• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Betapa sulitnya membalas budi & kebaikan hati orang tua

lauzart

IndoForum Newbie A
No. Urut
14768
Sejak
27 Apr 2007
Pesan
273
Nilai reaksi
5
Poin
18
Ayah Dan Ibu adalah dua Buddha yang hidup dalam keluarga. Sutra ini adalah sutra tentang kebaikan hati orang tua dan bagaimana sulitnya untuk membalas budi baik mereka.

Demikianlah yang aku dengar, suatu ketika Hyang Buddha berdiam di Shravasti, di Hutan Jeta, bersama-sama dengan sekumpulan bhiksu-bhiksu besar, yang seluruhnya berjumlah 1250, dan para Bodhisattva, yang semuanya berjumlah 38.000.

Pada saat itu, Sang Bhagava memimpin kumpulan besar tersebut dalam perjalanan menuju selatan.

Tiba-tiba rombongan Hyang Buddha menjumpai seonggok tulang manusia disamping jalan. Hyang Bhagava berpaling menghadapinya, dan bersikap Anjali dengan penuh hormat. Guru Buddha lalu menghampiri sekumpulan tulang tersebut, seraya bersujud dan memberi hormat. Ananda dan anggota rombongan lainnya tidak mengerti mengapa Guru Buddha bertindak demikian.

Ananda dengan bersikap Anjali kemudian bertanya kepada Sang Bhagava, "Tathagata adalah Guru Agung dari Tri Loka dan bapak yang terkasih dari makhluk-makhluk yang berasal dari Empat Jenis Kelahiran. Beliau dihormati dan dicintai seluruh umat. Apakah sebabnya kini beliau menghormati seonggok tulang-tulang kering?" Buddha lalu menjawab kepada Ananda, "Meskipun Kalian adalah siswa-siswaku yang utama dan telah lama menjadi anggota Sangha, namun pengertian kalian belum cukup. Onggokan tulang ini mungkin adalah milik para leluhurku pada kehidupan yang lalu. Bagaimana mungkin manusia tidak menghormati orang tuanya, karena itulah Aku bersujud dan menghormat".

Sang Buddha menerangkan lebih lanjut kepada Ananda, "Tulang-tulang yang kita lihat ini dapatlah dibagi menjadi dua kelompok. Yang satu adalah tulang-tulang Pria, yang berat dan putih warnanya. Kelompok yang lain adalah tulang-tulang Wanita, yang ringan dan warnanya hitam." Ananda lalu berkata, "Duhai Sang Bhagava, saat masih hidup didunia para pria menghiasi badan mereka dengan jubah, pengikat pinggang, sepatu, topi dan pakaian-pakaian indah lainnya untuk menunjukkan bahwa mereka adalah pria perkasa. Ketika masih hidup para wanita, mereka mengenakan kosmetik, minyak wangi, bedak dan wangi-wangian yang menarik untuk menghiasi tubuh mereka, sehingga dengan jelas menampakkan kewanitaannya.

Namun tatkala para pria dan wanita itu meninggal, semua yang tertinggal adalah tulang-tulang. Bagaimana seseorang dapat membedakan nya? Mohon ajarilah kami Guru, bagaimana cara membedakannya?" Buddha menerangkan, ”Semasa hidup didunia ada pria yang rajin memasuki Vihara, mendengarkan penjelasan tentang Sutra dan Vinaya, menghormati Tri Ratna. Karena kebajikannya luar biasa, tatkala mereka meninggal tulang-tulangnya menjadi berat dan putih warnanya.

Wanita pada umumnya kurang bijaksana dan terbawa emosi. Mereka melahirkan dan membesarkan anak-anak, sebagai suatu kewajiban. Setiap anak meminum 1200 galon susu ibunya. Ibu menjadi letih dan menderita, dan karenanya tulang-tulang mereka berubah menjadi hitam & ringan ketika mereka meninggal." Ketika Ananda mendengar kata-kata ini, dia merasakan kepedihan dalam hatinya, karena seolah-olah telah tertusuk pedang dan karenanya ia diam-diam menangis. Dia mengatakan kepada Sang Bhagava, "Bagaimanakah caranya seseorang dapat membalas kasih dan kebaikan ibunya?"

Sang Buddha mengatakan kepada Ananda, "Dengarkanlah baik-baik, Aku akan jelaskan hal ini kepadamu dengan terperinci. Janin tumbuh dalam kandungan selama sepuluh bulan perhitungan Candra Sengkala. Alangkah menderitanya ibu selama janin berada disitu! Pada bulan pertama kehamilan, hidup janin tidaklah menentu seperti titik embun pada daun yang kemungkinan tidak akan bertahan dari pagi hingga sore, tetapi akan menguap pada tengah hari!" "Pada bulan kedua, janin menjadi kental seperti susu kental.

Pada bulan ketiga, ia seperti darah yang mengental. Hingga pada bulan keempat, janin mulai berwujud sedikit seperti manusia. Selama bulan kelima dalam kandungan, kelima anggota badan anak (dua kaki, dua tangan, dan kepala) mulai terbentuk. Pada bulan keenam kehamilan, anak mulai mengembangkan inti ke enam alat indera nya yaitu mata, telinga, hidung, lidah, badan dan pikiran.

Selama bulan ketujuh, ketiga ratus enam puluh tulang-tulang dan persendian terbentuk, dan kedelapan puluh empat ribu pori-pori rambut juga telah sempurna. Dalam bulan kedelapan kehamilan, kecerdasan dan kesembilan lubang terbentuk. Pada bulan kesembilan, janin suka meng-gerakkan tangan dan kakinya membuat ibu tidak nyaman dan kehilangan selera makan. Janin telah belajar menyerap berbagai zat makanan. misalnya janin dapat menyerap sari buah-buahan, akar tanaman tertentu, dan kelima macam padi-padian."

Selama kehamilan, pembekuan darah ibu dari organ-organ dalamnya membentuk zat tunggal yang menjadi makanan anak. Selama bulan ke sepuluh kehamilan, badan janin disempurnakan dan siap untuk dilahirkan. Setelah sepuluh bulan merasakan kesusahan, darah ibu akan mengalir deras seperti sungai agar janin bisa lahir dengan sempurna. Bila janin ini kelak akan menjadi anak yang ber-bakti, dia akan lahir dengan telapak tangan disatukan sebagai hormat dan kelahiran itu akan aman dan baik. Ibunya tidak akan terluka oleh kelahirannya dan tidak akan membawa derita kesakitan bagi sang Ibu.

Tetapi, bila anak tersebut akan menjadi pembangkang maka ia akan merusak dan melukai kandungan ibunya, membuatnya sangat menderita Saat melahirkan Ibu akan merasa seperti di sayat seribu pisau atau seperti ribuan pedang yang menikam jantungnya, mengoyak hati dan jantung, menyangkut ditulang ibunya. Itulah ke-sakitan yang dialami saat kelahiran anak yang nakal dan pembangkang. Sebagai seorang anak, kita tidak boleh melupa-kan penderitaan orang tua, dalam merawat dan membesarkan kita. Jika kita lupa, kita bahkan lebih kejam dan jahat dari binatang buas.Untuk menambah bakti kita dan lebih jelasnya, kita harus mengerti ada 10 jenis kebajikan yang diperbuat oleh seorang ibu kepada anaknya :

Kebaikan Pertama ialah kebaikan didalam mem berikan perlindungan dan penjagaan selama anak dalam kandungan. Kebaikan Kedua adalah kebaikan dalam menanggung penderitaan selama kelahiran. "Kebaikan pertama: Menyediakan makanan dan per-lindungan. Sungguh sulit terlahir sebagai manusia bagi kelahiran-kelahiran kita yang tak terhitung jumlahnya." "Tidak mudah bisa berada di dalam kandungan ibu, dibutuhkan hubungan karma dengan orang tua." "Dengan berlalunya bulan, kelima organ penting berkembang. Dalam waktu tujuh minggu, keenam alat indera mulai tumbuh, dan ter-bentuk." "Saat janin mulai tumbuh, beban ibu semakin berat dan badannya pun menjadi seberat gunung."

Diam atau gerakan-gerakan janin adalah laksana gempa bumi & bencana angin ribut, baju-baju ibu yang cantik tidak dapat dipakai dengan baik lagi, dan begitu juga cerminnya pun berdebu karena hanya memikirkan bayinya, ibu tidak sempat dan terlalu letih untuk berdandan. Kebaikan kedua: "Kehamilan berlangsung selama sepuluh bulan. Masa kehamilan semakin lama semakin tidak menyenangkan." "Saat kelahiran semakin dekat, kesusahan dan kesulitan ibu semakin berat." Setiap pagi ibu merasa sangat sakit, sepanjang hari terasa mengantuk dan lamban. Ketakutannya dan ke-gelisahannya sukar dilukiskan.

Dengan khawatir ibu memberitahu keluarganya, bahwa dia hanya takut maut akan menimpa bayi atau dirinya. Kebaikan Ketiga adalah kebaikan untuk melupa kan semua kesakitan begitu anak telah dilahirkan. Saat bersalin, kelima organ semua terbuka lebar, Membuat tubuh dan pikiran Ibu sangat letih. Darah mengalir laksana seekor domba yang disembelih, hingga ibu pingsan beberapa kali. Tetapi ketika mendengar bahwa anaknya terlahir sehat, dia dipenuhi dengan kegembiraan yang me limpah, tetapi sesudah kegembiraan, rasa sakit kembali mengaduk-ngaduk bagian dalam tubuhnya.

Kebaikan Keempat adalah kebaikan dari me-makan bagian yang pahit bagi dirinya dan menyimpan yang manis bagi anak. Kebaikan kedua orangtua sangat besar dan dalam, penjagaan dan pengabdiannya tidak pernah ber henti, tidak pernah beristirahat, ibu senantiasa menyimpan yang manis untuk anak, dan tanpa mengeluh menelan yang pahit bagi dirinya. cintanya amat besar dan emosinya sukar ter tahankan, kebaikannya adalah mendalam dan begitu juga kasihnya, hanya menginginkan anak mendapat cukup makanan, ibu yang kasih tidak membicarakan kelaparannya sendiri. Asal anaknya bahagia, orang tua rela kedinginan dan menahan lapar. Cinta kasih dan kasih sayang mereka tidak terlukiskan.

Yang Kelima adalah kebaikan untuk memindah kan anak ke tempat yang kering dan dirinya sendiri berbaring di tempat yang basah. Ibu rela basah agar anaknya dapat berada di tempat yang kering. Ibu senantiasa melindungi anak dengan lengan nya dari angin dan dingin. Dalam kebaikannya, kepala ibu jarang lega di atas bantal, dan bahkan dia melakukannya dengan gembira selama anak dapat merasa senang, Ibu yang baik tidak mencari penghiburan bagi dirinya sendiri.

Kebaikan Keenam adalah menyusui anaknya pada payudaranya dan memberinya makan serta memelihara serta membesarkan anak. Dengan kedua payudaranya dia memuaskan rasa lapar dan haus sang anak, selama 3 tahun ibu menghidupi anaknya dengan air susu, yang se-benarnya adalah darahnya sendiri. Ibu yang baik adalah bagai kan bumi yang besar, Ayah yang tegar laksana langit yang mengasihi, yang satu melindungi dari atas, yang lainnya menunjang dari bawah,

Kebajikan semua orang-tua adalah se-demikian rupa sehingga mereka tidak membenci atau marah terhadap anaknya meskipun mereka terlahir jelek. Mereka juga tidak kecewa dan tetap menyukainya, sekalipun anak terlahir cacat. Setelah ibu mengandung dan melahirkan anaknya, ayah dan ibu bersama-sama merawat, membesarkan dan melindungi anaknya sampai akhir hayatnya. Sungguh luar biasa cinta kasih orang tua terhadap anaknya.

Kebaikan yang Ketujuh adalah rela membersihkan kotoran anaknya. Pada mulanya ibu cantik dan memiliki tubuh yang indah, semangatnya kuat dan bergelora, alis matanya seperti daun willow yang segar, dan kulitnya bersinar.Tetapi karena kebaikan ibu yang begitu men-dalam sehingga ia melupakan dan melepaskan kecantikannya. Sekalipun merawat dan mencuci anaknya, yang dapat membuat dirinya kotor dan merusak badannya. Ibu yang baik bertindak hanya demi untuk kepentingan putra-putrinya. Dan dengan rela menerima kecantikannya yang memudar.

Kebajikan yang Kedelapan adalah kebaikan dari selalu memikirkan anak bila dia berjalan jauh. Kematian dari orang yang dicintai sukar terlukiskan penderitaannya. Tetapi berpisah dari yang dikasihi juga sangat menyakitkan. Bila anak berjalan jauh, ibu merasa khawatir dikampungnya, dari pagi hingga malam, hatinya selalu bersama anaknya, sentiasa bersembahyang berharap anaknya selamat dan sukses agar dapat cepat pulang dan berkumpul kembali. Orang tua menunggu berita siang dan malam. Dan air mata jatuh berderai dari matanya, seperti monyet yang menangis diam diam, Sedikit demi sedikit hatinya hancur. Ketika tiada berita kunjung tiba. Demikian dalamnya cinta seorang ibu kepada anaknya.

Kebaikan Kesembilan adalah Kasih Sayang yang dalam berupa Pengabdian dan Perhatian orang tua terhadap anaknya. Sungguh sulit untuk dibalas. Mereka rela menderita demi kepentingan anaknya. Alangkah besarnya kebaikan orang tua dan gejolak emosinya! Ketika tahu atau mendengar anaknya susah, Orang tua akan ikut bersusah hati. Bila anaknya bekerja berat, orang tua pun merasa tidak tenang. Bila mereka mendengar bahwa anak berjalan jauh, mereka khawatir bahwa pada waktu malam sang anak berbaring ke-dinginan. Bahkan sakit se bentar yang diderita putra atau putrinya, akan me-nyebabkan orang tua lama bersusah hati.

Yang Kesepuluh adalah kebaikan dari rasa kasihan yang dalam dan simpati dari Orang tua terhadap anaknya.Cinta kasih dan kasih sayang orang tua adalah besar dan penting. Perhatiannya yang lemah lembut tidak pernah berhenti, seperti cahaya abadi dari Bulan dan matahari yang menyinari seluruh dunia, tidak pernah akan sirna. Sejak bangun pagi, yang dipikirkan mereka adalah anaknya. Apakah anak-anak dekat atau jauh, orang tua selalu memikirkan mereka. Sekalipun seorang ibu hidup untuk seratus tahun. dia akan selalu mengkhawatirkan anaknya yang berumur delapan puluh tahun. Inginkah anda mengetahui "Kapan" kebaikan dan cinta yang demikian itu berakhir ? Ia bahkan tidak berkurang hingga akhir hidupnya. Meski menjadi hantu sekalipun, mereka masih terikat kepada anaknya. Mereka tidak bisa melepaskan keterikatan itu.

Sang Buddha berkata kepada Ananda "Bila Aku merenung tentang makhluk-makhluk hidup, Aku melihat bahwa sekalipun sebagian dari mereka terberkahi dilahirkan sebagai manusia, tetapi mereka bodoh dan dungu dalam pikiran-pikiran dan tindakan-tindakan mereka. mereka tidak mempertimbangkan kebaikan dan kebajikan orang tua mereka. mereka tidak menghormati dan melupakan kebaikan dan apa yang benar. mereka kurang manusiawi dan kurang berbakti atau patuh pada orang tua.Mereka tidak menyadari kebaikan orang tua yang sangat luar biasa. Alangkah sedihnya bila acap kali anak justru tidak meng-hormati orang tua mereka. Bahkan mereka dengan mudah nya melupakan kebaikan orang tua mereka. Mereka sungguh anak-anak yang tidak berbakti dan berbudi.

Kebajikan dari orang tua sungguh tulus, luas dan tidak terbatas. Bila seseorang berbuat kesalahan karena tidak berbakti, sungguh sulit untuk membayar kembali kebaikan itu !" Setelah mendengar uraian Guru Buddha tentang betapa dalamnya kebaikan orang tua, banyak yang menjatuhkan diri mereka ke tanah dan bersujud dalam kesedihan. Sebagian pingsan, yang lain menghentakkan kakinya ketanah. Bahkan ada yang ber darah karena terluka dan sedih. Dengan suara lantang mereka meratap : "Sungguh menderitanya! Alangkah sakitnya! Betapa menyakitkan! Anak yang telah menyakiti hati orang tuanya."

"Kami semua bersalah. Kami semua seperti penjahat yang tidak pernah sadar yang hidup bermabuk mabukan. Kami tidak sadar betapa dalamnya kelalaian kami." "Seperti mereka yang berjalan di malam yang gelap. Kami baru sekarang menyadari kesalahan-kesalahan kami dan hati kami tercabik-cabik. Dengan mendengarkan uraian Hyang Buddha kami terbangun dari alam mimpi yang panjang." "Kami hanya berharap Tathagata mengasihi dan menyelamatkan kami. Mohon ajarilah bagaimana membalas atau mengembalikan ke baikan yang mendalam dari kedua orang tua kami."

Pada waktu itu Tathagata memakai delapan macam suara yang sangat dalam dan bersih, seraya berkata kepada kumpulan besar itu, "Kalian semua harus mengerti dan mengetahui ini, sekarang akan Ku jelaskan beberapa segi dari hal ini." "Bila seseorang memikul ayahnya dengan bahu kirinya dan ibunya dengan bahu kanannya dan oleh karena beratnya menembus tulang sumsumnya sehingga tulang-tulangnya hancur menjadi debu karena beban berat mereka, dan anak tersebut mengelilingi Puncak Semeru selama seratus ribu kalpa lamanya, sehingga darah yang mengucur membasahi pergelangan kakinya, anak tersebut belum dapat membalas kebaikan yang mendalam dari orang tuanya."

"Bila seorang anak selama waktu satu kalpa yang penuh dengan kesukaran dan kelaparan, memotong sebagian dari daging badannya demi memberi makan kedua orang tuanya dan ini diperbuatnya sebanyak debu yang dilalui dalam per-jalanan ratusan ribu kalpa, anak tersebut belum dapat membalas kebaikan yang dalam dari orang tuanya." "Bila ada seorang anak yang demi orang tuanya, mengambil sebuah pisau yang tajam dan mencungkil kedua belah matanya dan mempersembahkannya kepada Tathagata, dan terus dilakukannya hingga beratus-ratus ribu kalpa, anak tersebut masih tetap belum dapat membalas kebaikan yang mendalam dari orang tuanya".

"Bila seorang anak demi ayah dan ibunya mengambil sebuah pisau tajam dan mengeluarkan jantung dan hatinya sehingga darah mengucur dan menutupi tanah dan ini ia lakukan dalam beratus ribu kalpa, tiada sekalipun mengeluh tentang kesakitannya, anak tersebut tetap belum dapat membalas kebaikan yang besar dari orang tuanya". "Bila seorang anak yang demi orang tua-nya menelan butiran-butiran besi yang mencair dan berbuat demikian hingga beratus ribu kalpa, orang itu tetap belum dapat membalas kebaikan yang mendalam dari orang tuanya".

"Bila seorang anak demi orangtuanya, menghancur kan tulang-tulangnya sendiri sampai ke sumsum dan melakukannya hingga beratus ribu kalpa, anak tersebut tetap belum dapat membalas kebaikan yang besar dari orang tuanya". "Jika seorang anak demi orangtuanya, menahan ratusan ribu pisau dan panah pada tubuhnya, dan hal ini dilakukannya hingga beratus ribu kalpa, anak tersebut tetap belum dapat membalas budi baik yang besar dari orang tuanya"."Bila ada seorang anak yang demi orang tuanya, dalam keadaan terbakar mempersembahkan tubuhnya kepada Buddha, dan melakukannya selama ratusan ribu kalpa, anak tersebut masih tetap belum dapat membalas jasa kebajikan dari orang tuanya".

Ketika itu, setelah mendengar penjelasan Buddha tentang kebajikan orang tua, setiap orang dalam kumpulan besar itu menangis dan merasakan kepedihan dalam hatinya. Mereka merenungkannya dan segera merasa malu dan berkata kepada Sang Bhagava, "Oh, Sang Bhagava, bagaimana kami dapat membalas kebaikan yang dalam dari orang tua kami?" Hyang Buddha menjawab, "Wahai siswa siswaku, jika kalian ingin membalas jasa kebajikan budi baik dari kedua orang tua..."

"Demi mereka tulis dan perbanyaklah Sutra ini, sebarluaskan demi kebajikan semua mahluk serta kumandangkanlah Sutra ini. Segeralah bertobat atas pelanggaran-pelanggaran dan kesalahan-kesalahan. Atas nama orang tua kalian, berikanlah persembahan kepada Buddha, Dharma, Sangha." Demi orang tua, patuhlah kepada perintah dan hanya memakan makanan suci dan bersih. Tumbuh kembangkan kebajikan dari praktek berdana. Inilah kekuatan yang diperoleh, semua Buddha akan selalu melindungi orang yang demikian itu dan dapat dengan segera menyebabkan orang-orang tua mereka lahir kembali di surga, untuk menikmati segala kebahagiaan dan meninggalkan penderitaan-penderitaan neraka.

Pada saat, Ananda dan lain-lainya dalam kumpulan besar "Asura, Garuda, Kinnara, Manusia, Bukan Manusia, dan lain-lainnya, demikian juga Dewa, Naga, Yaksha, Gandarwa, raja-raja bijaksana yang memutar roda, dan semua raja-raja yang lebih kecil, merasakan semua bulu pada badan mereka berdiri setelah mendengarkan apa yang disabda Hyang Buddha. Masing-masing dari mereka bertekad dan berkata, "Kami semua mulai sekarang sampai perwujudan akhir dari masa mendatang, akan lebih suka badan kami dilumatkan menjadi abu untuk beratus ribu kalpa daripada melanggar ajaran bijaksana dari Tathagata."Kami lebih suka lidah kami dicabut, sehingga akan memanjang sepanjang satu Yojana penuh, dan untuk selama seratus ribu kalpa sebuah luku besi ditarik diatasnya, daripada melanggar ajaran-ajaran bijaksana dari Tathagata."

"Kami lebih suka roda dengan seratus ribu pisau menggelinding dengan bebas diatas badan kami, Kami lebih suka badan kami diikat dengan jaring besi selama seratus ribu kalpa, daripada melanggar ajaran-ajaran bijaksana dari Tathagata." "Kami lebih suka badan kami dicincang, dipotong, dirusak dan dipahat menjadi sepuluh juta potong sehingga kulit, daging, persendian dan tulang-tulang kami betul-betul hancur, dari pada melanggar ajaran-ajaran bijaksana dari Tathagata."

Ketika itu, Ananda dengan agung dan perasaan damai, bangkit dari tempat duduknya dan bertanya kepada Hyang Buddha, "Bhagava, apakah nama Sutra ini bila kami ingin menjalankan dan menjaganya?" Buddha bersabda kepada Ananda, "Sutra ini disebut SUTRA KEBAIKAN DAN KASIH YANG MENDALAM DARI ORANG TUA DAN KESULITAN UNTUK MEMBALASNYA. Pakailah nama ini bila engkau INGIN mengikuti dan menjaganya". Pada saat itu, kumpulan besar, Dewa, Asura, Manusia, dan lain-lainnya, mendengar apa yang telah diuraikan oleh Hyang Buddha, mereka sangat gembira. Mereka mempercayainya, menerimanya, dan menyesuaikannya dengan tingkah laku mereka dan kemudian menunduk hormat dan berlalu.

Ada dua Buddha di setiap keluarga.
Tetapi sungguh sayang, tidak banyak yang mengerti hal ini.
Mereka tidak perlu dipuja dengan emas dan sebagainya, atau diukir dengan cendana.
Perhatikanlah ayah dan ibu, mereka adalah Sakyamuni dan Maitreya.
Jika sanggup memberikan persembahan kepada mereka,
Kebajikan yang lain tidaklah berarti.
 
Sumber darimana itu kk?
Soalnya baru baru ini aku liat ini article
 
kyk nya ada buku nya tuh..
w da pernah baca cerita nya di buku budda..tapi da lupa buku apa..:D
 
Bro, Di atas adalah Sutra tentang budi kebajikan orang tua dan kesulitan untuk membalasnya.

Versi bahasa Inggris (yang paling sering dipakai) adalah versi terjemahan Upasika Terri Nicholson
"The Sutra about the Deep Kindness of Parents and the Difficulty of Repaying It"

Thanks KK Lauzart..
 
sekedar ingat mengingat orang tua kita

"Bila seorang anak demi ayah dan ibunya mengambil sebuah pisau tajam dan mengeluarkan jantung dan hatinya sehingga darah mengucur dan menutupi tanah dan ini ia lakukan dalam beratus ribu kalpa, tiada sekalipun mengeluh tentang kesakitannya, anak tersebut tetap belum dapat membalas kebaikan yang besar dari orang tuanya". "Bila seorang anak yang demi orang tua-nya menelan butiran-butiran besi yang mencair dan berbuat demikian hingga beratus ribu kalpa, orang itu tetap belum dapat membalas kebaikan yang mendalam dari orang tuanya".

"Bila seorang anak demi orangtuanya, menghancur kan tulang-tulangnya sendiri sampai ke sumsum dan melakukannya hingga beratus ribu kalpa, anak tersebut tetap belum dapat membalas kebaikan yang besar dari orang tuanya". "Jika seorang anak demi orangtuanya, menahan ratusan ribu pisau dan panah pada tubuhnya, dan hal ini dilakukannya hingga beratus ribu kalpa, anak tersebut tetap belum dapat membalas budi baik yang besar dari orang tuanya"."Bila ada seorang anak yang demi orang tuanya, dalam keadaan terbakar mempersembahkan tubuhnya kepada Buddha, dan melakukannya selama ratusan ribu kalpa, anak tersebut masih tetap belum dapat membalas jasa kebajikan dari orang tuanya".

Ketika itu, setelah mendengar penjelasan Buddha tentang kebajikan orang tua, setiap orang dalam kumpulan besar itu menangis dan merasakan kepedihan dalam hatinya. Mereka merenungkannya dan segera merasa malu dan berkata kepada Sang Bhagava, "Oh, Sang Bhagava, bagaimana kami dapat membalas kebaikan yang dalam dari orang tua kami?" Hyang Buddha menjawab, "Wahai siswa siswaku, jika kalian ingin membalas jasa kebajikan budi baik dari kedua orang tua..."
semoga orang tua saya mau mendengarkan dhamma T_T ( kedua-dua nya sulit dinasehati)
semoga mereka mencapai nibbana.
 
@marcedes

bro klo ortu kita uda tiada gmna??? gmna blas jasa budinya.gw ju2r tkut bget ama yg nmanya setan/ hantu ato apa la.pdahal orng yg syang sama kta npa mesti tkut. y kan?tpi mo gmna lagi, batas keberanian gw cma smpai dstu.tpi mo berbakti juga.kta ga tau keadaannya krang. kta ga prnah mimpiin dy,klo ktemu lwat mimpi ci ga tkut. rsanya msih hidup gitu. bisanya kn org yg uda tiada klo mo sesuatu,dy pasti nitip lwat mimpi.mgkin krna ak mao tdur sring pikir yg jorok2 yah, slnya relatif msih puber bro. . .u juga gtu mgkin.maybe . . . semoga bisa dimengerti:D
 
@marcedes

bro klo ortu kita uda tiada gmna??? gmna blas jasa budinya.gw ju2r tkut bget ama yg nmanya setan/ hantu ato apa la.pdahal orng yg syang sama kta npa mesti tkut. y kan?tpi mo gmna lagi, batas keberanian gw cma smpai dstu.tpi mo berbakti juga.kta ga tau keadaannya krang. kta ga prnah mimpiin dy,klo ktemu lwat mimpi ci ga tkut. rsanya msih hidup gitu. bisanya kn org yg uda tiada klo mo sesuatu,dy pasti nitip lwat mimpi.mgkin krna ak mao tdur sring pikir yg jorok2 yah, slnya relatif msih puber bro. . .u juga gtu mgkin.maybe . . . semoga bisa dimengerti:D

yah,,,kalau semasa orang tua masih hidup..berbaktilah...
nasi sudah jadi bubur ga bisa kembali jadi nasi ^^

kalau sudah meninggal yah mau gimana lagi(telat baru sadar menyesal pun tiada guna).....terima keadaan ini dan jadikan pelajaran......
bantulah orang-orang dekat dengan kita(teman,sepupu,etc) agar tidak seperti kita yang menyesal di belakang.

dan jangan lupa sering-sering pattidana(pelimpahan jasa),seandainya terlahir jadi dewa ataupun manusia...yah kita harus ber-mudita

kelak jika anda punya ANAK....berilah mereka pelajaran berharga ini.

jika orang tua kita sudah meninggal,maka tiada yang perlu disesali, tatap kedepan dan lihat lah masa depan....dan berpikir apa yang harus dilakukan saat ini.
memberi arahan kepada generasi muda agar berbakti....nicaya orang tua anda senang jika mendengar harum - nya nama anda di seluruh alam semesta.

salam metta
 
@ Dingting
Adik.... karena penyesalan pasti terlambat datangnya. Sejak hari ini, kamu berbhakti yah... pada mereka.

Gini... sedikit lagi nih dari gw:
Gw anak bungsu dari 12 bersaudara. Dulu pernah iri sama kakak gw, yang no 11. Nah... kita berdua sama-sama kuliah di USU. Hanya gw di Akuntansi, dia di Pariwisata. Kita berdua lulus UMPTN. Cuman kakak gw orangnya baik, kalo gw selengean. NAmun begitu, dari tingkat berhasil studi, gw lebih unggul dong. Intinya gw merasa ortu pilih kasih.

Puncaknya, waktu kakak gw wisuda, 2 mobil dari tempat gw menghadirinya. Termasuk gw. Nah.... giliran 2 tahun kemudian gw yang diwisuda. Gw masuk ke mahasiswa berprestasi segala. Tak satu orangpun yang muncul. Kedua orang tua dan 11 saudara kandung tak satupun menghadirinya. Padahal waktu itu, wisuda bulan 11, bulan 8 saya sudah kerja. Biaya meja hijau, toga, dan by wisuda lainnya sudah gak minta duit ke orang-orang lagi. 100% sudah mandiri.

Sehabis wisuda. Sedih banget lihat teman-teman lain photo-photo bareng ortu dan family. Gw gak ada.... Langsung gw pulang ke kosan. Sampe di kosan gw nangis sendiri.

Habis itu, saya merantau ke Pekan Baru dulu, baru kemudian ke Aceh. Tidak pernah pulang ke kota gw. Mungkin gw sudah dianggap anak yang hilang. Secara psikologis, saya mencari-cari orangtua. Itulah mengapa di tiap kota yang saya datangi, pasti punya orangtua angkat. Dasarnya saya gampang disayang orang (bukan GR loh). Di Pekan Baru (Daerah Tampan) saya ada ortu angkat. DI Aceh (lhokseumawe - Ujung Blang) juga ada ortu angkat. Di Kisaran (daerah Marah Rusli) juga ada ortu angkat.

Gw gak rindu, gak kangen, gak mau ngingat-ngingat ortu.

Sampe kemudian saya terpaksa pulang kampung. Pas itu Bokap meninggal. Gw dingin sekali. Sampai waktu dipeluk ibu, saya tetap dingin. Semua saudar sudah nangis-nangis... saya masih sekeras batu.

Saya datangi mayat bapak. Terbujur kaku di lantai. (belum dimasuki peti).

Saya buka kain penutup wajahnya. Beliau tersenyum.

Tdk saya rencanakan. Air mata saya meluncur seperti air terjun. Dada gw seperti ada yang pukul pake martil maha gede. Saya terhenyak, sakit sekali. Saya nangis... gak bersuara, hanya air mata menetes deras saudara-saudara memeluk saya, mukul pundak saya pelan.... saya menyesal sekali. sangat menyesal. Gak sedikitpun perbuatan mereka bisa membuat saya layak untuk dendam. Saya ada karena dia ada.

Sampai, pesan terakhir bapak, saya dengar dari abang saya. Pesannya.... saudara-saudara yang lain berhutang pada saya.... hutang wisuda.... kemudian saya harus keluar dari kerjaan sebagai auditor (saat itu)... karena dia bilang, audit.... kaya Aidit (gembong PKI)....

Sejak saat itu. Saya dekat dengan ibu. Dekat dengan keluarga kembali.

Anak yang hilang ditemukan kembali.

Semoga gak kejadian dengan teman-teman semua.
 
@roughtorer

nice post bro. terharu juga gw bacanya. kisah hidop loe laen lgi dri gw.

@all
ne ksah hdup gw!!!
gw pnya seorng Pa2 yg dlu sring mabuk-mabukan. Yg brtugas nyari duit malah Ma2 saya,jdi ibu rumah tangga juga Ma2 saya. byangin apa ga cpek ma2 gw bro.Kdang Pa2 klo lagi harinya ci juga kerja nyari duit, tukangin orang bt rmah,mebel gtu. tpi jrang juga. ga sesering Ma2 de pkknya. byak dapat duitnya dari ma2 gtu. Ma2 juga lbih pandai nyari duit, n hdup MA2 hemat bget. klo msih ada ma2 gw kyak gtu, mgkin gw msih kul smpai skrang bro:(Pa2 cma bsa mnta duit sama Ma2. trus keluyuran n bgun siang2 bsoknya.

Tiap mlam ma2 juga ga bisa tdur nyeynyak, n tngah mlam hrus siap2 bkaiin pntu bt pa2. pagi2 hrus bgun kerja lagi. Lgian Pa2 klo ud mabok plang mlam, ga lgsung tdur juga. msih sbuk sendiri. kdang karaoke ribut2, ma2 juga yg ngurusin. prnah juga smpai mukulin ma2. bhkan prnah abang gw yg no2 ga terima, mo lindungin ma2 tpi pa2 mo dipukulin. ini ci ak cma dgar crita orng aja. slnya ak uda tgal ama ne2k juga.yah dmrah lah ama ne2k gw ga bleh mukul ortu, wlau slah apa pun.

oh yah,gw ada 3 saudara kandung cow smua. abang gw yg pling tau usaha byak bt rugi, ne juga yg bkin ma2 sedih. dolo juga kami kan ada perahu air bt gudang. tpi ga dijaga ama 2 abng gw neh. jadi tenggelam, air yg masuk ga disedot. pkknya anak2 ma2 nyusahin aj deh.pnderitaan m2 jdi mkin byak neh:( kcuali gw, kn msih SMP n sekolah. . .:-O

kmi bertiga saudara kandung ga ad 1 pun yg mao tgal ikut ma2 pa2, smuanya milih tgal ikut ne2k (dari ma2). krna ga than dgan prilaku pa2. pa2 orangnya klo ga mbuk prilakunya bgus pkknya, pa2 gw bget. tpi klo uda mabok ini, cma ma2 aj yg mampu berthan. akhirnya ma2 jatuh skit. tpi ditutupi ga mao blang. krna ma2 ga mao hbis byak duit bt berobat. tpi smua kluarga liat fisik ma2 kok smakin hari smakin lemah.kmi anak2nya mlah ga tau low.

Dari paman bi2(dri ma2), akhirnya timbul inisiatif mo anter ma2 gw brobat keluar kota aja. nanti biayanya bibi ama paman gw sama2 kluar. itu juga klo ga slah atas prmntaan ne2k dri ma2. trus yg dsuruh nganter ma2 berobat abng gw yg pling tua ama bi2(ka2k kandung ma2).

ma2 sbelum mao prgi berobat, pesan ke gw .. .
nak, doain ma2 yah biar cepet sembuh. gw mlah tanggapinnya agak rese low. ga ad firasat apa2 ci. . .gw blang MA2 dolo diajk ke vihara ama ma2nya megi(teman gw dri sd smpai SMP tpi 1 kepercayan ama gw) kok ga mao..skrang mnta didoain.coba ma2 ikut ak dolo. gw ga tau klo itu tuh prmntaan ma2 yg terakhir, nysel bget rsanya uda jwab ma2 gtu.:(

ga lama kami smua dapt kabr, sesampainya drmah skit kondisi ma2 makin menghawatirkan. uda pakai tabung oksigen sgala. ma2 divonis gagal ginjal. krna ma2 slama skit byak konsumsi obat2an, jdi ngefek keginjal. akhirnya pa2 dsruh jga jguk ma2 krmah skit keluar kota. pa2 gw msih nolak lagi tuh. ktanya ga tau jlan ato apa la dikota besar. alsannya aj mlas kali yah. tpi krna dipaksa2 ama kluarga, akhirnya mao ga mao pa2 juga pergi jenguk ma2. krna kehadiran pa2 sngat penting, untuk perawatan ma2 yg lbih intensif hrus dapat persetujuan dri kepala keluarga di RS t4 ma2 dirawat.

Dger2 dri abng pling tua ama bi2 saya, pa2 smpi drmah skit, ma2 uda ga mo liat muka pa2 lagi. n ngerasa uda mo ninggalin smuanya. sbelum ma2 mo pergi ma2 mlah ingat anaknya pling bungsu yaitu gw, dgar dari bi2. mnta bi2 bt jgaiin gw. kok ma2 bsa mikir gtu yah. mgkin bner kta orang klo orng mao pergi, orang yg mao pergi tu uda ngerasa dluan.

Akhirnya pun kami ditgalin ma2 untuk slama2nya. ga lama meninggal kebiasaan pa2 yg jlek msih berlanjut. ga lama pa2 juga ikutan jtuh skit. mgkin krna ga ad ma2 lagi yg ngurusin. pa2 gw kna stroke. n akhirnya ad sebagian anggota bdannya ca2t. tangannya ca2t. tpi bsa jlan2 skitar2 rmah aja ga bsa jauh2. sekrang smua abang2 kandung termasuk ama bini2nya. sibuk perhatiin pa2. kyaknya ga pantas aja. ma2 kasian bget skt ga ad yg perhatiin. tpi klo dibandingin jasa ma2 lbih bnyak. klo u jdi gw tindakn low pda trhadap pa2 low gmna bro???
 
@ Dingting
Ingat,.... lu harus ingat mama lu bahagia... itu saja. Mama lu iklas kok merawat papa lu. Gimana kisah cinta mereka dulu waktu mau jadian, rahasia mereka kan... kalau kemudian dalam menlajani bahtera keluarga ada masalah.... mungkin itu karma masing-masing. Tapi, lu jangan ingat mama lu yang jelek-jelek. Ingat yang baik-baiknya saja. Yakin bahwa dengan apa yang sudah dilakukan mama lu semasa hidup (antara lain bhakti kepada suami - walau suami 'maaf' brengsek) lu harus yakin mama lu sekarang bahagia.

Bagi kita umat Buddha... mau ke vihara atau gak juga gak masalah besar, sejauh perbuatan kita benar. Setiap perbuatan baik menghasilkan karma baik. Tidak ada pengecualian kepada mama lu. Beliau sudah bahagia. Yakin saja. Saya saja yang baca bahagia.

Mama lu bertahan bela keluarga. Mungkin orang lain sudah cerai, tapi mama lu komit dengan perkawinan. Dia memilih untuk berkorban demi untuk keluarga tercinta, suami tercinta, anak-anak tercinta. Jadi, mama lu sekarang pasti bahagia.

Mengenai papa lu.... setiap orang memang harus memikul karmanya sendiri. Saya tidak berani panjang lebar, karena saya hanya tahu secara sepihak dari tulisan lu.

Nah, lunya sendiri. Sebagai anak, walau bagaimanapun, papa tetap papa. Tanpa papa kamu gak bakal ada. Buddha yang masih hidup di rumah lu punya. Berbakti makin banyak saja, yakin dengan niat tulus... gak peduli gimana tanggapan papa lu ke lu. Lu nya harus iklas berbakti sebagai anak.

Papa lu sekarang menderita - kalau menurut gw.

Penderitaannya double-double. Pertama, menderita karena istri tercinta sudah mendahului. Kedua menderita karena siksaan fisik (stroke). Ketiga, menderita karena anak-anaknya tidak begitu menaruh hormat pada dia - karena kelakuan dia yang lalu.

Lu harus sabar pada orang tua. Jangan ada dendam. Bisa jadi durhaka. Biar papa lu mau gimana juga. Darah lu sama darah dia sama. Dan darah lebih kental dari air. Jangan anggap remeh pada hal ini.

Kita berbakti dengan tulus. Tidak pakai pamrih. Tidak ada mengharapkan imbalan. Berbaktilah selagi bisa. Papa sudah sakit-sakitan. Lupakan masalah agama dulu. hubungan anak dan orang tua lebih diprioritaskan. Gak ada jaminan orang rajin ke Vihara akhlaknya lebih paten dari pada yang jarang. Vihara hanya tempat. Agama itu ada di hati.

Saran gw, adik dingting.... rajin-rajin berbhakti ke orang tua. Apalagi tinggal papa yang ada. Ini ladang paling subur untuk lu menanam karma baik. Semoga lu akan berbahagia juga kelak bila sudah dewasa. Ingat hukum karma. Kalau lu perlakukan papa lu dengan tidak baik, hukum karma bisa kena ke lu juga kelak. Lu kan bakal kawin, membentuk keluara dan punya anak-anak.... Jadi, bijaksana lah...

Pertimbangan lain:

- Lu berbhakti pada papa lu yang sakit-sakitan - karma baik bertambah
- Lu jutek ke papa lu yang dulu jahat pada mama lu - karma buruk yang nambah. hanya kepuasan bathin mungkin. Mungkin di pikiran lu (maaf) ada kalimat 'sudah sepantasnya...' tapi, secara tidak sadar, lu justru nyebur menjadi bagian dari karma buruk yang sekarang dijalani papa lu. Iya gak?

Untuk praktek langsungnya, anggap saja melatih kesabaran.... win win solution kan....
 
@roughtorer

iya kk roughtorer.ha. . .tq bro atas nasehatnya. sbnarnya gw ga jutek kok ama2 pa2 gw. cma klo dibandingin hdup pa2 lbih nyaman. dy uda ad ank ama menantu yg ngurusin dy.bntar lgi jga mgkin pnya cu2. ksian ma2 yg blom sempat ngerasain ap2, rasa bakti anak2 ama menantunya:(.mo gw GRP. msih spread neh bro . . .:D
 
@roughtorer

iya kk roughtorer.ha. . .tq bro atas nasehatnya. sbnarnya gw ga jutek kok ama2 pa2 gw. cma klo dibandingin hdup pa2 lbih nyaman. dy uda ad ank ama menantu yg ngurusin dy.bntar lgi jga mgkin pnya cu2. ksian ma2 yg blom sempat ngerasain ap2, rasa bakti anak2 ama menantunya:(.mo gw GRP. msih spread neh bro . . .:D

Jangan mikir mama lu kaya gitu. Pikir, mama sudah bahagia. Titik... jangan ada penyesalan. Juga jangan membanding-bandingkan dengan papa... papa lebih menderita lah.... sakit-sakitan. Yah, kan....:)

Hehehe... gak usah sekarang ngasih GRP. Gak ngaruh, soalnya kamu kan jumlah post belum 250... jadi masih abu-abu hihihi...:D

Rajin-rajin ngepost saja dulu. Misal, satu hari 10 post.... dimana saja, begitu banyak room... :D
 
@dingting, mungkin pemikiran anda karena anda melihat kebahagiaan papa/mama anda saat di dunia ini. seperti yang anda bilang, sebentar lagi papa anda akan memiliki cucu, itu adalah kebahagiaan buat orang tua kita. tapi coba pikirkan lagi, lebih bahagia mana, seseorang yang mendapatkan cucu atau seseorang yang terlahir di alam surga? apakah anda percaya bahwa mama anda orang baik? kalo iya, mungkin mama anda sekarang terlahir dialam surga dan jauh lebih bahagia dari yang anda kira.

Tapi karena kita tidak tahu kemana seseorang akan terlahir setelah meninggal, alangkah lebih baik bila anda melakukan pelimpahan jasa kepada mama anda. bila mama anda tersebut terlahir dialam surga, mungkin hal ini tidak memiliki arti yang besar karena bagaikan menyalakan lilin di tengah terik matahari (tidak ada gunanya kan) tapi bila seseorang itu terlahir dialam yang lebih rendah. jadi tidak ada salahnya anda melakukan pelimpahan jasa.

Untuk itu bila anda ingin berbakti kepada orang tua yang sudah meninggal (dalam hal ini mama anda) mungkin anda bisa melakukan pelimpahan jasa atau berdana atas nama mama anda. selain itu cobalah untuk membahagiakan papa anda dan berbakti kepadanya, jangan sampai kita menyesal dikemudian hari.
 
@Caro
Saya setuju dengan anda mengenai seperti menyalakan lilin di tengah terik matahari. Namun harus dicatat, bhakti anak kepada orang tuanya (dalam hal ini mama). Walaupun seperti lilin di terik mentari. Bhakti ini tidak akan sia-sia. Paling tidak buat DingThingnya sendiri. Apalagi kalau bisa berbhakti pada yang masih hidup... ini suatu kebahagiaan tak terkira.
 
@all

mo tnya neh. bsa jadi ga gw msuk surga. gw orngnya baek la, ga prnah membnuh,memperkosa,mencuri,. tpi tetep prnah berbt dosa juga dong pstinya.y kn? ga ad yg ga prnah berbuat dosa. tpi semsa hdup gw ga pnya agama/kepercayaan. tar gw meninggal mo masuk surga agama apa? maaf yah klo prtnyaan gw ne aneh bget. . .slnya semasa hdup cma bsa ngejlanin aja.sapa jga yg mao jemput kita klo uda meninggal nanti:-O:D
 
@all

mo tnya neh. bsa jadi ga gw msuk surga. gw orngnya baek la, ga prnah membnuh,memperkosa,mencuri,. tpi tetep prnah berbt dosa juga dong pstinya.y kn? ga ad yg ga prnah berbuat dosa. tpi semsa hdup gw ga pnya agama/kepercayaan. tar gw meninggal mo masuk surga agama apa? maaf yah klo prtnyaan gw ne aneh bget. . .slnya semasa hdup cma bsa ngejlanin aja.sapa jga yg mao jemput kita klo uda meninggal nanti:-O:D

dosa dalam buddhis tidak sama dengan dosa dalam konsep pikiran anda..
dosa = perbuatan buruk / kamma buruk ( saya bisa ngerti ^^).

ada cerita unik pernah saya dengar di vihara.
dimana seorang anak meminta sang buddha untuk membacakan doa kepada ayah nya yang telah meninggal agar terlahir di alam surga.

lalu sang budha menyuruh nya mengikat sepotong mentega bersama batu lalu lemparkan ke kolam....di kolam nanti tali pengikat nya di potong..

nah tentu nya mentega akan terapung di atas air dan batunya tenggelam..

sang buddha menyuruh anak itu berdoa agar batu tersebut naik ke atas permukaan dan mentega turun ke dasar kolam...
anak itu pun mengerti..

dan sang buddha berkata....jika semasa hidup nya rajin berbuat kebajikan maka tidak perlu ada doa atau upacara,maka automatis akan terlahir di alam surga...

demikian pula sebalik nya...jika semasa hidup nya rajin berbuat kamma buruk maka tidak perlu ada doa, atau upacara maka akan automatis terlahir di alam yg menderita.

===============
tidak lah di butuhkan anda agama apa,suku apa,ras apa,dan lainnya.
hanya perbuatan,ucapan,pikiran anda yang akan menentukan,,
anda akan lahir dialam mana selanjutnya....atau bahkan bisa nibbana. ^^

salam metta.
 
@ ding ting
seperti yang sudah ditulis Mercedes...
Perbanyak berbuat kebajikan...... tidak ada kata selesai
Semakin banyak kebajikan, semakin banyak kesempatan masuk surga ntar....

Saya rasa di forum ini gak ada yang bisa memastikan jawaban untuk DIngting.... karena, yah disini masih belajar semua. Mungkin kalo disini sudah ada yang sudah mencapai tingkat kesucian, bisa melihat ke masa depan. Kalau saya sih.... masih jauh bro...

Hanya tahu berbuat kebajikan. Walau masih sering emosian.....
 
@all

salut dah gw. u pda bijak smua uda pemikirannya. 1 mgu brapa kali aj kvihara.uiii:D
 
gw udah 15 an tahun gak ke vihara. terakhir ke vihara juga bukan untuk kebaktian. tapi karna ada romo handoko datang. selebihnya ke vihara kalau ada com yang rusak yang mau diperbaiki saja... hihihihihi
 
Tanggung jawab seorang anak:

- Menjaga nama baik keluarga
- Tidak melakukan kejahatan
- Merawat Orang Tua
- Menambah kebajikan
- Tidak Mabuk-mabukan(Setan botol)==> penyakit anak muda sekarang
- Menghindari Narkoba ===> penyakit anak muda sekarang
- dstnya

========================

Seorang umat Buddha diajarkan Sang Buddha untuk selalu menghormati orangtuanya di kala masih hidup maupun setelah mereka meninggal dunia.


Dalam Sigalovada Sutta (Digha Nikaya III, 18 telah disebutkan tugas anak kepada orangtuanya yaitu:
a. Merawat orangtua yang telah merawat dan melahirkannya
b. Membantu menyelesaikan berbagai tugas yang harus dikerjakan oleh orangtua
c. Menjaga nama baik keluarga
d. Menjaga prilaku yang baik dan sesuai agar orangtua mempercayai anak untuk menerima warisan mereka
e. Melakukan pelimpahan jasa atas nama orang tua yang sudah meninggal dunia.


==========================
Dari masalah -masalah diatas ,kita bisa membuktikan bahwa Dhamma Sang Buddha(Empat Kebenaran Mulia) ternyata bukan omong kosong melainkan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan banyaknya masalah didunia ini,tidak mengakibatkan kita putus asa melainkan kita harus berusaha-usaha terus dan belajar dari pengalaman sehingga kita bertambah pula kebijaksanaan(panna).

====================
Bagaikan seorang ibu yang mempertaruhkan jiwanya
Melindungi anaknya yang tunggal,
Demikianlah terhadap semua makhluk
Dipancarkannya pikiran (kasih sayangnya) tanpa batas.

Kasih sayangnya ke segenap alam semesta
Dipancarkannya pikirannya itu tanpa batas
Ke atas, ke bawah dan kesekeliling
Tanpa rintangan, tanpa benci dan permusuhan.

Selagi berdiri, berjalan atau duduk
Atau berbaring, selagi tiada lelap
Ia tekun mengembangkan kesadaran ini
Yang dikatakan : Berdiam dalam Brahma
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.