yan raditya
IndoForum Addict E
- No. Urut
- 163658
- Sejak
- 31 Jan 2012
- Pesan
- 24.461
- Nilai reaksi
- 72
- Poin
- 48
BANDUNG - Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Surono, mengatakan, Jawa Barat (Jabar) banyak memiliki zona merah rawan longsor. Kondisi geografis Jabar hampir setengahnya berbukit dan lembah yang disebut zona kerentanan tanah tinggi alias rawan longsor.
“Jabar ini selalu nomor satu di Indonesia dan dunia. Dan korbannya pun selalu nomor satu dalam hal longsor,” kata Surono, Selasa (26/3/2013).
Data PVMBG, awal tahun ini terjadi 18 longsor di Jabar. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dari daerah lain di Indonesia yang rata-rata di bawah 10 kejadian. Akibat kejadian tersebut, terdapat ahli tanah longsor yang menyebut bahwa Jabar memiliki daerah rawan longsor terbanyak di dunia.
Dia mencotohkan, kasus longsor sampah di TPA Leuwigajah, Cimahi, pada 2005.
“Kan belum ada orang tertimbun sampah, di Jabar ada,” tuturnya.
Mengenai daerah rawan longsor ini juga sudah dipetakan sejak 2004, melalui kerja sama PVMBG dengan Dinas Enegri Sumber Daya Mineral (ESDM). Bahkan pada 2010 peta tersebut sudah dilengkapi dengan data potensi longsor di pedesaan. Peta itu menjadi pegangan BPBD dalam melakukan sosialisasi dan pencegahan bencana.
“Seluruhnya sudah ada,” katanya.
Meski telah memiliki peta potensi longsor, namun kurang diperhatikan pemerintah.
“Cuma enggak begitu perhatian,” tambahnya.
Lanjut Surono, dari utara ke selatan Jabar separuhnya berpotensi longsor. Ciri-cinya selain perbukitan dan lembah, tanah subur, memiliki banyak mata air, dan nyaman ditinggali.
Ciri-ciri itu sebagaimana dimiliki daerah yang terkena longsor baru-baru ini, yakni Desa Mukapayung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Longsor ini setidaknya menimbun 17 orang.
Dia menyebutkan daerah longsor di Jabar di antaranya Sumedang, Subang, Garut, Ciamis, Tasikmalaya, Sukabumi, Bogor, Majalengka, Kuningan, Purwakarta, Bandung dan sekitarnya.
“Di sini kebanyakan dijamin tidak banjir, tapi longsor,” katanya.
PVMBG merekomendasikan agar tempat yang rawan longsor dan di bawah perbukitan tidak menjadi pemukiman warga. Selain itu, tempat tersebut juga tidak boleh menjadi alih fungsi lahan, misalnya bukit-bukit ditanami dengan tanaman semusim yang mengakibatkan tanah gembur dan longsor di saat hujan.
“Jabar ini selalu nomor satu di Indonesia dan dunia. Dan korbannya pun selalu nomor satu dalam hal longsor,” kata Surono, Selasa (26/3/2013).
Data PVMBG, awal tahun ini terjadi 18 longsor di Jabar. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dari daerah lain di Indonesia yang rata-rata di bawah 10 kejadian. Akibat kejadian tersebut, terdapat ahli tanah longsor yang menyebut bahwa Jabar memiliki daerah rawan longsor terbanyak di dunia.
Dia mencotohkan, kasus longsor sampah di TPA Leuwigajah, Cimahi, pada 2005.
“Kan belum ada orang tertimbun sampah, di Jabar ada,” tuturnya.
Mengenai daerah rawan longsor ini juga sudah dipetakan sejak 2004, melalui kerja sama PVMBG dengan Dinas Enegri Sumber Daya Mineral (ESDM). Bahkan pada 2010 peta tersebut sudah dilengkapi dengan data potensi longsor di pedesaan. Peta itu menjadi pegangan BPBD dalam melakukan sosialisasi dan pencegahan bencana.
“Seluruhnya sudah ada,” katanya.
Meski telah memiliki peta potensi longsor, namun kurang diperhatikan pemerintah.
“Cuma enggak begitu perhatian,” tambahnya.
Lanjut Surono, dari utara ke selatan Jabar separuhnya berpotensi longsor. Ciri-cinya selain perbukitan dan lembah, tanah subur, memiliki banyak mata air, dan nyaman ditinggali.
Ciri-ciri itu sebagaimana dimiliki daerah yang terkena longsor baru-baru ini, yakni Desa Mukapayung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Longsor ini setidaknya menimbun 17 orang.
Dia menyebutkan daerah longsor di Jabar di antaranya Sumedang, Subang, Garut, Ciamis, Tasikmalaya, Sukabumi, Bogor, Majalengka, Kuningan, Purwakarta, Bandung dan sekitarnya.
“Di sini kebanyakan dijamin tidak banjir, tapi longsor,” katanya.
PVMBG merekomendasikan agar tempat yang rawan longsor dan di bawah perbukitan tidak menjadi pemukiman warga. Selain itu, tempat tersebut juga tidak boleh menjadi alih fungsi lahan, misalnya bukit-bukit ditanami dengan tanaman semusim yang mengakibatkan tanah gembur dan longsor di saat hujan.