornografi fotografis, mereka mengijinkan penggunaan imajinasi tersebut. Unsur-unsur khayalan seksual yang diwakili dalam cara-cara yang itu akan mustahil untuk difilmkan, meskipun dengan efek khusus.
Ini bukanlah sesuatu yang dapat dijadikan teladan di Jepang. Sepanjang zaman Edo, yang menjadi masa kejayaan Hentai adalah buku kayu cetakan ukiyo-e. Ukiyo-e mempunyai suatu varian pornografi, yang disebut shunga.
Sebagai format pernyatan khayalan seksual, Hentai dapat meliputi yang tak dapat diterima di dalam masyarakat, atau bertentangan norma-norma sosial. Khayalan seperti itu dapat dilukiskan melebihi batas, sering mempertunjukkan keinginan bawah sadar atau semata-mata motivasi jasmani. Kontras antara dapat diterima dan dalam beberapa hal yang legal dan seksualitas adalah suatu motivasi utama untuk kebanyakan seni pornografi, tidak terkecuali Hentai.
Sejarah kebangkitan Hentai sendiri dimulai awal tahun 1990. Saat game - game mahjong merajalela, mereka membuat varian XXX dari game tersebut. Lalu, diikuti oleh Industri H (Singkatan dari Hentai) yang bangkit awal tahun 2000.
Dari Indonesia :
Seperti yang kita ketahui sebelumnya kalau sinetron menjadi alternatif dari film erotis yang merajalela sampai tahun 1990 (Bagi yang tidak tahu, bacalah post - post sebelumnya). Tapi, kapan sebenarnya era film erotis dimulai….?
Dimulai tahun 80-an ketika banyak beredar film barat, termasuk film-film erotisnya di Indonesia. Para insan perfilman yang kehabisan ide (dan memang budaya Indonesia untuk meniru), mencoba-coba memproduksi film erotis. Pada awalnya ceritanya berbobot. Lama-kelamaan yang diekspos bukan ceritanya, melainkan gambar dan adegan yang diperberat. (Misalnya adegan mandi kembang di telaga, dll. Dan saat itu memang terlihat betulan bentuk tubuhnya, tanpa sensor.) Saat era kejayaan film erotis, Orang-orang (baca:lelaki) mulai berduyun-duyun ke bioskop yang karcisnya murah hanya untuk melihat tubuh wanita dalam film saja.
Sampai Era kejayaan sinetron dimulai tahun 1990 dan merubuhkan tirani film erotis.
Walaupun begitu, masih terlampau banyak film - film sejenis yang beredar lewat jalan alternatif (Black Market, misalnya). Dan saat itu, film Hentai yang diproduksi dari Jepang dan film XXX Barat mulai merambah Indonesia hingga saat ini.
Sampai kapan hal itu terus terjadi…? Kurasa, meski RUU APP sah dijalankan. Kebanyakan dari Badan Pemerintah sendiri (Dengan mayoritas lelaki, tentunya) tidak akan setuju, secara implisit.
Saya tidak bisa memberikan solusi di sini, karena memang ini masih masuk kedalam masalah berat di Indonesia. Tapi, cobalah ingat perkataan si Aa gym yg kondang itu(Jangan keburu melemparkan Aa Gym kedalam masalah poligami….), salah satunya, mulailah dari diri sendiri.