• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

apakah agama budha bisa disamakan dengan agama hindu??

Bro/sis, dalam kehidupan masyarakat Bali ada keunikan mengenai dua agama ini. Mereka yang menganut agama Buddha biasanya mempunyai pelinggih Padmasana yang erat kaitannya dengan atribut Hindu Bali. Para penganut agama Buddha yang sebagian besar merupakan warga keturunan Tionghoa biasanya menghaturkan canang di Padmasana miliknya. Juga warga keturunan Tionghoa yang memiliki toko biasa menghaturkan canang dalam kesehariannya dimana canang ini menjadi atribut orang Hindu.

Para pemeluk agama Buddha ini juga tidak memandang sebelah mata terhadap hari raya Galungan dan Kuningan, karena pada hari raya Hindu tersebut mereka juga menghaturkan canang sebagai tanda penghormatan. Disini saya melihat bagaimana para penganut agama Buddha sangat menghormati agama dan tradisi Hindu di Bali.

Saya juga tidak tahu persis apakah sikap mereka itu dipengaruhi oleh ajaran Kon Hu Cu atau ajaran Buddha. Yang pasti di beberapa Pura Kahyangan Jagat di Bali juga terdapat Gedong Kunci, sarana pemujaan penganut Kong Hu Cu yang sekarang kebanyakan para penganut agama Kong Hu Cu ini juga mengaku sebagai penganut Buddha.

Kesimpulan saya, mereka bukan saja menganut Buddha tetapi juga Hindu dan Kong Hu Cu sekaligus. Saya kira tidak masalah selama untuk mencapai jagadhita bisa dicapai dengan cara ini.
 
Sorry bos.... Lama ga ketemu gimana kabarnya ....:D

pa maksudnya asimilasi.. gitu ya bro...?

semoga semua dalam keadaan berbahagia...

Kira-kira lebih tetapnya Sinretisme.

Karena hal ini juga tampak pada simbol-simbol.
Hal ini kemungkina besar pengaruh dari bergabungnya Dinasti Hindu dan Dinasti Budha melalui perkawinan. Karena kalau diamati di Jawa juga terjadi pada masa Dinasti Sanjaya dan Syailendera yang berlanjut masa kerajaan Singasari sampai Majapahit. Hal ini dapat dilihat dari sinkretisme arsitekturalnya.

Di Bali juga demikian, Mpu Kuturan, Mpu Nirarta (Dang Hyang Nirarta kemudian menyebarkan Siwa, yang dalam praktek hidupnya masih kental dipengaruhi oleh filosofi Buddha), Mpu Astapaka dan lain-lainnya.

Bahkan keturunan Mpu Astapaka (merupakan keponakan Dang Hyang Nirarta) hingga kini masih jelas identitas Buddhisnya.

Seperti yang kita lihat saat ini, faham-faham Buddhis telah demikian luas dan menyatu secara harmonis dengan faham-faham lainnya seperti Siwa, Bojangga, Waisnawa, Soradan lain-lainnya menjadi satu yaitu yang kita kenal sebagai Agama Hindu Bali yang kemudian menjadi Agama Hindu.
 
semoga semua dalam keadaan berbahagia...

Kira-kira lebih tetapnya Sinretisme.

Karena hal ini juga tampak pada simbol-simbol.
Hal ini kemungkina besar pengaruh dari bergabungnya Dinasti Hindu dan Dinasti Budha melalui perkawinan. Karena kalau diamati di Jawa juga terjadi pada masa Dinasti Sanjaya dan Syailendera yang berlanjut masa kerajaan Singasari sampai Majapahit. Hal ini dapat dilihat dari sinkretisme arsitekturalnya.

Di Bali juga demikian, Mpu Kuturan, Mpu Nirarta (Dang Hyang Nirarta kemudian menyebarkan Siwa, yang dalam praktek hidupnya masih kental dipengaruhi oleh filosofi Buddha), Mpu Astapaka dan lain-lainnya.

Bahkan keturunan Mpu Astapaka (merupakan keponakan Dang Hyang Nirarta) hingga kini masih jelas identitas Buddhisnya.

Seperti yang kita lihat saat ini, faham-faham Buddhis telah demikian luas dan menyatu secara harmonis dengan faham-faham lainnya seperti Siwa, Bojangga, Waisnawa, Soradan lain-lainnya menjadi satu yaitu yang kita kenal sebagai Agama Hindu Bali yang kemudian menjadi Agama Hindu.

Makasih bos atas pencerahannya ...
tp makin dipikir makin kaya asimilasi ya,....?
eh giman bali ujan mulu ga ? musim kemarou mustinya kering malah ujan.....:(
 
Makasih bos atas pencerahannya ...
tp makin dipikir makin kaya asimilasi ya,....?

Boleh dibilang di Bali telah terjadi pruralisme lama yang "indah" yang masih bertahan dengan adanya konsepsi asimilasi budaya, sikretisme, dan lain-lain mekanisme tersendiri untuk menerima kehadiran orang dari suku, bangsa, bahkan bahasa lainnya.

Konsep pruralisme lama yang indah sebagai konsep "nyama braya" yang berlandaskan Tri Hita Karana yaitu adanya faktor yang berpengaruh dalam upaya menjaga keseimbangan telah memegang peranan bagi tercapainya kehidupan yang baik, kebahagiaan dan kesehatan pada mikrokosos (bhuwana alit), makrokosmos (bhuwana agung) dan Tuhan.

Tri Hita Karana merupakan "ruang" untuk saling bergaul, berdialog, belajar antara satu dengan yang lain.

eh giman bali ujan mulu ga ? musim kemarou mustinya kering malah ujan.....:(

Bali mulai musim layang2, hujan mulai jarang tapi daerah lain malah kebanjiran. ya.. iklim yang tidak menentu dan didukung strategi pembangunan linkungan yang tidak terkonsep makin memperburuk masa depan lingkungan. :)
 
Bener tuh,karena seperti perkataan senior semua,Hindu Bali adalah Siwa(Brahmana)-Budha,penganggenya aja putih-kuning,"kata om Gede Prama"^^,putih simbol:Siwa-kuning simbol:Budha,dua warna ini mendominasi,walau agak berbeda dengan pernyataan om Dalang Ceng Blonk yang mengatakan arti putih kuning=kangin-kauh(timur-barat),dan katanya yang ga pake putih kuning ke pura"sing nawang kangin-kauh(tidak tahu yang mana barat atau timur)"hmmmm...jadi para pemangku cuma tahu kangin(timur)aja dong?karena beliau busananya putih semua,hehe.Tentu tidak,karena beliau semua lebih fokus ke ajaran Siwa-nya^^
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.