Angela
IndoForum Addict A
- No. Urut
- 88
- Sejak
- 25 Mar 2006
- Pesan
- 43.272
- Nilai reaksi
- 31
- Poin
- 0
Selamat subuh/pagi/siang/sore/senja/malam/tengah malam wahai para penghuni KasKus sejagat raya
Ijinkan lah ane yg nubi ini untuk memberi sesembahan berupa tulisan orat-arit yg tiada artinya ini
Pada kesempatan kali ini, dengan restu peri mimi
ane akan membahas tentang :
Buzzer Mania Mantaaappp (?)
Lelah meng-unggah (pakailah bahasa Indonesia sesuai KBBI ) barang-barang jualan ke lapak dunia maya demi sebutir beras & segumpal berlian (), klotakdotcom rehat sejenak sembari membaca berita-berita terupdate terbaru (inget KBBI ).
Kisruh dunia politik? Sudah maklum. Rupiah nyungsep? Cuma dapat istighfar. Corona? Semoga cepat ditemukan vaksinnya (aaamiiin ). Tapi ada hal baru yg menggelitik klotakdotcom. Aktifitas para "buzzer" yg kelewat aktif
Thank's to kakak Najwa (yang makin mempesona aja nih ), akhir-akhir ini dunia maya Indonesia punya hal baru -yang sebenernya sangat tidak penting- untuk diperdebatkan. Akibat "Mudik vs Pulang Kampung", para "buzzer" pun tumbuh subur dimana-mana. Bahasa-bahasa indah nan santun ala "buzzer" Indonesia pun makin marak menghiasi setiap artikel yg dapat dikomentari
Mengutip dari Enda Nasuiton yg dimuat dalam Kompas.com:
Buzzer biasanya lebih ke kelompok orang yg tidak jelas siapa identitasnya, lalu kemudian biasanya memiliki motif ideologis atau motif ekonomi di belakangnya & kemudian menyebarkan informasi
Namun sejatinya, buzzer ini merupakan aset pelengkap -namun penting- di dunia periklanan. Para buzzer tercipta untuk mempromosikan suatu produk secara masif dengan target tak terhingga-tak terbatas. Namun entah mengapa, para buzzer sepertinya tidak puas kalau cuma bermain di kolam product marketing, sehingga akhirnya ikutan nyemplung di kolam politik yg ternyata lebih basah
Berbeda di alam kelahirannya, para buzzer jadi beringas di dunia politik. Segala bahasa santun (yang beneran santun), indah & menggoda yg selama ini dipakai di dunia periklanan seolah hilang tanpa jejak. Para buzzer politik ini seakan tidak perduli dengan norma, etika & budaya ketimuran saat mengaspirasikan "konten pesanan" mereka. Selama itu tidak sesuai dengan ideologi kelompoknya, maka bersiap-siaplah diserang habis-hadapatn dengan bahasa "sayang" para buzzer.
Tidak mengenal mengatakan loyalitas, buzzer ternyata tidak bermain di satu sisi seperti di alam kelahirannya. Di dunia politik, buzzer ada di sisi koalisi maupun oposisi, sisi pro maupun kontra. Pertempuran para buzzer dari dua kelompok yg berbeda inilah yg nantinya akan menyumbang andil akbar dalam arah perpepsi publik. Tak jarang karena ulah buzzer dari dua kelompok ini, pembaca asli yg harap ikutan cuap-cuap terpaksa mikir-mikir lagi sebelum akhirnya meng-klik tombol send. Karna bagi para pembaca dengan tempramen tinggi, bersiap-siaplah menghabiskan waktu untuk saling berbalas mengatakan (yang makin lama makin "indah"), saling membandingkan teori cocoklogi masing-masing, & saling "melebihkan" diri sendiri sehingga melebihi kualifikasi para pakar yg sudah terbukti
Tak jarang akibat keindahan mengatakan para buzzer yg sangat menancap di sanubari para korban, menimbulkan gelombang angkara murka dari para korbannya. Tak ayal, langkah hukum pun ditempuh. Acap kali kita membaca berita mengenai para buzzer yg akhirnya kena ciduk pihak kepolisian untuk mempertanggung jawabkan keindahan puisi mereka (walaupun tanpa maksud berpihak kemanapun-siapapun, klotakdotcom belum pernah baca berita mengenai penangkapan buzzer dari kelompok "pro pemerintah" ). Namun seperti mengatakan pepatah, patah tumbuh hilang berganti, buzzer satu digantikan sepuluh buzzer lainnya, selama kolamnya masih basah
Jika para buzzer beraksi dengan metode ninja -bergerak tanpa meninggalkan jejak digital- & seminim mungkin meng-ekspos diri mereka (tanpa gambar atau foto profil, nama yg aneh binti nyeleneh), maka lain halnya dengan "influencer". Salah satu faktor yg juga ikut andil dalam menentukan arah persepsi publik ini secara terang-terangan menunjukkan identitasnya, dukungan & keberpihakannya kepada salah satu pihak.
Seperti buzzer, influencer pun sejatinya bukan kelahiran prematur dunia politik. Dan seperti buzzer pula, kolam basah lah yg mengundang para influencer untuk ikut ciplak-cipluk Namun klotakdotcom tidak akan membahas mengenai "influencer" kali ini, dari pada nanti jadi panjang kali lebar, lebih baik kita kembali ke laptop
Kembali ke buzzer, kehadiran mereka di dunia politik (mungkin) diharapkan untuk menyelamatkan nama baik suatu tokoh politik, mendukung suatu keputusan politik yg diambil, ataupun sekedar mengarahkan perpepsi publik (sekali lagi, ini cuma MUNGKIN lho ya, karna klotakdotcom bukanlah pakar politik maupun tata negara, cuma seorang pedagang pemula yg demen cuap-cuap ).
Terlepas dari maksud para buzzer, bayaran yg mereka terima (rezeki mereka itu ) ataupun foto atau nama yg mereka pakai, klotakdotcom cuma dapat berharap suatu saat nanti para buzzer mendadak auto taubat, mengpakai bahasa yg (beneran) santun, mengutamakan fakta & data diatas opini pribadi (dengan mengatakan lain : BERHENTI JADI PAKAR DADAKAN ) & kembali jadi layaknya orang Indonesia sejati : menghargai sebaya, menghormati yg lebih tua & menyayangi yg lebih muda (karna daun muda itu lebih segar NGACO ah)
Hari ini 16:28

Ijinkan lah ane yg nubi ini untuk memberi sesembahan berupa tulisan orat-arit yg tiada artinya ini


Pada kesempatan kali ini, dengan restu peri mimi

Buzzer Mania Mantaaappp (?)
Lelah meng-unggah (pakailah bahasa Indonesia sesuai KBBI ) barang-barang jualan ke lapak dunia maya demi sebutir beras & segumpal berlian (), klotakdotcom rehat sejenak sembari membaca berita-berita terupdate terbaru (inget KBBI ).
Kisruh dunia politik? Sudah maklum. Rupiah nyungsep? Cuma dapat istighfar. Corona? Semoga cepat ditemukan vaksinnya (aaamiiin ). Tapi ada hal baru yg menggelitik klotakdotcom. Aktifitas para "buzzer" yg kelewat aktif
Thank's to kakak Najwa (yang makin mempesona aja nih ), akhir-akhir ini dunia maya Indonesia punya hal baru -yang sebenernya sangat tidak penting- untuk diperdebatkan. Akibat "Mudik vs Pulang Kampung", para "buzzer" pun tumbuh subur dimana-mana. Bahasa-bahasa indah nan santun ala "buzzer" Indonesia pun makin marak menghiasi setiap artikel yg dapat dikomentari
Mengutip dari Enda Nasuiton yg dimuat dalam Kompas.com:
Buzzer biasanya lebih ke kelompok orang yg tidak jelas siapa identitasnya, lalu kemudian biasanya memiliki motif ideologis atau motif ekonomi di belakangnya & kemudian menyebarkan informasi
Namun sejatinya, buzzer ini merupakan aset pelengkap -namun penting- di dunia periklanan. Para buzzer tercipta untuk mempromosikan suatu produk secara masif dengan target tak terhingga-tak terbatas. Namun entah mengapa, para buzzer sepertinya tidak puas kalau cuma bermain di kolam product marketing, sehingga akhirnya ikutan nyemplung di kolam politik yg ternyata lebih basah
Berbeda di alam kelahirannya, para buzzer jadi beringas di dunia politik. Segala bahasa santun (yang beneran santun), indah & menggoda yg selama ini dipakai di dunia periklanan seolah hilang tanpa jejak. Para buzzer politik ini seakan tidak perduli dengan norma, etika & budaya ketimuran saat mengaspirasikan "konten pesanan" mereka. Selama itu tidak sesuai dengan ideologi kelompoknya, maka bersiap-siaplah diserang habis-hadapatn dengan bahasa "sayang" para buzzer.
Tidak mengenal mengatakan loyalitas, buzzer ternyata tidak bermain di satu sisi seperti di alam kelahirannya. Di dunia politik, buzzer ada di sisi koalisi maupun oposisi, sisi pro maupun kontra. Pertempuran para buzzer dari dua kelompok yg berbeda inilah yg nantinya akan menyumbang andil akbar dalam arah perpepsi publik. Tak jarang karena ulah buzzer dari dua kelompok ini, pembaca asli yg harap ikutan cuap-cuap terpaksa mikir-mikir lagi sebelum akhirnya meng-klik tombol send. Karna bagi para pembaca dengan tempramen tinggi, bersiap-siaplah menghabiskan waktu untuk saling berbalas mengatakan (yang makin lama makin "indah"), saling membandingkan teori cocoklogi masing-masing, & saling "melebihkan" diri sendiri sehingga melebihi kualifikasi para pakar yg sudah terbukti
Tak jarang akibat keindahan mengatakan para buzzer yg sangat menancap di sanubari para korban, menimbulkan gelombang angkara murka dari para korbannya. Tak ayal, langkah hukum pun ditempuh. Acap kali kita membaca berita mengenai para buzzer yg akhirnya kena ciduk pihak kepolisian untuk mempertanggung jawabkan keindahan puisi mereka (walaupun tanpa maksud berpihak kemanapun-siapapun, klotakdotcom belum pernah baca berita mengenai penangkapan buzzer dari kelompok "pro pemerintah" ). Namun seperti mengatakan pepatah, patah tumbuh hilang berganti, buzzer satu digantikan sepuluh buzzer lainnya, selama kolamnya masih basah
Jika para buzzer beraksi dengan metode ninja -bergerak tanpa meninggalkan jejak digital- & seminim mungkin meng-ekspos diri mereka (tanpa gambar atau foto profil, nama yg aneh binti nyeleneh), maka lain halnya dengan "influencer". Salah satu faktor yg juga ikut andil dalam menentukan arah persepsi publik ini secara terang-terangan menunjukkan identitasnya, dukungan & keberpihakannya kepada salah satu pihak.
Seperti buzzer, influencer pun sejatinya bukan kelahiran prematur dunia politik. Dan seperti buzzer pula, kolam basah lah yg mengundang para influencer untuk ikut ciplak-cipluk Namun klotakdotcom tidak akan membahas mengenai "influencer" kali ini, dari pada nanti jadi panjang kali lebar, lebih baik kita kembali ke laptop
Kembali ke buzzer, kehadiran mereka di dunia politik (mungkin) diharapkan untuk menyelamatkan nama baik suatu tokoh politik, mendukung suatu keputusan politik yg diambil, ataupun sekedar mengarahkan perpepsi publik (sekali lagi, ini cuma MUNGKIN lho ya, karna klotakdotcom bukanlah pakar politik maupun tata negara, cuma seorang pedagang pemula yg demen cuap-cuap ).
Terlepas dari maksud para buzzer, bayaran yg mereka terima (rezeki mereka itu ) ataupun foto atau nama yg mereka pakai, klotakdotcom cuma dapat berharap suatu saat nanti para buzzer mendadak auto taubat, mengpakai bahasa yg (beneran) santun, mengutamakan fakta & data diatas opini pribadi (dengan mengatakan lain : BERHENTI JADI PAKAR DADAKAN ) & kembali jadi layaknya orang Indonesia sejati : menghargai sebaya, menghormati yg lebih tua & menyayangi yg lebih muda (karna daun muda itu lebih segar NGACO ah)
Tulisan ini murni semata-mata cuma untuk guyonan yg terlahir dari fusion (ala Goten & Trunks) kesumpekan klotakdotcom dengan kegabutan hidup klotakdotcom
tanpa adanya tendensius apapun
tanpa adanya tendensius apapun
masker 3-ply warna-warni murah berkualitas cuma 3rebu?

Hari ini 16:28