• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Disertasi Dr. Samuele Bacchiocchi "Dari Hari Sabat (Sabtu, Hari VII) ke Hari Minggu"

tyven

IndoForum Newbie D
No. Urut
59878
Sejak
24 Des 2008
Pesan
101
Nilai reaksi
0
Poin
16
Dari Hari Sabat (Sabtu, Hari VII) ke Hari Minggu
Sebuah Ringkasan Disertasi dari Dr. Samuele Bacchiocchi saat mempertahankan tesisnya dan satu-satunya yang lolos dari non Katolik memiliki gelar Doktor dalam theology selama kurang lebih 450 tahun dari Universitas Gregory di Vatican dan Sri Paus menyatakan lolos - terjemahan sdr Adiat Sarman.

Pertanyaan mengenai bagaimana dan kapan hari pertama dalam pekan – hari Minggu – gantinya hari yang difirmankan dalam Alkitab – hari Sabat - menjadi hari istirahat dan kebaktian dari mayoritas orang Kristen, telah lama menjadi perdebatan. Khususnya pada tahun tahun belakangan ini, banyak studi, termasuk beberapa disertasi doktoral, telah mengkaji ulang pertanyaan ini. Tulisan ini, yang berusaha untuk memastikan dasar dasar Alkitabiah dan sejarah terjadinya pemeliharaan hari Minggu mungkin merupakan refleksi dari keinginan untuk menguji kembali keabsahan dan relevansi pemeliharaan hari Minggu pada saat tekanan tekanan sosial dan ekonomi sedang menyoroti masalah ini.

Pandangan historis tentang asal usul hari Minggu

Secara tradisi, pemeliharaan hari Minggu sebagai ganti Sabat hari ketujuh telah lebih sering dihubungkan dengan perintah gereja daripada perintah Alkitabiah. Thomas Aquinas, contohnya, menyatakan dengan spesifik: “Dalam hukum baru pemeliharaan hari tuhan mengganti pemeliharaan hari Sabat, bukan karena perintah Alkitab (hukum ke empat) tetapi oleh lembaga gereja”. Pandangan yang sama diulangi tiga abad kemudian dalam Katekismus Konsili Trent (1566) yang menyatakan, “adalah hal yang menggembirakan gereja tuhan bahwa perayaan keagamaan hari Sabat diganti oleh hari tuhan”. Selama kontroversi teologis pada abad ke enam belas, para teologis Katolik sering merujuk kepada asal usul hari Minggu yang berdasar pada perintah gereja ini untuk menunjukkan kekuatan gereja mereka dalam memberlakukan hukum hukum dan upacara upacara baru. Gaung dari kontroversi itu bahkan dapat kelihatan dalam buku Lutheran yang bersejarah, yaitu Pengakuan Augsburg (Augsburg Confession, 1530) yang menyatakan: “Mereka (orang Katolik) merujuk kepada hari Sabat sepertinya sudah diganti oleh hari tuhan, bertentangan dengan Sepuluh Hukum. Sungguh besar kekuatan gereja itu karena merubah satu hukum dari Hukum Sepuluh !

Pengakuan Augsburg mengakui asal usul yang berdasar pada perintah gereja untuk pemeliharaan hari Minggu dan menerima hak gereja untuk memberlakukan peraturan peraturan seperti pemeliharaan hari Minggu tetapi menolak wewenang gereja untuk menghubungkan pemeliharaan sebuah hari suci kepada sesuatu yang diperlukan untuk keselamatan. Serupa dengan itu Calvin melihat hari Minggu lebih sebagai lembaga manusia daripada lembaga ke Allah an. Dalam bukunya “Institutes of the Christian Religion”, Calvin menerangkan:”Mudah sekali untuk membuang spiritisme, hari libur Yahudi dihilangkan, dan untuk mempertahankan ketertiban dan kedamaian dalam gereja…orang orang Kristen yang mula mula mengganti hari Sabat dengan hari yang sekarang kita kenal sebagai hari tuhan”.
Pada abad abad setelah Reformasi, dua pandangan utama yang saling bertentangan telah diperdebatkan dengan hangat, mengenai asal usul dan alamiah dari hari Minggu. Pandangan pertama menetapkan bahwa hari Minggu berasal dari wewenang Allah pada saat saat awal kekristenan untuk memperingati kebangkitan Tuhan Yesus pada hari pertama dalam pekan. Pendukung pandangan ini secara umum mempertahankan pendapat hari Minggu sebagai pengganti yang sah dari Sabat hari ketujuh. Beberapa teologis terkenal yang mendukung pandangan ini adalah Erasmus (1536), Theodore Beza (1605), Nicolas Bownde (1607), Jonathan Edwards (1758), William Paley (1805), dan James Augustus Hessey (1860) dan lain lain.

Pandangan yang kedua menganggap hari Minggu sebagai lembaga gereja, tidak tergantung pada Hukum Ke Empat. Beberapa pendukung pandangan ini menempatkan asal usul hari Minggu pada jaman rasul-rasul, tetapi beberapa dari mereka menempatkannya pada jaman setelah rasul-rasul. Alasan untuk pandangan ini kebanyakan bersifat praktis, yaitu untuk menyediakan waktu bebas bagi kebaktian publik dan istirahat untuk para pekerja. Pada umumnya pandangan ini mendorong pemeliharaan hari Minggu yang lebih longgar, membolehkan seseorang bekerja, berolahraga, dan menikmati hiburan. Beberapa pendukung yang terkenal dari pandangan ini adalah gereja Katolik, Luther (1546), Calvin untuk beberapa aspek (1564), John Prideaux (1650), Hugo Grotius (1645), William Domville (1850), dan E.W. Hengstenberg (1869) dan lain lain.
Perdebatan tentang asal usul dan alamiah dari hari Minggu belum selesai sama sekali. Baru baru ini sebuah karya besar telah muncul pada kedua sisi Atlantik dengan tujuan utama untuk menerangkan sejarah terjadinya dan dasar teologis dari pemeliharaan hari Minggu. Keterangan keterangan ini pada dasarnya adalah refleksi dari dua pandangan historis yang diterangkan diatas. Pandangan yang pertama, didukung oleh cendekiawan seperti J. Francke, F.N. Lee, S.C. Mosna, Paul K. Jewett dan kerja sama antara R.T. Beckwith dan W. Stott, berpendapat bahwa hari Minggu adalah lembaga Alkitabiah yang berasal dari kebangkitan Tuhan Yesus pada hari pertama dalam pekan sebagai pengganti yang sah dari Sabat hari ketujuh. Akibatnya, hari Minggu dianggap sebagai Sabat orang Kristen yang harus dipelihara sesuai dengan Hukum ke Empat. Pandangan yang kedua berbeda dengan pandangan yang pertama karena pandangan ini meminimalisasi dasar Alkitabiah untuk pemeliharaan hari Minggu dan menyangkal adanya hubungan antara hari Minggu dan Hukum ke Empat. Pandangan ini menyatakan bahwa hari Minggu, berbeda dengan hari Sabat, bukan berasal sebagai hari istirahat tetapi sebagai waktu yang singkat untuk kebaktian yang terjadi sebelum atau sesudah jam jam kerja. Hanyalah pada abad ke empat hari Minggu menjadi hari istirahat sebagai akibat dari dekrit kaisar Constantine pada tahun 321. Para pendukung pandangan yang kedua ini menempatkan sejarah terjadinya hari Minggu pada waktu yang berbeda. Willy Rordorf, sebagai contoh, berpendapat bahwa kebaktian hari Minggu dimulai berbarengan dengan kebangkitan Kristus yang diasumsikan memberikan sebuah pola untuk perayaan ekaristi regular pada setiap hari Minggu.

Sebuah simposium yang monumental (700 halaman) yang disponsori oleh Kelompok Tyndale untuk Penelitian Alkitab di Cambridge, Inggris dan ditulis oleh para professor, seperti D.A. Carson, Harold H.P. Dressler, C. Rowland, M.M.B. Turner, D.R de Lacey, A.T. Lincoln, dan R. J. Bauckham, menyimpulkan bahwa “dapat dibayangkan dengan jelas bahwa pemeliharaan hari Sabat hari pertama …dimulai sebelum persidangan Jerusalem (49 AD). Tetapi kita tidak dapat berhenti disini. Kita harus terus mempertahankan pendapat bahwa pemeliharaan hari Sabat pertama sama sekali tidak mudah dimengerti sebagai fenomena pada jaman kerasulan dan merupakan wewenang kerasulan”. Hiley H. Ward mengusulkan waktu yang lebih kemudian untuk asal usul pemeliharaan hari Minggu dalam bukunya Space-age Sunday. Dia berpendapat bahwa hari Minggu tidak muncul sebagai perkiraan tetapi sebagai antitesis dari hari Sabat, pada saat diantara perang Yahudi yang pertama (70AD) dan kedua (135AD). Faktor utama yang memicu kebaktian hari pertama adalah ‘kenyamanan’, yaitu, keperluan praktis untuk melepaskan hubungan dengan orang Yahudi pada saat pemerintahan Roma menindas orang Yahudi sehubungan dengan pemberontakan yang sering terjadi.

Sehubungan dengan berlanjutnya perdebatan perdebatan ini, studi ini mewakili usaha baru yang ingin menjelaskan waktu, tempat, dan sebab sebab dari asal usul kebaktian hari Minggu. Apakah asal usulnya bermula di Jerusalem pada jaman rasul rasul dengan kewenangan mereka untuk memperingati kebangkitan Kristus dengan cara perayaan perjamuan Tuhan ? atau apakah asal usulnya dimulai pada saat saat berikutnya, pada sebuah tempat, dan karena faktor faktor yang berbeda? Penjelasan dan verifikasi tentang sejarah kejadian pemeliharaan hari Minggu sangatlah penting, karena hal ini tidak hanya menjelaskan mengenai asal usul tetapi juga dapat menjelaskan apakah pemeliharaan hari Minggu ini dapat diterapkan pada keKristenan dewasa ini.

Kebangkitan Tuhan Yesus dan Asal Usul hari Minggu

Kebangkitan Tuhan Yesus yang terjadi pada hari pertama dalam pekan, pada umumnya dianggap sebagai faktor dasar yang menentukan permulaan ditinggalnya pemeliharaan hari Sabat menuju pada kebaktian hari Minggu. Apakah sumber sumber dokumenter pada saat itu mendukung anggapan ini? Penelaahan saya terhadap sumber sumber ini menunjukkan bahwa anggapan ini lebih berdasar pada fantasi daripada kenyataan. Tidak ada informasi yang dapat ditemukan dalam Perjanjian Lama (PL) yang menganjurkan untuk memperingati kebangkitan Kristus pada hari terjadinya. Kenyataannya, dalam PL hari Minggu tidak pernah disebutkan sebagai ‘hari kebangkitan’ tetapi selalu disebut sebagai ‘hari pertama dalam pekan’. PL tidak pernah menganjurkan supaya Perjamuan Kristus diperingati pada hari Minggu, juga tidak pernah menyatakan bahwa Perjamuan Kristus diadakan untuk memperingati kebangkitan Kristus. Paulus, yang menyatakan bahwa ‘dia akan menyampaikan apa yang dia terima dari Tuhan (1 Kor 11:23) berulang ulang menyatakan bahwa upacara itu dirayakan pada saat dan hari yang tidak ditentukan (1 Kor 11:18,20,33,34).
Apakah kenyataan bahwa Kristus bangkit pada hari Minggu menyiratkan ‘perintah’ supaya orang Kristen merayakan peristiwa itu dengan beristirahat dan berbakti pada hari pertama dalam pekan? Kelihatannya peristiwa kebangkitan lebih mengisyaratkan kerja daripada istirahat. Mengapa? Paling sedikit ada dua alasan.
Pertama, peristiwa ini lebih menandai dimulainya pelayanan Kristus yang baru, bukannya penyelesaian dari misi Kristus di bumi yang terjadi pada hari Jumat sore ketika Juruselamat mengatakan ‘Sudah selesai’ (Yoh 19:30) dan kemudian beristirahat dalam kubur. Sebagai hari pertama penciptaan sebagaimana juga hari pertama misi Kristus yang baru, hal hal ini lebih menyiratkan bekerja daripada istirahat.

Kedua, sabda penting dari Tuhan yang telah Bangkit mengandung ajakan BUKAN untuk ‘datang dan merayakan kebangkitanKu’ tetapi malahan ‘pergi dan kabarkan ke sanak saudaraKu untuk datang ke Galilea’ (Matius 28:10; Mark 16:7); ‘Pergilah dan jadikanlah semua bangsa muridKu, baptiskan mereka… (Mat 28:19 ; Mark 16:15); ‘pergilah kepada sanak saudaraKu’ (Yoh 20:17); ‘gembalakanlah domba dombaKu’ (Yoh 21:17). Tidak satupun dari himbauan himbauan ini mengajak untuk merayakan kebangkitan dengan berbakti atau beristirahat pada hari Minggu.

Apakah kebangkitan Kristus telah dirayakan pada jaman Perjanjian Baru (PB), pada saat perayaan Paskah seperti yang banyak orang Kristen lakukan dewasa ini? Kelihatannya tidak mungkin. Paulus menghimbau orang Kristen di Korintus untuk ‘merayakan festival Paskah’ yang di dalamnya Kristus, domba Paskah kita, telah dikorbankan’ (1 Kor 5:7,8). Adalah pengorbanan Kristus yang secara eksplisit dikaitkan dengan Paskah, bukan kebangkitanNya. Arti yang sama dari Paskah terdapat dalam dokumen-dokumen di negara negara Barat dan Timur yang mempersoalkan perayaaan festival ini. Buku apokripa yang berjudul ‘Epistle of the Apostles’ (thn 150AD) menyebutkan ‘rayakanlah peringatan kematianku’, i.e. Paskah. Penderitaan dan kematian Yesus juga mengilhami tema tema yang berulang dari buku karangan Melito ‘Sermon on the Passover’ (khotbah Paskah) (thn 170 AD) dimana sebutan Paskah diterangkan dengan salah sebagai turunan dari kata kerja ‘untuk menderita’ – tou pathein. Iraneous (thn 175) menulis bahwa Musa telah mengetahui dan diberitahu…hari penyerahanNya… dari nama yang diberikan kepada Paskah’.
Dalam sebuah buku Romawi yang berjudul Passover Homily (thn 222) yang mungkin ditulis oleh Bishop Callistus, Paskah orang Kristen diartikan sebagai perayaan pengorbanan domba Paskah sejati :’Disini (Paskah orang Yahudi) seekor domba diambil dari kawanannya, disana (Paskah Kristen) seekor domba yang turun dari Sorga: disini adalah sebuah tanda darah…disana sebuah cawan yang terisi darah dan roh. ‘ Dalam analisa terhadap buku ini, Marcel Richard kaget karena tema kebangkitan lebih sedikit daripada bukunya Melito diatas. Kesan serupa oleh Clement of Alexandria (thn 220) dan Hippolytus (thn 236) memastikan bahwa tidak hanya di Asia tetapi juga di Roma dan Alexandria, Paskah sudah dirayakan selama abad kedua (pada hari Minggu atau bulan Nisan14) terutama sebagai peringatan untuk penderitaan dan pengorbanan Kristus.

Rujukan jelas yang pertama sekali tentang pemeliharaan hari Minggu oleh orang Kristen ditulis oleh Barnabas (thn 135) dan Justin Martyr (thn 150). Kedua duanya menyebutkan kebangkitan sebagai dasar pemeliharaan hari Minggu, tetapi hanya sebagai alasan kedua, penting tetapi bukan yang dominan. Rujukan rujukan ini dan diskusi diskusi lainnya bertentangan dengan pendapat yang mengatakan bahwa asal usul hari Minggu ‘adalah hanya bisa ditemukan pada fakta Kebangkitan Kristus di hari setelah hari Sabat’.

Gereja di Jerusalem dan Asal Usul hari Minggu

Apakah gereja Jerusalem merintis pemeliharaan hari Minggu menggantikan hari Sabat? Anggapan yang populer ini berdasar pada beberapa asumsi. Asumsi pertama, karena kebangkitan dan beberapa pemunculan Kristus terjadi pada hari Minggu di Jerusalem, kebaktian hari Minggu dimulai dari kota ini oleh perintah kerasulan untuk memperingati kejadian kejadian penting ini dengan hari khusus Kristen dan kebaktian. Asumsi kedua, karena perubahan hari kebaktian hanya dapat dilakukan oleh gereja yang mempunyai kekuasaan besar, gereja Jerusalem – gereja induk kekristenan – logikanya, adalah satu satunya tempat dimulainya kebiasaan ini. Lebih lanjut, tiadanya jejak jejak pertentangan mengenai hari Sabat dan Minggu diantara Paulus dan partai Judas dianggap sebagai indikasi bahwa kebaktian hari pertama mula mula sekali diresmikan oleh wewenang kerasulan di gereja Jerusalem dan akibatnya Paulus menerima hari baru untuk kebaktian ini sebagai kenyataan. Apakah asumsi asumsi ini sah dan didukung oleh catatan catatan sejarah mengenai gereja Jerusalem? Sebuah evaluasi yang objektif terhadap bukti bukti tertulis berikut ini akan memberi jawabnya.
Komposisi etnis dan orientasi teologis. Buku Kisah Para Rasul dan beberapa dokumen Judeo Kristen menunjukkan bahwa komposisi etnis dan orientasi teologis dari Gereja Jerusalem adalah sangat Yahudi. Dalam buku Kisah Para Rasul, Lukas sering melaporkan peristiwa pertobatan massal orang Yahudi: 2:41; 4:4; 5:14; 6:1, 7; 9:42; 12:24; 13:43; 14:1; 17:10; 21:20. Diantara orang orang Yahudi yang bertobat ini terdapat orang orang Yahudi yang tekun beragama (Kis 2:5,41), banyak imam imam (Kis 6:7) dan ribuan orang Yahudi yang taat pada hukum 10 (Kis 21:20).

Jacob Jervell menganalisa referensi ini yang menandai kesuksesan Lukas menginjili orang Yahudi. Ribuan orang Yahudi yang bertobat ini tidak pernah dianggap sebagai Israel baru tetapi sebagai bagian dari Israel lama yang diperbarui sesuai dengan janji Allah dalam perjanjian lama (Kis 15:16-18; 1:6; 3:11-26) Jervell mengatakan “ Karena orang Yahudi Kristen adalah Israel yang diperbarui, maka sunat dan hukum 10 menjadi identitas mereka yang menonjol”. Rekonstruksi Jervell terhadap kisah Lukas, dimana dikatakan bahwa orang Yahudi yang bertobat mewakili Israel yang diperbarui (Kis 15:16-18) melalui mana keselamatan diberikan kepada orang non Yahudi, agaknya terlalu bombastis, dan gagal untuk mempertimbangkan pengaruh dari pengajaran dan pelayanan Kristus. Kehadiran orang Kristen dalam sinagog (kaabah) pada hari Sabat juga didapati di tempat tempat di luar Jerusalem. Lukas melaporkan bahwa Paulus secara teratur bertemu dengan orang Yahudi dan Yunani di sinagog pada hari Sabat (Kis 18:4; 13:5, 14, 42, 44) dan menerangkan bahwa kehadiran itu adalah kebiasaan Paulus (Kis 17:2). Juga Apollo, pada saat tiba di Epesus, bertemu dengan umat percaya di sinagog (Kis 18:24-26).

Peranan Yakobus. Eratnya keterkaitan Gereja Jerusalem pada saat saat awal dengan tradisi keagamaan Yahudi dapat dilihat dari peranan Yakobus sebagai orang yang mempertahankan hukum (Kis 15:1, 24; Gal 2:12). Pilihan Yakobus kepada kepemimpinan Gereja Jerusalem jelas didukung oleh para imam dan orang Farisi yang sudah bertobat (Kis 6:7; 15:5) yang secara alami mendukung Yakobus karena ketaatannya yang legendaris terhadap hukum Musa.

Mengenai ketaatan ini dikonfirmasi oleh beberapa dokumen Judeo Kristen yang juga menekankan ‘faktor turunan’. Karena mempunyai hubungan kekerabatan dengan Kristus (Gal 1:19) Yakobus dapat mengklaim adanya hubungan darah dengan Kristus sehingga memenuhi peran sebagai ‘imam besar’ Kristen yang sah. Hal ini menjelaskan betapa ‘keimamatan’ Kristen baru dan kepemimpinan di Jerusalaem sangat berorientasi Yahudi. Tingkah laku dasar Yakobus dan kaumnya terhadap kewajiban hukum PL lebih relevan dengan usaha pencarian informasi kita mengenai kemungkinan asal usul pemeliharaan hari Minggu di Jerusalem.

Pada rapat orang Kristen pertama (thn 49 – 50) di Jerusalem, ada banyak perdebatan mengenai apakah orang Kristen non Yahudi boleh bebas dari kewajiban sunat (Kis 15:7). Petrus, Paulus, dan Barnabas (ayat 7 dan 12) memberikan pandangan mereka mengenai masalah ini, tetapi kesimpulan terakhir datang dari Yakobus, yang membebaskan orang Kristen non Yahudi dari kewajiban sunat tetapi menganjurkan supaya mereka ini menjauhkan diri dari polusi berhala-berhala dan darah. Pembebasan yang ditetapkan oleh Yakobus ini tidak mungkin terjadi untuk masalah yang lebih penting seperti pemeliharaan hari Sabat.

Perlu dicatat bahwa otoritas dekrit kerasulan cenderung selaras dengan nabi-nabi dan Musa (Kis 15:15-18, dan ayat 21). Beberapa pemikir berpendapat bahwa dekrit itu mewakili ‘apa yang Imamat 17-18 tuntut dari orang asing yang tinggal ditengah-tengah orang Israel’. Jadi, dekrit kerasulan bukan mewakili penyimpangan hukum untuk orang non Yahudi tetapi justru merupakan penerapan dengan dasar hukum Musa yang diwajibkan bagi orang asing/non Yahudi. Pernyataan Yakobus untuk mendukung usulannya juga penting diperhatikan: “karena sejak dahulu Musa mempunyai orang-orang disetiap kota untuk membaca hukum, setiap hari Sabat di sinagog” (Kis 15:21). Walaupun pernyataan Yakobus telah diterapkan kepada bangsa-bangsa yang berbeda (non Yahudi, Kristen, Yahudi Kristen, dan pihak Kristen Farisi), kebanyakan penafsir mengakui bahwa dalam usulan dan pernyataannya, Yakobus menegaskan kembali keterkaitan alamiah dari hukum Musa yang secara tradisi dikhotbahkan dan dibaca setiap hari Sabat di sinagog-sinagog.

Kunjungan terakhir Paulus ke Jerusalem. (Kis 21, thn 58-60) dan pernyataan Lukas bahwa Paulus ‘ingin segera berada di Jerusalem, jika mungkin, pada hari Pentakosta (Kis 20:16) dan bahwa mereka telah ikut hari ‘perayaan roti tidak beragi’ di Philippi (Kis 20:6) mengesankan bahwa jadwal liturgi Yahudi secara normatif diikuti oleh orang Kristen. Yang terjadi di Jerusalem sendiri sangat menjelaskan hal ini. Yakobus dan para penatua tidak hanya mengatakan kepada Paulus bahwa ribuan orang Yahudi yang bertobat adalah orang yang taat kepada hukum (Kis 21:20) tetapi juga mendesak Paulus untuk membuktikan bahwa dirinya juga memelihara hukum (Kis 21:24), dengan menjalani upacara penyucian di kaabah. Dalam konteks ketaatan yang sungguh kepada pemeliharaan hukum ini, sulit untuk meyakinkan diri kita sendiri bahwa Gereja Jerusalem telah melanggar salah satu keyakinan dasarnya – pemeliharaan hari Sabat – dan sebagai gantinya merintis pemeliharaan hari Minggu. Seperti yang dicatat dengan benar oleh M.M.B. Turner, “kepemimpinan Yakobus, yang keYahudiannya legendaris, dan oleh elemen elemen konservativ (imam imam dan Farisi), telah mempertahankan pemeliharaan hari Sabat di Jerusalem dan gereja gereja sekitarnya.”

(.....BERSAMBUNG.....)
 
Jual obat aborsi. obat aborsi memggugurkan kandungan Juga obat telat bulan 100% TUNTAS anda MINAT CALL :081804882777

INFO KLIK : obat aborsi

SYARAT KETENTUAN PEMBELIAN OBAT ABORSI

Pembelian obat terlambat datang bulan "Syarat dan Ketentuan" (OBAT ABORSI) ini kami buat dengan sesungguh-sungguhnya, dikarenakan maraknya penjual obat aborsi atau obat telat bulan baik secara online maupun secara langsung (ditoko-toko obat), oleh karena itu ada kekhawatiran bagi kami selaku perpanjangan tangan dari pihak "Medical Abortion" akan dianggap penjualan OBAT ABORSI di Indonesia ini legal*.

Syarat dan ketentuan ini dibuat untuk menjaga keamanan antara penjual dan pembeli obat, dalam perjanjian ini pembeli harus terlebih dahulu menyepakati syarat dan ketentuan yang kami buat sebelum melakukan pemesanan, hal-hal yang berkaitan dengan perjanjian ini kami buat dengan mengingat hukum yang berlaku di Indonesia masih belum melegalkan proses aborsi.

1. Dengan mengirim order untuk pemesanan, berarti anda telah setuju dengan syarat dan ketentuan yang telah tertera dibawah ini.

2. Dengan mengirim order berarti pembeli telah dianggap memahami dan setuju dengan peraturan yang berlaku.

3. Segala akibat hukum dari tindakan aborsi yang dilakukan pembeli atau pasien adalah diluar tanggung jawab KAMI.

Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran janin termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah “Abortus Provocatus Criminalis”
Yang menerima hukuman adalah:
1. Ibu yang melakukan aborsi
2. Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi
3. Orang-orang yang mendukung terlaksananya aborsi

4. Tindakan aborsi beresiko terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang wanita jika tidak sesuai dosis dan aturan pengunaan yang tepat pada obat yang kami berikan.

Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia “tidak merasakan apa-apa ”. Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi. Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:
1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik
2. Resiko gangguan psikologis

5. Segala sesuatu yang berhubungan dengan proses abrosi yang pembeli lakukan adalah bukan suruhan, paksaan ataupun atas keinginan dari pihak "medical abortion"

6. Untuk saat ini transfer harga obat dan ongkos kirim hanya melalui Bank BRI / BCA / MANDIRI.

7. Kami tidak melayani adanya komplain dalam bentuk apapun dikarenakan kelalaian pembeli yang tidak melakukan konfirmasi setelah transfer (lebih dari 24jam)

*Perjanjian ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2012, untuk pengguna saat ini, dan setelah penerimaan untuk pengguna baru. Amandemen Perjanjian ini juga efektif untuk semua pengguna sebelumnya. Perjanjian ini menetapkan seluruh pemahaman dan kesepakatan antara kami dengan pembeli " obat aborsi

(obat telat bulan)






HARGA OBAT ABORSI KAMI JUAL OBAT ABORSI DALAM BENTUK PAKET SESEUAI USIA KEHAMILAN. MENGHITUNG USIA KEHAMILAN, ADALAH DARI HARI TERAKHIR MENSTRUASI ATAU UNTUK LEBIH TEPATNYA LAGI ADALAH DENGAN USG UNTUK USIA KEHAMILAN LEBIH DARI 16 MINGGU, HUBUNGI KAMI UNTUK KONSULATASI LEBIH LANJUT.

HARGA OBAT ABORSI 1 BULAN :

Untuk usia 1 bulan dihitung dari tanggal terakhir menstuasi. OBAT ABORSI 1 BULAN isinya adalah Cytotec asli pfizer USA / Gastrul (Misoprostol 200mcg) untuk paket STANDARD.

Untuk paket TUNTAS berisi Cytotec asli pfizer USA / Gastrul (Misoprostol 200mcg) ditambah Tablet Mifeprex (Mifepristone 200mg) dan Tablet obat pembersih.

Standard : Rp. 600.000,- (Misoprostol Cytotec/Gastrul).
Tuntas : Rp. 1.000.000,- (Mifprex + Cytotec+ Pembersih ).

HARGA OBAT ABORSI 2 BULAN :

Untuk usia 2 bulan dihitung dari tanggal terakhir menstuasi. OBAT ABORSI 2 BULAN isinya adalah Cytotec asli pfizer USA / Gastrul (Misoprostol 200mcg) untuk paket STANDARD.

Untuk paket TUNTAS berisi Cytotec asli pfizer USA / Gastrul (Misoprostol 200mcg) ditambah Tablet Mifeprex (Mifepristone 200mg) dan Tablet obat pembersih.

Standard : Rp. 1.000.000,- (Misoprostol Cytotec/Gastrul).
Tuntas : Rp. 1.500.000,- (Mifprex + Cytotec + Pembersih).


HARGA OBAT ABORSI 3 BULAN :

Untuk usia 3 bulan dihitung dari tanggal terakhir menstuasi. OBAT ABORSI 3 BULAN isinya adalah Cytotec asli pfizer USA / Gastrul (Misoprostol 200mcg) untuk paket STANDARD.

Untuk paket TUNTAS berisi Cytotec asli pfizer USA / Gastrul (Misoprostol 200mcg) ditambah Tablet Mifeprex (Mifepristone 200mg) dan Tablet obat pembersih.

Standard : Rp. 1.500.000,- (Misoprostol Cytotec/Gastrul).
Tuntas : Rp. 2.000.000,-(Mifprex + Cytotec + Pembersih).



HARGA OBAT ABORSI 4 BULAN :

Untuk usia 4 bulan dihitung dari tanggal terakhir menstuasi. OBAT ABORSI 4 BULAN isinya adalah Cytotec asli pfizer USA / Gastrul (Misoprostol 200mcg) untuk paket STANDARD.

Untuk paket TUNTAS berisi Cytotec asli pfizer USA / Gastrul (Misoprostol 200mcg) ditambah Tablet Mifeprex (Mifepristone 200mg) dan Tablet obat pembersih.

Standard : Rp. 2.000.000,- (Misoprostol Cytotec/Gastrul).
Tuntas : Rp. 2.500.000,- (Mifprex + Cytotec + Pembersih).



No Tipu" Anda Butuh, Kami Juga Butuh Anda.

PEMESANAN OBAT ABORSI TELAT BULAN BISA HUBUNGI


No HP: 081 804 882 777

FORMAT PEMESANAN OBAT TELAT BULAN.

NAMA:...
ALAMAT:...
NAMA PAKET OBAT TELAT BULAN:..
NO HP:...


( Contoh Order Obat Aborsi )

Nama: EDY

Alamat : Jl. gang buntu no. 45 SBY.

Pesanan: Obat Aborsi 1bulan Tuntas.

No Hp: 081 804 882 777
 
Terakhir disunting:
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.