• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Beda Kasta

Ini thread masih hidup kan ???

Saya baru tau arti dari nama saya "I Putu", I itu artinya dari kasta sudra..
buat saya ngga masalah (pendapat pribadi).
Menurut saya itu bagian dari kultur, toh sampai saat ini belum ada orang yang mengganggap saya lebih rendah karena kasta sudra.

Nyokap cerita, di keluarga besar yang cewenya menikah dengan cowo yang kastanya lebih rendah rumah tangganya ngga tenang, kayak usahanya ngga jalan ada kaya tapi suka ribut macem2 deh. Nah pas denger tuh cerita gw bingung ,emang masih ada yang lebih rendah dari sudra??? Terus dikasih tau deh kalau keluarga gw itu 'pande', terus ada juga pembagian berdasarkan jenis pekerjaan

mau tanya walaupun sama2 kasta sudra, jenis pekerjaan juga ada tingkatannya ya ???
 
"But Arjuna, there is one method of reviving Dharma, the task for which I have come. That is Chaathurvarnyam, the organisation of the four Varnas based on the Karma and the Guna of the people. The Varna system is essential for the functioning of the world. Its significance is not easy to grasp. Some mislead themselves into the belief that it causes unrest and divides men from one another. If the problem is reasoned out, then the real truth will become clear. To conclude that the Varna system is not beneficial shows only ignorance. Such a judgment creates confusion. I have established this organisation in order to promote the welfare of the world, i.e. Lokakshema. The Varnas help man to engage himself in acts that he finds congenial and to fulfil himself. Without it, man cannot earn happiness for a moment."

"For successful activity, Varna is the very breath. Those endowed with the Sathwa guna, who have understood the Brahmathathwam, who foster spiritual, moral and progressive living, who help others to earn the bliss of visualising the reality of their nature, are the Brahmins. Those who stand by and guard the sound political system, law and justice, as well as the welfare and prosperity of the country, and the moral order laid down for the people; and who keep under control the wicked and the immoral and come to the rescue of the weak and the distressed - these are the Kshatriyas."

"Those who store and supply within proper limits to the people at large the wherewithal for happy physical living are Vaisyas. Those who lay the foundation for human welfare by service activities and provide the strength and sinews are Sudras. I have laid down these four Varnas in this manner. If these Varnas carry out their assigned duties, humanity will attain all-round progress. As a result of this system, a division of service is brought about; the individual leads a happy harmonious social life, without any grief or fear. This Varna system is an example of the grace that the Lord has bestowed on Bharath."

"The people of Bharath are indeed blessed, since they look upon every act as but the execution of His order and as leading to His grace. This point has to be reflected upon. It is an important issue. The divine command is now in great danger of being set at nought. If the rules change the face of this Varna system, the world will not have the welfare they strive for. Many people argue and teach that Bharath came to this sorry condition only because of this Varna system. But these folk have to sit quiet for some little time and ponder over the question: 'Has the country survived as a result of this system? Or has it come to this sorry condition because the system has weakened?' Then on the basis of their conclusion, they can advise the discarding of the Varnas. When people find fault with the Varna organisation, without such impartial investigation their opinion cannot be valued."

"Of course, it is a fact that the system has veered from the proper path and taken to moving in wrong directions; this has been noted by many great men. But that cannot be sufficient reason to throw it overboard. For the reason that the leg is doing the work of the hand, and that the head is performing the function of the feet, it is not advisable to cut off hands and feet. Attempts have to be made to set things right, rather than destroying the very system itself."

"The Varna system is not the cause of all this confusion and unrest. The fault lies more in the haphazard manner in which it has developed. It became a plaything in the hands of all types of people; so it lost its original symmetry and harmony. The system is essential, not merely for Bharath, but even for the world. In countries outside India this system is not absent. The name may be different; the working is the same. There also are four classes - the Sikshaka Varga, the Rakshaka Varga, the Vanig Varga and the Sramika Varga. But in Bharath, the Varnas are decided by birth; in other parts of the world, they are decided by Karma, the work each is engaged in. That is the distinction."

"Now among the Brahmins who have been honoured by being established in the very first cadre, many can be found who have left off the path and strayed into mean ways. So too, in the fourth Varna, the Sudras, many can be found who are moved by holy ideals, high spiritual aspirations, and who are striving to attain purity of mind as a means of realisation. Just because these things are possible, it is not proper to conclude that the Varna organisation of human society is useless."


Krishna addressed Arjuna: "The four Varnas have been created by Me on the basis of Guna and Karma. Though I am the doer so far as they are concerned, I am still a non-doer! Pay attention to the fundamental principle and then you will realise that Karma which is basically Jada, or consciousnessless and material, cannot affect the Atma, which is Chaithanya or suffused with consciousness. The Atma is inherently devoid of attachment. It has no awareness of agency or of its own needs or nature of its possessions. It has no 'I' or 'mine' for these are the marks of Ajnana. Only those afflicted with Ajnana will suffer from the ego or sense of 'mine'. Though it may appear to ordinary eyes that I am the doer, I am a non-doer!"


Consider this example: A mother has four children; but she does not pay the other three as much attention and care as she gives to the child in the cradle. Even if the child does not call out for it, she is ever vigilant to give it food. The other three have to come and worry her for food and things to play with. Observing this, you cannot pronounce her a bad mother or a partial mother. The mother adjusts her activities to the capacity and ability of the child. So too, though the entire world is His, though all are His children, He has fixed upon each a part of the responsibility of the work of society, according to the capacity and ability. To ascribe faults to such selfless, sincere, simple, ever-blissful providence is like attributing darkness to the sun! Darkness and the rays of the sun cannot exist together; how then can the sun be the home of darkness? People who carp so at the sun do not know the sun at all. It is sheer folly, complete ignorance.
 
info bagus neh...ane pikir sebelumnya pembagian kasta itu memang murni dari kitab sucinya..gak tahunya ada motif politknya dari pembuatnya (portugis)
 
Ini thread masih hidup kan ???

Saya baru tau arti dari nama saya "I Putu", I itu artinya dari kasta sudra..
buat saya ngga masalah (pendapat pribadi).
Menurut saya itu bagian dari kultur, toh sampai saat ini belum ada orang yang mengganggap saya lebih rendah karena kasta sudra.

Nyokap cerita, di keluarga besar yang cewenya menikah dengan cowo yang kastanya lebih rendah rumah tangganya ngga tenang, kayak usahanya ngga jalan ada kaya tapi suka ribut macem2 deh. Nah pas denger tuh cerita gw bingung ,emang masih ada yang lebih rendah dari sudra??? Terus dikasih tau deh kalau keluarga gw itu 'pande', terus ada juga pembagian berdasarkan jenis pekerjaan

mau tanya walaupun sama2 kasta sudra, jenis pekerjaan juga ada tingkatannya ya ???

Fenomena di atas juga terkait erat dengan sistem Warna yang diterjemahkan secara keliru.

Termasuk konsep Catur Asrama - Brahmacari, Grehasta, Wanaprashta dan Sanyasa.

Klo diperhatikan teramat jarang secara lengkap dijalani.
Usia, yang tak dapat kita tentukan, merupakan alasan utama untuk hanya mengikuti 2 jenjang pertama saja. Jenjang selanjutnya - Wanaprashta dan Sanyasa - seakan-akan bukan menjadi kewajiban semua umat.

Maksudnya, sebahagian besar umat menganggap atau menyangka bahwa hanya 'keturunan' Brahmana saja yang wajib untuk melanjutkan ke jenjang Wanaprashta dan Sanyasa.

Anggapan dan prasangka ini muncul dari kekurang-pahaman terhadap ajaran yang dimaksud; jadi paradigmanya bak lingkaran setan, yang tiada ujung pangkalnya.
 
Ikut rembug nih baru dua disebutin antara warna dan kasta, tapi bagaimana dengan wangsa atau klan.

Yang aku tidak mengerti di Mahabharata di sebutkan Drona tidak mau menerima baik Ekalaywa maupun Karna sebagai muridnya karena bukan dari kalangan Ksatria, dan satu lagi kalo kita mengangap kita memakai dasar catur warna berarti kita bisa jadi semua warna dalam hidup kita.
misalnya pagi sampai sore aku kerja di kantor berarti sudra (pekerja) trus pulang punya toko dagang (weysa), Suatu saat negara kita diserang musuh butuh pemuda biar wamil jadi tentara (Ksatria), udah tua hidup jadi Pendeta (Brahmana), akan membingungkan sekali.

Selain itu di mahabharata dikatakan Bhisma sudah belajar Weda dari Wraspati guru para dewata, tetapi yang menjadi Pendeta kerajaan bukan Bhisma tapi Kripacharya yang memang Putra dari seorang Brahmana yaitu Shardwan.

Mohon pencerahannya
 
dan satu lagi kalo kita mengangap kita memakai dasar catur warna berarti kita bisa jadi semua warna dalam hidup kita.
misalnya pagi sampai sore aku kerja di kantor berarti sudra (pekerja) trus pulang punya toko dagang (weysa), Suatu saat negara kita diserang musuh butuh pemuda biar wamil jadi tentara (Ksatria), udah tua hidup jadi Pendeta (Brahmana), akan membingungkan sekali.

kalo sistem varna di india berdasarkan keturunan kalo di negara lain berdasarkan karma/kerja ,tetapi di negara lain selain di india sistem kasta tidak perlu di contoh karena memang sistem varna hanya di khususkan terdapat di india saja
 
kalo sistem varna di india berdasarkan keturunan kalo di negara lain berdasarkan karma/kerja ,tetapi di negara lain selain di india sistem kasta tidak perlu di contoh karena memang sistem varna hanya di khususkan terdapat di india saja

Jd kalo negara lain pake sistem apa, kalo pake sistem karma ato kerja pertanyaanku belom dijawab donk?
 
Jd kalo negara lain pake sistem apa, kalo pake sistem karma ato kerja pertanyaanku belom dijawab donk?

negara lain tidak memakai sistem apa2
untuk negara lain sistem kasta yang berdasarkan keturunn tidak berlaku
 
Jadi Varna juga gak dipake?

ehm tanpa kita sadari sebenarnya Varna itu otomatis muncul..
misalnya nich ye bahasa Bali memiliki tingkatan ato level, dlm bahasa Bali kita diajarkan utk menyesuaikan level bahasa itu dengan orang/kaum yg kita ajak bicara, misalnya kalo ngomong ama orang tua,pejabat,pendeta mesti make bahasa paling halus,..tul gak??Bayangkan kalo kita ngomong kayak gini ama seorang pedanda >>"Bro pedanda, gw mo nanya nich!!Bisa gak lo sebutin bagian2 dari Sad Ripu??Pliz..gw penasaran nich!"
Buseeet!apa gak berdebar-debar jantung lo kalo ngomong kayak gituan ama pedanda??
Nah kalo kita ngomong ama temen sepergaulan ya boleh lah kayak gitu..
jadi sebenarnya Varna itu sangat baik jika diterapkan sesuai aturan..
 
de ngaden awak bise..depang anake ngadanin....geginane buka nyampat....

Bos kayaknya lagu ini cocok lho...tapi kadang kadang sekarang orang orang baru bisa loncat saja sudah mengaku pernah terbang ke bulan....

Lebih baik kita jangan ngomongin kasta...karena kita tidak tau apa alasan leluhur kita membuat dan menerima hal itu dulu kala... DAN INTINYA... biarpun anada sekarang sudah Profesor tapi tetap anda lebih GOBLOK dari leluhur anda yang memberikan konsep Agama & kehidupan HINDU di Bali....

lebih baik kita pikirkan bagaimana cara nya agar umat seDHARMA tidak selalu di pinggirkan di negara RI ini...

Yen care Bali ngude miyegan megarangin tulang ngajak nyame....yen betawang kene uluk uluk sik tongosne mepatung....

Kepala kita beda tentu Otak, isi dan pemikiran kita beda...tidak semua orang bisa menerima pendapat Bos Bos yang pintar ini...


Tebarkan cinta di skeliling anda...

Tiang mule belog
 
setubuh bro ehh..setuju bro anak belog..

gw lanjutin lagunnya(balinese's folk song)
"de ngaden awak bise..depang anake ngadanin....geginane buka nyampat....
anak sai tumbuh luu.ilang luu ebuk katah.
yadin ririh ,liu enu pelajahan"

artinya:
"jangan berpikir diri kita pinter (ojo sok pinter)...biarkan org lain yg mnilai..ini spt kita nyapu...
banyak (sering)ada sampah.sampah ilang(abis dsapu) debu nya masih
biarpun pinter,masih banyak yg harus dipelajari.


nah gw setuju ma lagunya doank.
utk pembahasan kasta diatas,mnrt gw:
biarkan kita semau mengeksplorasi pengetahuan kita ttg warna/kasta.
biarkan kita keluarkan semua hal yg pernah kita pelajari/lihat/baca/ketahui ttg kasta/warna.
krn ini semua mrupakan salah satu proses belajar tsb (kalimat trkahir lagu diatas).

selain itu,gw jg setuju dgn :
... biarpun anada sekarang sudah Profesor tapi tetap anda lebih GOBLOK dari leluhur anda yang memberikan konsep Agama & kehidupan HINDU di Bali....
krn secara logika para leluhur kita ,tidak prnah akan memberikan sesuatu yg buruk kpd keturunannya.
ingat,saking baiknya para leluhur kita dan mereka tahu ajaran HIndu itu indah& cocok disini,mereka sampai bela2in nyawa mereka saat mereka dipaksa utk m'gganti agama mreka dgn agama yg mereka tahu g indah &ngajarin perang tok.
karena itu,jaga dan pelihara peninggalan para leluhur kita yg berupa agama Hindu tsb...

namun utk yg ini,hehehe...mnrt ku agak tdk setuju:
"Lebih baik kita jangan ngomongin kasta...karena kita tidak tau apa alasan leluhur kita membuat dan menerima hal itu dulu kala... DAN INTINYA"

karena kita membicarakan(bhs kerennya berdiskusi) ttg kasta dlm rangka meningkatkan pemahaman kita ttg kasta.
selain itu,kita jg memperkuat dan m'mberikan pencerahan pada para umat Hindu lainnya bahwa kasta dlm Hindu adlh pembagian kerja.kasta adlh pengelompokkan berdasarkan swadarma (kewajiban) org masing2.
tp pemberian&penyebaran yg salah ttg pemahaman ttg kasta, tidak akan pernah habisnya akan dipergunakan pihak2lain utk melakukan pembusukan thd ajaran Hindu.

so mulai lah dalam diri sendiri bahwa kita semua sama.yg membedakan adlh swadarma kita masing.stlh itu,berikan pemahaman kpd klrg inti kita dan selanjutnya kpd lingk skitar kita.

utk contoh,skrg dBali jg banyak orang yg kastanya (katanya rendah dr sudra),seiring kemampuan pola pikir dan perilaku nya bs menjadi pemimpin agama (sri empu/brahmana)
ato org brahmana (krn lahir dr klrg brahmana) mnjadi pedagang kain (wesya)..

polah pikir nya adlh ,pada saat tsb,orang itu swadarmanya apa?
klo yg dr kasta sudra trus jd sri empu===>akhirnya brahmana kan krn pekerjaannya saat itu.
klo yg dr brahmana(akibat lahir dr klrg brahmana)====>menjadi kasta wesya kan krn kerjaannya saat itu yg berdagang/pedagang.


semua indah saat kita berpikir positif
yg berpikir negatif,bedah aja otaknya
 
de ngaden awak bise..depang anake ngadanin....geginane buka nyampat....

Bos kayaknya lagu ini cocok lho...tapi kadang kadang sekarang orang orang baru bisa loncat saja sudah mengaku pernah terbang ke bulan....

Lebih baik kita jangan ngomongin kasta...karena kita tidak tau apa alasan leluhur kita membuat dan menerima hal itu dulu kala... DAN INTINYA... biarpun anada sekarang sudah Profesor tapi tetap anda lebih GOBLOK dari leluhur anda yang memberikan konsep Agama & kehidupan HINDU di Bali....

lebih baik kita pikirkan bagaimana cara nya agar umat seDHARMA tidak selalu di pinggirkan di negara RI ini...

Yen care Bali ngude miyegan megarangin tulang ngajak nyame....yen betawang kene uluk uluk sik tongosne mepatung....

Kepala kita beda tentu Otak, isi dan pemikiran kita beda...tidak semua orang bisa menerima pendapat Bos Bos yang pintar ini...


Tebarkan cinta di skeliling anda...

Tiang mule belog

:-bd
setuju deh.... ;)
 
maap ya,saya masih nubi...
dalam Sarasamuccaya,disebutkan bahwa seorang weisya yg berhati suci dan memiliki jiwa Ketuhanan yg tinggi lebih layak disebut seorang Brahmana daripada seorang putra pendeta yg brhati buruk...
Intinya dalam agama Hindu tidaka ada Catur Kasta,tetepi Catur Warna...
silahkan kembali ke diri kita masing2,warga Hindu atau warga Bali...

/gawi/gawi/gawi/gawi/gawi
 
Ikut rembug nih baru dua disebutin antara warna dan kasta, tapi bagaimana dengan wangsa atau klan.

Yang aku tidak mengerti di Mahabharata di sebutkan Drona tidak mau menerima baik Ekalaywa maupun Karna sebagai muridnya karena bukan dari kalangan Ksatria, dan satu lagi kalo kita mengangap kita memakai dasar catur warna berarti kita bisa jadi semua warna dalam hidup kita.
misalnya pagi sampai sore aku kerja di kantor berarti sudra (pekerja) trus pulang punya toko dagang (weysa), Suatu saat negara kita diserang musuh butuh pemuda biar wamil jadi tentara (Ksatria), udah tua hidup jadi Pendeta (Brahmana), akan membingungkan sekali.

Selain itu di mahabharata dikatakan Bhisma sudah belajar Weda dari Wraspati guru para dewata, tetapi yang menjadi Pendeta kerajaan bukan Bhisma tapi Kripacharya yang memang Putra dari seorang Brahmana yaitu Shardwan.

Mohon pencerahannya

bener sih gan...
tinggal kembali pada dharma kita masing2...
biar Hyang Widhi yang menentukan apa dan siapa kita...
punya hak apa kita sesama manusia menjudge n memutuskan status seseorang.....
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.