• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

MALAM SENYAP TANPA KUNANG KUNANG DI BLITAR 1965......KISAH ANAK ZAMAN

Angela

IndoForum Addict A
No. Urut
88
Sejak
25 Mar 2006
Pesan
41.626
Nilai reaksi
23
Poin
0
MALAM SENYAP TANPA KUNANG KUNANG DI BLITAR 1965......KISAH ANAK ZAMAN

Malam Senyap Tanpa Kunang-kunang di Blitar Sepanjang 1965


MALAM SENYAP TANPA KUNANG KUNANG DI BLITAR 1965......KISAH ANAK ZAMAN
Kiai Chudlori Hasyim, salah satu pendiri Banser Nahdlatul Ulama

MALAM SENYAP TANPA KUNANG KUNANG DI BLITAR 1965......KISAH ANAK ZAMAN
BLITAR - Malam yg senyap menyelimuti langit-langit di Blitar & Madiun di sepanjang 1965. Dalam cahaya yg redup, kunang-kunang pun enggan untuk menemani. Suara gaduh jadi candu yg tiap malam menambah sisi gelap & sulit untuk dilupakan.

Perkampungan dengan jalanan makadam di Blitar mengalun banyak keganasan dari berbagai sudut rumah. Sebelum & sesudah G30S/PKI kawasan itu terus saja memanas. Seluruh pasang mata tak pernah menutup dengan setia.

MALAM SENYAP TANPA KUNANG KUNANG DI BLITAR 1965......KISAH ANAK ZAMAN
Melempar awas & tanpa ada letih menyisir berbagai jalanan. Memberikan siasat, menyeka kegetiran dalam hari-hari tanpa ada keteduhan. Massa Ansor & pengikut PKI, khususnya BTI & Pemuda Rakyat saling curiga. Tanpa ada balas senyum dari peluh yg terus mengucur.


Sepoi angin masih saja terasa panas, tak cukup untuk mendharapkan kepala & hati di tengah ketidakpastian kabar yg terus bergemuruh. Ketegangan masih menyelimuti erat di wilayah Kecamatan Gandusari, Ansor-PKI nyaris bentrok fisik. Pemicunya adalah aksi sepihak PKI.




MALAM SENYAP TANPA KUNANG KUNANG DI BLITAR 1965......KISAH ANAK ZAMAN
Ketegangan itu terus berpacu dengan waktu & kondisi yg tak ada kepastian. Apalagi pasca-dilarangnya Masyumi & terbelahnya PNI, NU & PKI terkerek jadi dua akbar pemenang Pemilu 1955.

"Banyak warga NU pemilik tanah yg merasa resah dengan aksi sepihak orang-orang PKI, " ujar Chudlori Hasyim (83), mantan Pimpinan Ansor Nahdlatul Ulama (NU) Blitar ketika ditemui SINDOnews beberapa waktu lalu.

Ingatannya yg menembus batas ruang & waktu kembali melemparkannya pada keadaan tepat hari ke-14 atau 14 Oktober 1965 pasca-pembunuhan para jenderal, instruksi rahasia itu datang memecah keheningan malam. Membuat burung-burung gagak berhamburan. (Baca juga: Ingatkan Kejamnya PKI, KAMI Serukan Kibarkan Bendera Merah Putih)

Perintah yg membonceng kabar penculikan Jenderal itu muncul dalam sebuah rembug (rapat) spesifik pimpinan Ansor. Rapat yg merumuskan perlawanan kepada aksi sepihak orang-orang PKI. Perlawanan itu bermunculan dalam setiap mimpi yg dibungkus di antara harapan.

MALAM SENYAP TANPA KUNANG KUNANG DI BLITAR 1965......KISAH ANAK ZAMAN
Chudlori ada di sana bersama para teman seperjuangan. Menyimpan asa untuk jadi lebih baik dari sebuah zaman yg begitu gelap. Karena dia memang termasuk salah satu pimpinan. Ia masih ingat perintah itu diutarakan secara lisan, pentas pidatonya jadi pelecut & semangat nasionalisme.

Tanpa banyak berdebat, instruksi langsung disepakati & disebar cepat ke anggota Ansor Banser anak cabang & ranting. Bergerak cepat seperti angin dalam dekapan malam, mengumpulkan banyak dukungan. "Isinya (perintah) setiap kader Ansor & Banser untuk menyiapkan senjata tajam dalam menghadapi PKI," katanya.

Gerakan senyap melawan PKI ini melaju setelah kabar huru-hara penculikan tujuh Jenderal terkait G 30S PKI diterima terlambat di daerah-daerah. Akses komunikasi yg terbatas jadi salah satu alasannya. "Kita memang terlambat menerima kabar adanya Gerakan 30 September 1965. Memang saat itu tidak banyak saluran informasi seperti sekarang, " ungkapnya.

Di usianya yg sudah senja, Chudlori tak terlihat ringkih. Demikian juga dengan ingatannya. Pria jangkung dengan perawakan akbar itu tetap bersemangat. Nada bicaranya lantang. Setiap kalimat yg terucap penuh dengan tekanan. Berbagai candaan kerap dilontarkan, memecah sedikit ketegangan ketika diajak berbicara tentang sejarah pajang perjuangan di negeri ini.

Ayah empat anak & kakek enam cucu itu adalah salah satu penggagas sekaligus pendiri Barisan Ansor Serba Guna (Banser) NU. Buih pikirannya tetap mempesona dengan rangkaian sisa semangat dalam menaklukan kehidupan.

Sebuah tongkat penyangga menopang kaki kirinya kini. Namun tak menciptakannya surut dalam keterpurukan. Tongkat alumunium dengan bagian atas sebagai penumpu ketiak itu yg menemani Chudlori kemana pun ia pergi.

Langkahnya tampak tertatih. Begitu juga saat keluar dari kamar menuju ruang tamu. Suatu ruang yg bersih & tertata. Figura bergambar bumi bertuliskan tinta emas Nahdlatul Ulama (NU) menghias dinding ruangan. Di sebelahnya tampak jam tembok & sejumlah foto keluarga.

Chudlori juga mengenakan alat bantu pendengaran. Piranti digital berwarna putih itu terpasang di daun telinga kanannya. Keterbatasan secara fisik tak pernah mengurangi keyakinnya dalam berjuang.

Bersama delapan pimpinan Ansor Blitar lain, Chudlori memutuskan membentuk Banser, yakni suatu kekuatan para militer untuk menjawab aksi sepihak PKI & organisasi sayapnya. Peristiwa itu terjadi pada 14 April 1964 & ditandai sebagai harlah Banser NU.

Kesembilan pimpinan Ansor Blitar itu adalah Zaenudin Kayubi atau Moch Zein Kayubi, KH Abdurrochim Sidik, M Romdhon, Zaenuri Acham, Atim Yanto, Chudlori, Moch Fadhil, H Supangat, & H Ali Muhsin.

Rapat sembilan orang itu berlangsung di Markas Ansor di Jalan Semeru, Kota Blitar, yakni suatu bangunan yg awalnya rumah milik seorang keturunan Tionghoa.

Usulan nama Banser datang dari Kayubi. Ia menafsirkan & mengejawantah dari multi fungsi, banyak guna, serba guna. Karenanya, Kayubi langsung didaulat sebagai Ketua.

Di luar Ansor Banser, Kayubi bekerja di Badan Pekerja Harian (BPH) NU yg ditugaskan di pemerintahan & legislatif. Saat itu Ansor & Banser Blitar sudah bertekad bulat memerangi PKI. Di satu sisi PKI gencar-gencarnya meneriakkan pengganyangan tujuh setan desa.

Para tuan tanah, lintah darat, tengkulak, tukang ijon, kapitalis birokrat, bandit desa, & pengirim zakat dicap sebagai lawan yg harus diperangi. Deretan tujuh setan desa yg harus dilawan. Setelah perintah rahasia disebar, Ansor & Banser mulai dari tingkat anak cabang & ranting langsung bergerak.

Masing masing orang, mengatakan Chudlori, memanggul karung goni. Isinya senjata tajam mulai belati, parang, sangkur hingga pedang. "Kita memang hendak perang melawan PKI, "jelasnya. Chudlori juga ingat sebelum bergerak Ansor & Banser juga menggelar apel perlawanan. Lokasinya di alun alun Kota Blitar.

Apel untuk mengimbangi Pemuda Rakyat yg sebelumnya juga memobilisir massa. Apel perlawanan Ansor Banser dihadiri Ketua PBNU Idham Chalid & Pangdam V Brawijaya. Idham bahkan jadi komandan upacara.

Sekitar 10.000 anggota Ansor Banser berkumpul. Show of force itu, mengatakan Khudlori, sontak menciutkan nyali orang orang PKI. Tidak sedikit aktivis Pemuda Rakyat, Lekra, BTI, & SOBSI yg meninggalkan rumah. Mereka seperti merasakan bakal jadi target amuk massa.

Kekuatan PKI di Blitar saat itu, kenang Chudlori, sangat besar. PKI sudah menyusup ke semua elemen sosial hingga birokrasi pemerintahan. Bahkan Bupati Blitar Sumarsono juga kader komunis.

Begitu juga di lembaga DPRGR Kota Blitar. Perwakilan Fraksi PKI, yakni Soebandi eks anggota TNI Batalyon 29 sekaligus Ketua Front Nasional Blitar, juga sanggup merebut posisi ketua.

Istri Soebandi, yakni Putmainah, merupakan Ketua Gerwani sekaligus anggota Fraksi PKI DPRGR Kabupaten Blitar. Ajaran komunis yg dikenalkan & disemaikan perdana kali oleh Karso & Ngalim, warga Blitar itu tumbuh pesat.

Karso & Ngalim adalah tokoh komunis angkatan 1926. Keduanya tewas dalam serangan militer Belanda tahun 1949. "Tapi sebenarnya yg paling memantik kemarahan masyarakat adalah aksi sepihak, "jelas Chudlori.

Kayubi dalam setiap orasi di depan kader Ansor Banser menegaskan, PKI sudah terang-terangan merebut harta warga NU. Masak kita diamkan saja. Mari kita lawan! Demikian Orasi saat itu.

Menurut dia, pembersihan orang PKI perdana kali disepakati berjamaah pada malam Jumat 14 Oktober 1965. Korbannya Jiang, seorang Tionghoa tokoh Baperki yg jadi tukang pukul andalan PKI.

Rumah Jiang di sebelah barat terminal Kota Blitar diserbu Ansor & Banser. Jiang tewas di halaman rumahnya. Orang-orang Ansor & Banser juga menyerbu & menduduki markas PKI di Kota Blitar. Pengikut PKI yg terlambat menyelamatkan diri langsung dihabisi.

KH Abdurrochim Sidik dalam buku "Banser Berjihad Menumpas PKI" mengatakan, sebelum operasi berjamaah malam hari, sudah terjadi gerakan pada siang harinya. Sebelum gerakan serentak malam hari, sejumlah Ansor Banser lebih dulu menghabisi pengurus PKI di wilayah Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar.

"Tidak sedikit orang-orang PKI yg meninggalkan rumahnya. Begitu mendengar suara takbir mereka langsung kabur pontang panting, "kenang Chudlori.

Setelah malam Jumat itu, mengatakan Chudlori, pembersihan kepada orang PKI berlanjut tanpa kenal waktu pagi, siang maupun malam. Dalam periode senyap itu, malam-malam yg dilaluinya begitu menegangkan.

Sejarawan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya RN Bayu Aji menuturkan, peristiwa yg melibatkan aksi kekerasan yg dilakukan oleh PKI jadi bagian dari sejarah panjang di Indonesia. Semua itu tentu dapat dijadikan sebagai spion untuk melihat kebelakang. Namun melihat spion ke belakang untuk menguatkan persatuan di hari ini & masa depan, katanya.

Rojil, panggilan akrabnya menambahkan, jangan hingga spion yg dipakai jadi terkotak-kotak kepada politik bukti diri atau ideologi yg dapat menciptakan integrasi bangsa selama ini terpecah-pecah. Masa lalu harus tetap kita jadikan bagian dari sejarah bangsa, tentu untuk pembelajaran bersama, jelasnya.

Sejarah masa lalu, tambahnya, jangan malah dijadikan warisan dendam. Karena semua itu tidak akan ada habisnya & justru jadi beban masa lalu yg tak akan pernah surut.

PKI DAN KOMUNISME BUKAN SAHAJA MUSUH ISLAM,TAPI MUSUH SEMUA AGAMA
MALAM SENYAP TANPA KUNANG KUNANG DI BLITAR 1965......KISAH ANAK ZAMAN
Hari ini 19:43
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.