• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

China Tak Akan Tunduk pada Tekanan AS

666

IndoForum Junior B
No. Urut
19114
Sejak
19 Jul 2007
Pesan
2.522
Nilai reaksi
67
Poin
48
China Tak Akan Tunduk pada Tekanan AS


Bob Widyahartono

Pada pertengahan 2006 Amerika Serikat sudah pernah mendesak Bank Sentral China agar merevaluasi kembali renminbi atau RMB. RMB adalah bahasa resmi untuk mata uang China, sedangkan yuan adalah sebutan sehari-hari dalam masyarakat. Umumnya, masyarakat China dan Asia Timur tidak terlalu menghiraukannya.

China menolak merevaluasi mata uang yuan alias tak mau tunduk pada tekanan politis AS yang ingin mempertahankan hegemoni ekonomi. Pada pertemuan AS-China, 12-13 Desember 2007, muncul lagi desakan AS. Desakan itu dinyatakan AS dalam rangka Dialog Ekonomi Strategis AS-China Ke-3 di Xianghe, Provinsi Hubei, China. Tekanan ini juga menemui penolakan dari pihak China.

Sebenarnya, yuan sudah mengalami penguatan nilai terhadap dollar AS. Pada Juli 2005 kurs 1 dollar AS setara dengan 8,11 yuan. Namun, pada 12 Desember 2007, setiap 1 dollar AS setara dengan 7,37 yuan.

Dalam beberapa tahun terakhir terungkap imbauan dari AS, Uni Eropa, bahkan Jepang agar China secepat mungkin merevaluasi yuan. China telah menunjukkan sikap tegas dengan tidak turut pada tekanan- tekanan dari dunia. Sikap "The China that can say no" menunjukkan ketegasan.

Sebagai negara berkembang yang terbesar, performa ekonomi China sejak tahun 1978 telah memberi dampak yang kuat terhadap ekonomi global. Sebut saja gaige kaifang (kebijakan membuka diri sambil berproses mereformasi infrastruktur ekonomi) mencirikan suatu proses gradual dalam pembangunan ekonomi.

Transformasi gradual tersebut ketika itu disambut baik meskipun ada kalangan pengamat di Barat dan beberapa dari Jepang yang menyebut bahwa pendekatan "gradualis" sulit dibenarkan.

Pertumbuhan ekonomi yang spektakuler dan kemajuan sosial sejak gaige kaifang itu diawali tahun 1978. Masuknya Hongkong dan Makau ke China telah memperkuat posisi China dalam perekonomian dunia.

Sejak awal tahun 1980-an, ekonomi China benar-benar telah menunjukkan pertumbuhan yang menakjubkan, dengan rata-rata 9 persen per tahun. Industri China memasuki tahun 2000 sudah menghasilkan sekitar 75 persen mainan anak-anak dunia, 58 persen garmen, dan 30 persen telepon seluler. Lebih dari 1 miliar dollar AS devisa masuk ke China setiap minggu.

Apakah kemajuan menakjubkan itu disebabkan stabilnya mata uang yuan? Sejak awal abad ke-21, transformasi gradual justru membuahkan keberhasilan. Dalam proses transformasi itu termasuk liberalisasi secara gradual kurs mata uang, perdagangan internasional, dan penanaman modal asing.

Mata uang kuat

Mata uang dunia yang dikategorikan sebagai hard currency (mata uang kuat) kini adalah dollar AS, yen Jepang, euro (zona Euro), poundsterling (Inggris), dollar Australia, frank Swiss (SFR). Apakah dengan makin menguatnya yuan, pelaku pasar memasukkan yuan sebagai hard currency? Perkembangan ini juga menjadi pengamatan yang menarik karena sampai dewasa ini, di Asia yang dikategorikan dalam hard currency hanya yen Jepang.

Makin banyak cadangan devisa satu negara, berarti makin besar kemampuan untuk melakukan transaksi ekonomi dan keuangan internasional. Pada Oktober 2007, China memiliki cadangan devisa sekitar 1,455 triliun dollar AS.

Sektor perbankan China sudah sejak lama didominasi oleh empat bank komersial milik negara, yakni Industrial and Commercial Bank of China, Bank of China, China Construction Bank, dan Agricultural Bank of China. Sejak awal tahun 2000, bank-bank China memperlihatkan kinerja yang lebih baik dari sebelumnya. Keadaan ini juga makin memperkuat pula kurs yuan.

Reformasi secara gradual dalam pasar uang telah memainkan peranan penting dalam kemajuan ekonomi China dan penguatan yuan.

Keberhasilan ini membawa tantangan juga dalam mengejar cita-cita mereka untuk menjadi negara kelas menengah dengan mata uang yuan yang stabil dalam satu generasi minimal, demikian prediksi pengamat yang menyuarakan optimisme hati hati.

Bagi para pemimpin China, visi jangka panjang (dalam satu generasi minimal) yang harus dicapai sebagai cita-cita adalah menjadi negara kelas menengah yang kuat dan makmur rakyatnya, dari pantai sampai ke pedalaman, tanpa arogansi budaya dan tanpa sikap hegemoni terhadap bangsa tetangganya.

Dengan strategi pembangunan sejak tahun 1978, pada tahun 2005 kurs yuan meningkat. Cadangan devisa China meningkat terus melampaui cadangan devisa Jepang (sekitar 900 miliar dollar AS). Meningkatnya cadangan devisa China itu adalah karena makin meluasnya ekspor.

Sejak tahun 1978 sampai sekarang ini Bank Sentral China membantu stabilitas ekonomi dengan tidak melepas kendali kontrol terhadap yuan. Pemerintah tetap mengendalikan hampir semua sumber daya finansial dan dengan efektif mengalokasikan ke sektor-sektor yang membutuhkannya.

Bank-bank di China diarahkan agar pelaku ekonomi yang dinilai layak kredit dengan manajemen profesional diberi fasilitasi kredit dengan bunga 5-6 persen. Kebijakan restrukturisasi ekonomi secara gradual makin memperoleh substansi, terutama di daerah-daerah yang disebut "pedalaman".

Kini makin tampak arah ke suatu sistem ekonomi pasar yang menggerakkan reformasi dalam pola pikir bangsa China untuk memiliki budaya produktivitas demi makin memakmurkan setiap individu bangsanya.

Prediksi umumnya dalam satu sampai dua generasi, yakni sekitar tahun 2050, China ditargetkan mencapai kelas menengah dengan pendapatan per kapita di atas 5.000 dollar AS hingga ke penduduk di wilayah pedalaman.

Budaya produktif

Semangat budaya produktif dalam meningkatkan mutu manusia untuk berprestasi, berbudaya, dan menikmati kemakmuran pribadi dalam dunia yang makin terbuka merupakan jawaban China untuk mencari keunggulan. Dan budaya ini terus dirangsang, dimotivasi oleh negara tanpa segala macam indoktrinasi yang sloganistik.

Semangat ini yang bukan instan dapat kita amati secara realistik di negara "naga besar" yang baru menggeliat bangun sejak tahun 1978. Hal ini tak lepas dari peran negarawan Deng Xiaoping yang justru membuka pikiran manusia China yang makin terdidik untuk memiliki motivasi kerja keras dan kerja cerdas agar tidak ketinggalan memasuki abad ke-21 yang diyakini banyak kalangan Asia sebagai Abad Asia, yang kini makin penuh tantangan.

Dengan mencermati kebijakan hati-hati Presiden Hu Jintao dan timnya selama ini, makin jelas penolakan atas tuntutan setengah bernada memaksa dari Presiden AS George Bush dan timnya agar China lebih mengendurkan pematokan kurs yuan terhadap dollar AS.

Presiden Hu Jintao dan tim ekonomi mengatakan bahwa mereka akan mempelajari tuntutan AS. Namun, AS tidak menyadari bahwa sulit untuk mengharapkan China yang menurut. China akan mempertahankan kebijakan yang hati- hati dan gradual, termasuk soal sistem kurs yuan.

Inilah beberapa butir pengamatan yang perlu diketahui elite, pengamat, serta pebisnis global, termasuk Indonesia. Kita harus belajar mengenai cara China yang mengutamakan gradualisme.
 
Tuh, coba Indonesia orang2nya kayak cina yak.....

Pasti dah kaya sekarang....
wkwkwkwkwkwwkwk....
 
keren..keren...maksud USA minta perubahan gitu buat apa ya?
 
busetttt.....china.....negara potensial......bakal menjadi negara majuu........harap2 klo dah maju bagi2 ama Indo......:D:D:D
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.