• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Chef's Secret

T!T!~ch@/\/

IndoForum Banned
No. Urut
1035
Sejak
11 Mei 2006
Pesan
21.523
Nilai reaksi
1.324
Poin
113
Nah ini thread untuk mengungkap rahasia para chef yang terkenal /no1


yang pertama yang akan di bahas adalah ..................

chefyohannesbsr.jpg


Chef asal Jawa ini memulai karirnya dari bawah hingga berakhir sukses sebagai Executive Chef. Menjalani karir selama 16 tahun di luar negeri telah menempa dirinya menjadi pribadi yang gigih. Di saat karirnya memuncak justru ia kembali ke Jakarta. Apa yang dicari oleh chef yang piawai mengolah hidangan Eropa ini?

Senyum ramah dan bersahabat pun mengembang dari chef yang bernama lengkap Yohannes Pratiwanggana ini saat ia menemui tim detikfood di sela-sela kesibukannya sebagai Executive Chef di Decanter Wine House. Dengan sedikit tersipu malu ia pun mulai bercerita tentang awal karirnya menapaki dunia kuliner.

Tak banyak chef lokal di masanya yang berkeingian kuat menggali pengalaman di mancanegara. Namun, garis hidup agaknya berkata lain. Dari arahan seorang guru, akhirnya ia memantapkan diri memilih jurusan pariwisata dan perhotelan di kota kembang sebagai pendidikan lanjutannya.

"Untuk menjadi sukses dan besar orang harus ke luar negeri," demikian prinsip yang dipegangnya. Namun, ia justru memilih hotel Borobudur sebagai langkah awalnya meniti karir sebagai Junior Sous Chef. Karena keinginannya yang kuat iapun sempat bersitegang dengan pihak hotel saat akan melanjutkan karir ke Geneva, Swiss.

Tahun 1977, akhirnya ia berhasil menapakkan kakinya di Movenpick Cendrier Geneva Switzerland. Chef yang berhobi kemping dan renang ini selalu memiliki target setiap berada di tempat yang baru. "Saya mengejar sertifikasi tertinggi dari hotel-hotel terbaik. Bagi saya pengalaman lebih penting dari pada uang," jelasnya. Karena itu gaji yang tak seberapun ia tutup dengan bekerja ekstra di akhir pekan di hotel sehingga kebutuhan hidupnya tetap tercukupi dan pengalamanpun diperolehnya.

Dalam menggali pengalaman chef yang memilih bagian Kitchen sebagai spesialisasinya tak segan untuk mencoba hampir semua divisi kitchen untuk mendapatkan pengalaman. Mengapa harus menu Eropa? Menurutnya chef di Indonesia yang mengkhususkan diridengan menu Eropa masih terbatas jumlahnya oleh karena itu ia memilih menu Eropa dan mediterania sebagai spesialisasinya.

Untuk memperkaya pengalaman, iapun melanjutkan karir di London Hilton International sebagai Chef Entremetier. Jaringan hotel internasiobal Hilton telah mematangkan pengalamannya melalui berbagai jenjang karir sebagai chef yang dilalui. Dari London, chef yang juga ayak 3 anak ini melanjutkan karir ke Sydney Hilton Australia sebagai as Chef Tournan. Kemudian dilanjutkan ke Montreal Bonaventur Canada sebagai Banquet Chef.

Bekerja di Sydney ternyata tidak memuaskan baginya. "Saya merasa tidak bisa maju, tidak banyak mendapatkan pengalaman," demikian alasannya. Karenanya Canada kembali dipilihnya sebagai tempat kerjanya. Di Canada chef yang kelahiran Yogyakarta ini merasa nyaman dan mapan hingga ketiga anaknya mulai tumbuh besar.

"Rasa takut kembali ke Indonesia selalu menghantui saya. Ya, takut tidak ada pekerjaan yang cocok," tuturnya. Karena anak sulungnya sudah memasuki usia sekolah maka Jakarta akhirnya dipilihnya sebagai tempat berkarirnya. Hotel Jakarta Hilton merupakan hotel tempatnya berkarir sekembalinya ia ke Indonesia di tahun 1993 sampai akhirnya ia mendapatkan posisi Executive Chef dan hotel Hilton berganti nama menjadi hotel Sultan. Memasuki masa pensiunnya di tahun 2008, ia menerima tawaran untuk menjadi Executive Chef di Decanter Wine House.

Meskipun ia sangat mencintai pekerjaannya sebagai seorang chef, tak lantas membuatnya mengijinkan ketiga buah hatinya menekuni bidang yang sama dengannya. "Pekerjaan sebagai chef itu berat, 24 jam dan harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab," demikian alasannya. "Bagi saya jika piring dari tamu kembali ke kitchen dalam keadaan bersih, saya puas. Saya selalu ingin tahu apa saja yang disukai tamu saya, terutama tamu VIP," tuturnya. Karena rasa tanggungjawabnya yang besar itulah iapun merelakan diri tidak tidur lebih dari 24 jam demi memuaskan selera para tamu.

Setelah malang melintang di dunia perhotelan, akhirnya sang chef memilih sebuah restoran sebagai tempatnya berkarur di masa pensiunnya. "Sebenarnya ini adalah sebuah tantangan baru untuk saya, karena biasanya saya bekerja di sebuah hotel yang semua sistem dapurnya sudah diatur. Sedangkan di tempat ini saya harus memutar otak untuk membuat menu baru dan membuat kombinasi yang cocok setiap harinya itu yang menjadi tantangan untuk saya," ujarnya kepada detikfood.

Selain itu Decanter menyajikan makanan khas Mediterania yang memang cocok dengan keahliannya. Chef yang sangat menyukai semua segala jenis masakan dari sang istri ini masih memiliki impian untuk mengelola resto milik pribadi suatu hari kelak

Sumber : www.detikfood.com
 
chefindiabsr.jpg


Chef muda yang murah senyum ini menguasai hidangan klasik India dan hidangan dari berbagai wilayah India. Bekerja di dapur merupakan obsesinya. Melihat tamu puas dan senang menyantap makanannya merupakan kebahagiaan baginya. Mengapa pula ia jatuh hati pada home cooking India?

Makanan India memang tak sepesat makanan Jepang menjadi populer di dunia. Namun, pelan tapi pasti makanan India mulai banyak digemari orang. Terbukti gerai makanan India di restoran Satoo yang berlokasi di lantai dasar hotel Shangri-la Jakarta selelu dipenuhi pengunjung. Seperti siang itu sang chef Mohammed Basheer sibuk menjelaskan soal jenis kari yang hangat mengepul di hadapannya.

Melihat sekilas sajian yang dibuat oleh chef yang berasal dari Calcutta ini terlihat agak berbeda. Ada Daal Makhni (kari kacang lentil kuning) dan Jheenga Kaali Mirch (kari udang) yang wangi semerbak. Keduanya terasa sangat gurih setelah dipadu dengan Chicken Tikka dengan bumbu racikan sang chef dan Tandoori Egg yang unik dan merupakan andalannya. Sang chef juga mahir membuat Rumali Roti, roti tipis lebar yang renyah gurih untuk teman kari.

Chef yang berwajah manis ini memulai karirnya sejak berusia 11 tahun. Tentu saja dengan belajar memasak langsung di dapur. Hal ini sangat mungkin dilakukan mengingat keluarganya tergolong keluarga besar dengan 7 bersaudara dan dua kakaknya menjadi chef. "Sejak awal memang saya ingin mendedikasikan diri pada kuliner India," tuturnya sambil tersenyum. "Chef gives live to people," demikian alasannya.

Obsesinya diwujudkan dengan menjalani pelatihan di Selatan dan Utara India sehingga gaya kuliner di berbagai belahan India dikuasainya dengan baik. Penguasaannya akan kuliner India ini juga yang membawanya berkarir di hotel Shangri-la Oman selama 2 tahun sebelum akhirnya memilih Jakarta sebagai tujuan berikutnya.

Mengawali karir di restoran Moti Mahal sebagai Commis III di usia 21 tahun, ia pun terus belajar dan tak berhenti mencari pengalaman. Perjalanan karirnya dilanjutkan sebagai chef tandoor di Wyte Forte, Hotel Kochi dan Commis II di Leela Lempenski, Kovalam. Meskipun bekerja sebagai chef makanan India bukan berarti ia tak mempelajari kuliner lain. "Melihat kuliner Barat, Cina dan Thai justru membuat saya makin memahami ciri dan perbedaam kuliner masing-masing," tutur chef yang senang mendengarkan musik di waktu luangnya ini.

"Melihat kecenderungan kuliner dunia untuk mengglobal dan makin spesifik saya justru melihat peluang makanan India untuk makin berkembang," tuturnya serius. Hidangan lain selain India biasanya diolah dengan berbagai bumbu yang tidak semuanya dibuat sendiri tetapi siap pakai. Misalnya sambal, saus tomat, saus tiram, saus BBQ dan berbagai jenis bumbu lainnya.

"Sebaliknya makanan India hampir semuanya dibuat sendiri seperti chutney, bumbu kari, dan aneka saus. Karena itu selalu segar dan kualitasnya bisa dikontrol," tegas sang chef. Karena saat ini kecenderungan kuliner dunia makin spesifik, berkualitas dan sehat maka ia melihat peluang terbuka lebar untuk kuliner India. "Karena itulah saya mencintai masakan India, karena 'home cooking'," tutur chef yang berhobi mengebut dengan motor kesayangannya saat pulang ke Calcutta ini.

Optimismenya akan kuliner India pun akan diwujudkannya dengan membuka usaha dengan seorang rekan dari Canada tahun depan. "Buat saya melihat tamu senang, tersenyum bahagia, kenyang dan puas dengan makanan saya, merupakan kebahagiaan tersendiri," ujar chef yang juga senang menggeluti fotografi.

Khusus untuk detikfood, chef Basheer membagikan resep 'Chicken Tikka', BBQ ayam khas India yang menjadi andalannya. "Membuatnya tidak sulit dan rasanya pasti enak," demikian pesannya.

Sumber :
Kode:
 www.detik.com
 
Amit...Amit...
Anak Bagong mau post...

Rata2 cowok smua yah .....
Klo chef itu...... /ok
Nais info & Keep Posting....... /no1
Grazie...... /thx /thx /thx
 
ternyata co jga masih muda ud bsa jd chef,, dlu g kirain cm yg udah tua aj..(efek nonton one piece) :D
 
/hmm
ternyata susah ya jd chef....
 
Gw juga pengen bisa masak yg enak2, apalagi buka rumah makan, untungnya banyak tuh/gg
 
asal mau belajar semua bisa...
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.