• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

apakah agama budha bisa disamakan dengan agama hindu??

BaDmaN and the VanDaliSm

IndoForum Newbie F
No. Urut
96766
Sejak
5 Mei 2010
Pesan
6
Nilai reaksi
0
Poin
1
hmmm,,saya cuma pengen tau tanggepanya orang2,,

di dalam agama hindu kan mengenal yang namanya awatara nih??
trus di dalam ke delapan awatara itu ada yang namanya budha awatara kan ya??
nah saya mau tanya nihhh...

kan agama budha tuh yang saya tau,agama budha kan diajarkan seseorang yang bernama sidharta gautama yang kemudian disebut dengan budha,

nah berarti kan secara filosofis agama budha itu muncul dari agama hindu bukan sih??
dan dewa2 agama budha itu juga sebagian besar ada kesamaan sama dewa2 di dalem agama hindu,,

klo saya ada salah kata mohon maaf ya saya cuma pengen tau tanggapannya orang2 aja,,toh semua agama itu semua mengajarkan semua umatnya untuk baik kan,,hehehehe..
makasihh sebelumya..
 
Menanggapi judul thread diatas, jawabannya tidak sama. Agama Hindu berbeda dengan Agama Buddha, meski tempat kelahiran kedua agama ini sama, yakni India. Meskipun Pangeran Siddharta terlahir dengan label Hindu, tetapi beliau justru mengajak orang-orang untuk meninggalkan Weda pada saat itu. Alasannya, Weda pada masa itu sudah jauh diselewengkan bahkan oleh kalangan kaum Brahmin. Korban hewan dilakukan secara besar-besaran atas nama Weda. Inilah yang tidak bisa diterima oleh Siddharta, sehingga beliau mengajak umat manusia untuk meninggalkan Weda yang berarti juga meninggalkan agama Hindu.

Dari sejarah diatas, sudah dapat ditarik kesimpulan bahwa Siddharta sendiri tidak mengajak orang-orang Hindu pada saat itu untuk kembali ke jalan Weda yang benar, tetapi melepas ajaran Weda dan kehinduan masyarakat di Inida sana. Lantas ajaran baru beliau yang didasari atas welas asih kemudian berkembang menjadi agama Buddha. Artinya Buddha menjadi agama tersendiri diluar konteks Weda dan Hindu.

Mengani Pangeran Siddharta telah diramalkan kehadirannya dalam kitab-kitab Weda, memang diramalkan sebagai orang yang akan membawa ajaran baru, bukan sebagai orang yang akan meluruskan ajaran Weda. Orang Hindu mempercayai beliau sebagai Awatara, karena memang kehadiran beliau adalah untuk menyelamatkan umat manusia dari penyimpangan-penyimpangan agama dalam hal ini Hindu.

Awatara tidak selalu hadir untuk menegakkan Weda. Itu sebabnya kemudian kalangan Hindu tidak pernah menyembah Siddharta, seperti menyembah awatara Krishna, Rama dan lain-lainnya. Meski demikian, orang-orang Hindu meyakini Siddharta adalah awatara yang bertugas untuk memalingkan keyakinan umat Hindu yang saat itu telah menyelewengkan ajaran-ajaran Weda.

Jika kehadiran Awatara Siddharta untuk mengajak orang-orang meninggalkan Weda, berarti Hindu pernah ditinggalkan pengikut-pengikutnya ? Pertanyaan ini mungkin muncul setelah mengetahui apa misi Pangeran Siddharta tadi. Jawabannya ya. Hindu pernah kehilangan sebagian besar pengikutnya di daratan India sana. Lebih-lebih setelah Maharaja Ashoka mulai menegakkan ajaran Agama Buddha di India. Untuk mengembalikan orang-orang agar kembali meyakini ajaran Weda maka Brahman mengutus lagi awatara yang lain yakni Shri Adi Shankaracarya yang hidup di masa modern yakni tahun 788 - 820 Masehi. Shri Adi Shankaracarya diyakini merupakan Awatara Siwa, sementara awatara yang banyak dikenal orang-orang Hindu adalah Awatara Wishnu, sehingga Shri Adi Shankaracarya tidak termasuk kedalam Dasa Awatara (10 awatara) yang diberitakan dalam kitab-kitab suci Hindu.

Misi untuk mengembalikan ajaran-ajaran Weda pun berhasil dilakukan hanya dalam waktu kurang dari 30 tahun. Mustahil jika orang biasa mampu merubah keyakinan jutaan orang hanya dalam waktu sesingkat itu. Sebagian besar masyakarat Inida yang sempat menjadi penganut ajaran Buddha kini kembali menjadi penganut ajaran Weda, sampai saat ini.

By the way, saya PERTAMAX kan di thread ini :)
 
hmmm,,,ngomong2 cakbrudin dewe agamane opo yo??hahah
thanks yo cakbrudin ,,hahahaha anda mendapatkan sebuah piring cantik karena menjadi yang pertama x haauahauauhauha..
 
mohon ijin bergabung,Hindu dan Budha berbeda,saya tidak tahu arti kata Hindu tapi saya tahu arti kata Budha,berasal dari bahasa sansekerta yang artinya Sang Sadar(begitu tertulis dalam buku Zhuan Falun),artinya orang yang telah terbuka kesadarannya melalui latihan kultivasi,misal(Tantra,Yoga,Falun Gong),telah mampu menyadari kebenaran alam semesta,dapat berkomunikasi dengan makhluk berjiwa dari berbagai ruang dan dimensi alam semesta,sudah tidak tersesat lagi dalam dunia materi ini.Kita semua tahu wujud dari Budha,seperti patung-patung Budha di pinggir jalan,duduk bersila ganda diatas talam bunga teratai emas,bisa juga disebut padmasana(posisi duduk diatas bunga teratai).Di Hindu,padmasana adalah bangunan suci wajib yang ada di setiap tempat suci.Jadi bukankah yang bersthana disana adalah Budha(Sang Sadar)juga? Bukankah wujudnya adalah sama? Hal yang sama tapi disebut dengan cara berbeda.
 
Di Hindu,padmasana adalah bangunan suci wajib yang ada di setiap tempat suci.Jadi bukankah yang bersthana disana adalah Budha(Sang Sadar)juga? Bukankah wujudnya adalah sama? Hal yang sama tapi disebut dengan cara berbeda.

Salam kenal bro Triadnyana.

Saya mencoba menjawab pertanyaannya mengenai Padmasana. Padmasana mempunyai dua arti, yakni 1 Merupakan tempat suci untuk menstanakan Hyang Widi Wasa dan 2 Adalah suatu sikap sempurna dalam yoga. Mengenai tempat suci Padmasana, saya kutipkan dari Wikipedia sbb;

Bunga teratai dipilih sebagai symbol yang tepat menggambarkan kesucian dan keagungan Hyang Widhi (Tuhan) karena memenuhi unsur-unsur :

* Helai daun bunganya berjumlah delapan sesuai dengan jumlah manifestasi Hyang Widhi di arah delapan penjuru mata angin sebagai kedudukan Horizontal : Timur (Purwa) sebagai Iswara, Tenggara (Agneya) sebagai Maheswara, Selatan (Daksina) sebagai Brahma, Barat Daya (Nairiti) sebagai Rudra, Barat (Pascima) sebagai Mahadewa, Barat Laut (Wayabya) sebagai Sangkara, Utara (Uttara) sebagai Wisnu, Timur Laut (Airsanya) sebagai Sambhu.
* Puncak mahkota berupa sari bunga yang menggambarkan symbol kedudukan Hyang Widhi secara vertikal dalam manifestasi sebagai : Siwa (adasthasana/dasar), Sadasiwa (madyasana/tengah) dan Paramasiwa (agrasana/puncak).
* Bunga teratai hidup di tiga alam yaitu tanah/lumpur disebut pertiwi, air disebut apah, dan udara disebut akasa. Bunga teratai merupakan sarana utama dalam upacara-upacara Panca Yadnya dan juga digunakan oleh Pandita-Pandita ketika melakukan surya sewana (pemujaan Matahari).

Dilihat dari bentuk bangunan Padmasana, dibedakan adanya lima jenis Padmasana yaitu: 1. Padma Anglayang = memakai dasar bhedawangnala, bertingkat tujuh dan di puncaknya ada tiga ruang. Digunakan selain sebagai niyasa stana Sanghyang Siwa Raditya atau Sanghyang Tripurusa, juga sebagai niyasa stana Trimurti. 2. Padma Agung = memakai dasar bhedawangnala, bertingkat lima dan di puncaknya ada dua ruang. Digunakan selain sebagai niyasa stana Sanghyang Siwa Raditya atau Sanghyang Tripurusa, juga sebagai niyasa Ardanareswari yaitu kekuatan/ kesaktian Hyang Widhi sebagi pencipta segala yang berbeda misalnya: lelaki-perempuan, siang-malam, kiri (pengiwa) - kanan (penengen), dst. 3. Padmasana = memakai bhedawangnala, bertingkat lima dan di puncaknya ada satu ruang. Digunakan selain sebagai niyasa stana Sanghyang Siwa Raditya atau Sanghyang Tripurusa, juga sebagai niyasa Sanghyang Tunggal yaitu Hyang Widhi Yang Maha Esa 4. Padmasari = tidak memakai dasar bhedawangnala, bertingkat tiga dan di puncaknya ada satu ruang. Digunakan hanya untuk niyasa stana Sanghyang Siwa Raditya atau Sanghyang Tripurusa 5. Padma capah = tidak memakai dasar bhedawangnala, bertingkat dua dan di puncaknya ada satu ruang. Digunakan untuk niyasa stana Hyang Widhi dalam manifestasi sebagai Baruna (Dewa lautan)

Pemilihan bentuk kelima jenis Padmasana itu berdasar pertimbangan kemampuan penyungsung melaksanakan upacara, baik ketika mendirikannya maupun pada setiap hari piodalannya. Oleh karena itu dipertimbangkan juga jumlah penyungsungnya. Makin banyak penyungsungnya makin "utama" bentuk padmasana, sesuai dengan urutan di atas.

Mungkin yang bro Triadnyana maksudkan padmasana disinia adalah sikap duduk Sang Buddha yang sempurna, bukan patung Buddha sebagai tempat pemujaan (bangunan suci) seperti halnya dalam tempat suci Hindu. Tentu saja yang berstana disana bukanlah roh-roh suci yang telah mencapai moksha atau dalam istilah Agama Buddha adalah Nirwana (CMIIW) melainkan menstanakan Sang Pencipta (Tuhan) dengan manifestasinya berwujud Siwa.

Mohon maaf bro, bukankan dalam Agama Buddha tidak dikenal adanya Hyang Pencipta ?
 
Menanggapi judul thread diatas, jawabannya tidak sama. Agama Hindu berbeda dengan Agama Buddha, meski tempat kelahiran kedua agama ini sama, yakni India. Meskipun Pangeran Siddharta terlahir dengan label Hindu, tetapi beliau justru mengajak orang-orang untuk meninggalkan Weda pada saat itu. Alasannya, Weda pada masa itu sudah jauh diselewengkan bahkan oleh kalangan kaum Brahmin. Korban hewan dilakukan secara besar-besaran atas nama Weda. Inilah yang tidak bisa diterima oleh Siddharta, sehingga beliau mengajak umat manusia untuk meninggalkan Weda yang berarti juga meninggalkan agama Hindu.

Dari sejarah diatas, sudah dapat ditarik kesimpulan bahwa Siddharta sendiri tidak mengajak orang-orang Hindu pada saat itu untuk kembali ke jalan Weda yang benar, tetapi melepas ajaran Weda dan kehinduan masyarakat di Inida sana. Lantas ajaran baru beliau yang didasari atas welas asih kemudian berkembang menjadi agama Buddha. Artinya Buddha menjadi agama tersendiri diluar konteks Weda dan Hindu.

Mengani Pangeran Siddharta telah diramalkan kehadirannya dalam kitab-kitab Weda, memang diramalkan sebagai orang yang akan membawa ajaran baru, bukan sebagai orang yang akan meluruskan ajaran Weda. Orang Hindu mempercayai beliau sebagai Awatara, karena memang kehadiran beliau adalah untuk menyelamatkan umat manusia dari penyimpangan-penyimpangan agama dalam hal ini Hindu.

Awatara tidak selalu hadir untuk menegakkan Weda. Itu sebabnya kemudian kalangan Hindu tidak pernah menyembah Siddharta, seperti menyembah awatara Krishna, Rama dan lain-lainnya. Meski demikian, orang-orang Hindu meyakini Siddharta adalah awatara yang bertugas untuk memalingkan keyakinan umat Hindu yang saat itu telah menyelewengkan ajaran-ajaran Weda.

Jika kehadiran Awatara Siddharta untuk mengajak orang-orang meninggalkan Weda, berarti Hindu pernah ditinggalkan pengikut-pengikutnya ? Pertanyaan ini mungkin muncul setelah mengetahui apa misi Pangeran Siddharta tadi. Jawabannya ya. Hindu pernah kehilangan sebagian besar pengikutnya di daratan India sana. Lebih-lebih setelah Maharaja Ashoka mulai menegakkan ajaran Agama Buddha di India. Untuk mengembalikan orang-orang agar kembali meyakini ajaran Weda maka Brahman mengutus lagi awatara yang lain yakni Shri Adi Shankaracarya yang hidup di masa modern yakni tahun 788 - 820 Masehi. Shri Adi Shankaracarya diyakini merupakan Awatara Siwa, sementara awatara yang banyak dikenal orang-orang Hindu adalah Awatara Wishnu, sehingga Shri Adi Shankaracarya tidak termasuk kedalam Dasa Awatara (10 awatara) yang diberitakan dalam kitab-kitab suci Hindu.

Misi untuk mengembalikan ajaran-ajaran Weda pun berhasil dilakukan hanya dalam waktu kurang dari 30 tahun. Mustahil jika orang biasa mampu merubah keyakinan jutaan orang hanya dalam waktu sesingkat itu. Sebagian besar masyakarat Inida yang sempat menjadi penganut ajaran Buddha kini kembali menjadi penganut ajaran Weda, sampai saat ini.

By the way, saya PERTAMAX kan di thread ini :)

menarik sekali..
boleh saya tau lebih detail mengenai awatara Shri Adi Shankaracarya ini ?
 
Dahulu di India ada sebuah agama besar yg telah berurat berakar,namanya agama Brahmana.Lalu datang Sakyamuni menyebarkan agama Budha,lama kelamaan penganut agama Brahmana ini semakin sedikit,lalu terjadi peperangan besar,saat itu agama Brahmana dan agama Budha melebur menjadi satu,dinamakan agama Hindu.
 
Dahulu di India ada sebuah agama besar yg telah berurat berakar,namanya agama Brahmana.Lalu datang Sakyamuni menyebarkan agama Budha,lama kelamaan penganut agama Brahmana ini semakin sedikit,lalu terjadi peperangan besar,saat itu agama Brahmana dan agama Budha melebur menjadi satu,dinamakan agama Hindu.

masa begni sih critanya ? /hmm
 
Saya ga tahu hal yang sebenarnya,karena begitulah yang ada dalam buku Zhuan Falun,memaksa orang untuk percaya tentu tidak boleh,tapi berikut ceramah Mr.Li Hongzhi selengkapnya:

Gong Aliran Buddha dan Agama Buddha

Gong aliran Buddha bukan agama Buddha, ini perlu saya jelaskan pada anda. Sebenarnya Gong aliran Tao juga bukan agama Tao. Banyak di antara kita selalu tidak dapat mengerti hal ini. Ada beberapa biksu dari biara, atau penganut agama Buddha awam, mereka merasa bahwa hal-hal dalam agama Buddha mereka tahu lebih banyak, jadi dengan penuh semangat mereka lalu mempropagandakan hal-hal dalam agama Buddha di antara murid kita. Saya beri tahu anda, jangan anda berbuat begitu, karena itu adalah hal yang berasal dari aliran Fa yang berbeda. Agama punya bentuknya sendiri, sedangkan kami di sini adalah mengajarkan sebagian dari ajaran Xiulian menurut aliran Fa kami. Kecuali pengikut Falun Dafa yang khusus berkultivasi, yang lain tidak mengikuti formalitas agama, jadi bukan agama Buddha dari masa akhir Dharma.
Dharma dalam agama Buddha hanya merupakan satu bagian kecil dari Fa Buddha, masih ada banyak hukum besar yang tinggi dan mendalam, masih ada Fa yang berbeda pada berbagai tingkat. Sakyamuni mengatakan, bahwa untuk Xiulian ada 84.000 aliran Fa. Sedangkan dalam agama Buddha baru ada beberapa sub-aliran Fa, hanya berupa Tiantai, Huayan, Buddhisme Zen, Tanah Suci, Tantra dan lain-lain, hanya beberapa sub-aliran Fa ini saja, bahkan belum mencukupi angka satuan nol. Jadi ia tidak dapat merangkum seluruh Fa Buddha, ia hanya satu bagian kecil dari Fa Buddha. Falun Dafa kita juga merupakan salah satu dari 84.000 aliran Fa, tidak ada hubungan dengan agama Buddha masa lampau sampai agama Buddha masa akhir Dharma, juga tidak ada hubungan dengan agama sekarang.
Agama Buddha didirikan oleh Sakyamuni pada 2.500 tahun lalu di India kuno. Setelah Sakyamuni terbuka Gong dan terbuka kesadaran, Dia teringat kembali pada ihwal Xiulian yang dilakukan dahulu, lalu dipublikasikan guna menyelamatkan manusia. Pada aliran Fa-Nya itu, biarpun berapa puluh ribu jilid kitab yang telah disusun, sebenarnya hanya 3 huruf, karakteristik aliran Fa-Nya disebut: "Berpantang, Samadi, Kebijakan." Berpantang berarti menyingkirkan segala nafsu keinginan di tengah manusia biasa, secara paksa membuat anda kehilangan terhadap keinginan mengejar kepentingan, dan terputus dari segala hal duniawi. Dengan demikian hatinya juga berubah menjadi "kosong," tidak memikirkan apa pun lagi, sehingga dapat mencapai samadi, itu suatu proses yang saling mengisi dan saling melengkapi. Setelah mencapai samadi, harus duduk bermeditasi untuk sungguh-sungguh berkultivasi, mengandalkan daya samadi berkultivasi ke atas, ini adalah bagian Xiulian yang sebenarnya dari aliran Fa itu. Mereka juga tidak berbicara latihan teknik gerakan, tidak mengubah Benti dari dirinya. Mereka hanya berkultivasi Gong yang menentukan tinggi rendahnya tingkatan, jadi senantiasa Xiulian Xinxing-nya, tidak berkultivasi raga juga tidak membicarakan evolusi Gong. Bersamaan itu di dalam samadi mereka memperkuat daya samadinya, menanggung derita dalam bermeditasi, melenyapkan karmanya. Kebijakan, itu artinya seseorang telah terbuka kesadarannya, telah mencapai kebijakan yang maha sempurna. Telah melihat kebenaran alam semesta, telah melihat wujud asli berbagai ruang alam semesta, menampakkan kuasa supernatural yang dahsyat. Disebut terbuka kebijakan, terbuka kesadaran, juga disebut terbuka Gong.
Pada waktu Sakyamuni mendirikan aliran Fa-Nya ini, bersamaan itu di India beredar 8 macam agama. Ada semacam agama yang sudah berurat berakar mendalam, disebut agama Brahmana. Sepanjang kehidupan, Sakyamuni selalu mengalami perjuangan dalam bentuk ideologi dengan agama lain. Karena yang diajarkan Sakyamuni adalah Fa ortodoks, sehingga dalam seluruh proses pengajaran itu, Fa Buddha yang diajarkan-Nya makin lama makin berjaya. Sedangkan agama lain makin lama makin melemah, bahkan agama Brahmana yang sudah berurat berakar mendalam itu juga dalam kondisi nyaris punah. Tetapi setelah Sakyamuni mencapai Nirwana, agama lain juga mulai bangkit kembali, terutama agama Brahmana juga mulai bangkit kembali. Sebaliknya apa yang terjadi dengan agama Buddha? Ada beberapa biksu telah terbuka Gong, dan terbuka kesadarannya pada berbagai tingkat yang berbeda, namun terbuka pada tingkat yang lebih rendah. Sakyamuni telah mencapai tingkat Tathagata, sedangkan banyak biksu belum mencapai tingkat ini.
Pada tingkat berbeda Fa Buddha punya manifestasi yang berbeda, tetapi makin tinggi makin mendekati kebenaran, makin rendah makin jauh terpisah dari kebenaran. Oleh karena para biksu itu telah terbuka Gong dan terbuka kesadaran pada tingkat rendah, maka mereka menggunakan manifestasi alam semesta, situasi yang dipahami dan prinsip yang disadari, yang terlihat oleh dirinya dalam tingkat tersebut untuk menjelaskan perkataan yang pernah diucapkan Sakyamuni. Dengan kata lain, ada biksu menjelaskan Fa yang pernah diucapkan Sakyamuni dengan tafsiran begini atau begitu. Bahkan ada sebagian biksu menggunakan hal-hal yang dipahami oleh dirinya untuk disampaikan dan dianggap sebagai ajaran Sakyamuni, dan sudah tidak mengajarkan ajaran Sakyamuni yang asli. Dengan demikian mengakibatkan Fa Buddha berubah wajah sehingga tidak dapat dikenali lagi. Sama sekali sudah bukan merupakan Fa yang pernah diajarkan Sakyamuni, akhirnya mengakibatkan Fa Buddha dalam agama Buddha telah lenyap di India. Ini adalah sebuah pelajaran sejarah yang serius, maka di kemudian hari di India malah tidak ada agama Buddha lagi. Sebelum lenyap, agama Buddha mengalami berkali-kali perbaikan, akhirnya menggabungkan ajaran agama Brahmana, membentuk suatu agama yang sekarang ada di India, dinamakan agama Hindu
, dan tidak memuja Buddha apa pun, tapi telah memuja beberapa lainnya, juga sudah tidak percaya Sakyamuni, situasi semacam inilah yang terjadi.
Dalam proses perkembangan agama Buddha, terjadi beberapa kali perbaikan yang agak besar, pertama terjadi pada waktu tidak lama setelah Sakyamuni wafat, berdasarkan prinsip tingkat tinggi yang pernah diajarkan Sakyamuni, ada yang mendirikan agama Buddha Mahayana. Mereka beranggapan bahwa Fa yang diajarkan Sakyamuni secara terbuka adalah untuk diajarkan pada manusia secara umum, yang berguna untuk mencapai pembebasan pribadi dan mencapai buah status Arhat, tidak mengajarkan penyelamatan segala makhluk hidup secara universal, lalu ini dinamakan agama Buddha Hinayana. Biksu dari negara Asia Tenggara telah mempertahankan cara Xiulian yang orisinil dari zaman Sakyamuni, di daerah Han ia disebut agama Buddha Hinayana. Tentu saja mereka sendiri tidak mengakuinya, mereka beranggapan bahwa mereka adalah pewaris ajaran asli Sakyamuni. Sebenarnya memang demikian, pada dasarnya mereka telah mewarisi cara Xiulian zaman Sakyamuni.
Agama Buddha Mahayana yang mengalami perbaikan semacam ini setelah menyebar masuk ke Tiongkok, lalu menetap di Tiongkok, yakni semacam agama Buddha yang sekarang beredar di negeri Tiongkok. Sebenarnya dibandingkan dengan agama Buddha pada zaman Sakyamuni dia sudah berubah wajah sehingga tidak dapat dikenali lagi, dari dandanan gaya busana sampai pada kondisi pencapaian kesadaran seutuhnya, serta proses Xiulian-nya, semua sudah mengalami perubahan. Agama Buddha masa lampau hanya memuja Sakyamuni sebagai pendiri, namun pada agama Buddha yang sekarang telah timbul banyak Buddha dan Maha Bodhisattva, bahkan merupakan suatu kepercayaan pada banyak Buddha. Timbul suatu kepercayaan pada banyak Buddha Tathagata, menjadi suatu agama multi-Buddha. Misalnya Amitabha, Bhaishajaguru, Vairocana dan lain-lain, juga timbul banyak Maha Bodhisattva. Dengan demikian agama Buddha secara menyeluruh sudah berbeda dibandingkan dengan yang semula didirikan oleh Sakyamuni.
Dalam masa itu bahkan pernah terjadi sebuah proses perbaikan, Bodhisattva Nagarjuna memublikasikan semacam cara kultivasi rahasia, dari India melewati Afganistan, lalu memasuki wilayah Xinjiang menyebar masuk ke daerah Han, saat itu tepat pada masa dinasti Tang, maka ia dinamakan Tantra Tang. Karena Tiongkok mendapat pengaruh aliran Konghucu agak besar, memiliki konsep moral yang tidak sama dengan bangsa lain pada umumnya. Di dalam metode Xiulian aliran Tantra ini ada kultivasi berpasangan pria dan wanita, yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pada masa itu, maka pada tahun Huichang dari dinasti Tang, aliran ini sudah ditumpas saat terjadi penindasan agama Buddha, sehingga Tantra Tang telah lenyap di daerah Han. Sekarang di Jepang ada yang disebut sebagai Tantra Timur, itu adalah sesuatu yang dipelajari dari Tiongkok pada masa itu, namun dia tanpa menjalani Guanding. Menurut ketentuan Tantra, jika seseorang belajar ajaran Tantra tanpa menjalani Guanding, maka dikategorikan sebagai pembajakan Fa, tidak diakui pernah diajarkan oleh master sendiri. Satu kelompok lain dari India, melewati Nepal menyebar masuk ke Tibet, dinamakan Tantra Tibet, dan masih terus diwariskan sampai sekarang. Demikian pada dasarnya keadaan agama Buddha. Perkembangan dan proses evolusinya telah saya sampaikan dengan amat sederhana dan secara garis besar saja. Di dalam seluruh proses perkembangan agama Buddha, masih timbul pula Buddhisme Zen seperti yang didirikan oleh Boddhidarma, Tanah Suci, Huayan dan lain-lain, semua merupakan hasil pemahaman terhadap hal-hal yang diajarkan Sakyamuni pada masa itu, ini juga termasuk agama Buddha yang telah diperbaiki. Demikian di dalam agama Buddha ada belasan sub-aliran ini, mereka semua mengikuti formalitas semacam agama, oleh karena itu termasuk kategori agama Buddha.
Agama-agama yang terbentuk pada abad ini, tidak hanya pada abad ini saja, pada beberapa abad yang lampau ada banyak agama baru terbentuk di berbagai tempat di dunia, kebanyakan dari mereka adalah palsu. Para Sang Maha Sadar menyelamatkan manusia, selalu memiliki sebuah surga sendiri, Sakyamuni, Amitabha, Vairocana dan lain-lain, para Buddha Tathagata ini dalam menyelamatkan manusia, semua punya sebuah dunia yang dipimpinnya sendiri. Dalam galaksi kita ini, dunia semacam ini ada 100 lebih, Falun Dafa kita juga punya Dunia Falun.
Ke mana tujuan manusia yang ingin diselamatkan oleh aliran Fa palsu itu? Mereka tidak dapat menyelamatkan manusia, yang mereka ajarkan bukan Fa. Tentu saja ada sebagian orang yang dalam mendirikan agama pada awalnya tidak punya tujuan menjadi iblis yang merusak agama ortodoks. Ketika mereka telah terbuka Gong dan terbuka kesadaran pada tingkat yang berbeda, telah dapat melihat sedikit prinsip, tetapi bila dibandingkan dengan Sang Sadar yang menyelamatkan manusia terpaut jauh sekali, mereka sangat rendah. Mereka memang menemukan sedikit prinsip, menemukan beberapa hal di tengah manusia biasa adalah salah, mereka juga memberi tahu orang-orang bagaimana cara untuk berbuat baik, pada mulanya juga tidak menentang agama lain. Akhirnya orang-orang percaya dan memuja mereka, ajarannya dianggap masuk akal, kemudian makin lama makin percaya pada mereka, akhirnya orang-orang ini mulai memuja mereka, dan tidak memuja agama lagi. Begitu timbul keterikatan hati demi nama dan kepentingan pribadi dari orang tersebut, diminta publik memberi gelar tertentu kepadanya, sejak itu mereka mendirikan sebuah agama baru. Saya beri tahu anda, semua ini termasuk kategori agama sesat, sekalipun ia tidak mencelakakan orang, ia juga agama sesat. Karena ia telah mengganggu orang lain untuk menganut agama ortodoks, agama ortodoks adalah menyelamatkan manusia sedangkan mereka tidak mampu. Makin lama setelah makin berkembang jauh, diam-diam mereka berbuat kejahatan. Dewasa ini banyak dari jenis semacam ini yang telah menyebar ke Tiongkok, seperti apa yang disebut aliran Fa Avalokitesvara merupakan salah satu di antaranya. Maka anda sekalian harus selalu waspada, kabarnya di salah satu negara Asia Timur ada lebih dari 2.000 macam, di Asia Tenggara dan negara Barat lainnya, kepercayaan apa pun ada, bahkan ada satu negara yang secara terus terang mengakui adanya ajaran perdukunan. Hal semacam ini merupakan iblis yang muncul pada masa akhir Dharma. Yang disebut dengan akhir Dharma bukan semata-mata dimaksudkan pada agama Buddha saja, namun maksudnya ialah mulai dari satu tingkat yang sangat tinggi terus hingga banyak ruang dimensi ke bawah semua telah rusak. Akhir Dharma bukan hanya dimaksudkan pada akhir Dharma agama Buddha, melainkan masyarakat manusia sudah tidak ada Fa yang mengendalikan hati guna mempertahankan moral.
 
TIDAK SAMA, TETAPI SESUNGGUHNYA SATU!MEREKA YG MENJALANKAN HINDU DGN BENAR SESUNGGUHNYA JUGA MENJALANKAN BUDDHA,BEGITU JUGA SEBALIKNYA!MEREKA YG MENGAMBIL METODE SIWA OTOMATIS AKAN MELALUI METODE BUDDHA JUGA,BEGITU JUGA SEBALIKNYA..

Saya akan ajak anda berpikir sedikit:
"Mari kita lihat lambang Swastika Hindu dengan Buddha,berbedakah?mereka yg sibuk melihat Swastika dan sibuk mempertentangkan yg mana yg benar maka melihat Swastika itu berbeda,namun mereka yg menggunakan kedalaman pikiran tidak berfokus kepada Swastika,namun mereka akan mengubah sudut pandang mereka,sehingga ketika ia melihat Swastika Hindu ia berada di depan, dan ketika ia pindah ke belakang Swastika maka yg ada adalah Swastika Buddha, padahal itu adalah Swastika yg SAMA!yg berubah adalah POIN OF VIEW(SUDUT PANDANG) namun SWASTIKAnya tetap sama2 hahahahahaha,"

Sang Buddha yg welas asih tidak mungkin mengajak orang untuk memusuhi orang2 yg beragama lain(Hindu),yg dipertentangkan oleh Sang Buddha adalah PENYIMPANGAN AJARAN WEDA BUKAN AJARAN WEDANYA!HAHAHAHAHAHAHA
 
@ Ozma
Maaf,^^yang saya maksudkan peperangan besar itu bukanlah antara agama Brahmana dan agama Budha,tapi selama proses penyebaran agama Budha sempat terjadi peperangan besar di India,di India kan banyak kerajaan,jadi mungkin ada saja raja yang maruk^^,saat masa sekarang ini juga sempat ada peperangan besar kan?jadi peperangan di India saat itu tidak ada hubungannya dengan penyebaran agama appapun.:-p.Soal swastika,saya setuju itu adalah benda yang sama,tapi dilihat dengan cara yang berbeda,Yang saya ga setuju adalah yang menyalahgunakan simbol swastika ini,contoh:Adolf Hitler T_T
 
menarik sekali..
boleh saya tau lebih detail mengenai awatara Shri Adi Shankaracarya ini ?

Bro Ozma, sorry saya tidak dapat artikel tentang beliau yang dalam Bahasa Indoesia maupun melayu, tetapi saya menemukan artikel berikut, mudah-mudahan bisa membatu;

Shri Adi Shankaracharya or the first Shankara with his remarkable reinterpretations of Hindu scriptures, especially on Upanishads or Vedanta, had a profound influence on the growth of Hinduism at a time when chaos, superstition and bigotry was rampant. Shankara advocated the greatness of the Vedas and was the most famous Advaita philosopher who restored the Vedic Dharma and Advaita Vedanta to its pristine purity and glory.
Shri Adi Shankaracharya, known as Bhagavatpada Acharya (the guru at the feet of Lord), apart from refurbishing the scriptures, cleansed the Vedic religious practices of ritualistic excesses and ushered in the core teaching of Vedanta, which is Advaita or non-dualism for the mankind. Shankara restructured various forms of desultory religious practices into acceptable norms and stressed on the ways of worship as laid down in the Vedas.
Shankara’s Childhood

Shankara was born in a Brahmin family circa 788 AD in a village named Kaladi on the banks of the river Purna (now Periyar) in the Southern Indian coastal state Kerala. His parents, Sivaguru and Aryamba, had been childless for a long time and the birth of Shankara was a joyous and blessed occasion for the couple. Legend has it that Aryamba had a vision of Lord Shiva and promised her that he would incarnate in the form of her first-born child.
Shankara was a prodigious child and was hailed as ‘Eka-Sruti-Dara’, one who can retain anything that has been read just once. Shankara mastered all the Vedas and the six Vedangas from the local gurukul and recited extensively from the epics and Puranas. Shankara also studied the philosophies of diverse sects and was a storehouse of philosophical knowledge.
Philosophy of Adi Shankara

Shankara spread the tenets of Advaita Vedanta, the supreme philosophy of monism to the four corners of India with his ‘digvijaya’ (the conquest of the quarters). The quintessence of Advaita Vedanta (non-dualism) is to reiterate the truth of reality of one’s essential divine identity and to reject one’s thought of being a finite human being with a name and form subject to earthly changes.
According to the Advaita maxim, the True Self is Brahman (Divine Creator). Brahman is the ‘I’ of ‘Who Am I?’ The Advaita doctrine propagated by Shankara views that the bodies are manifold but the separate bodies have the one Divine in them.
The phenomenal world of beings and non-beings is not apart from the Brahman but ultimately become one with Brahman. The crux of Advaita is that Brahman alone is real, and the phenomenal world is unreal or an illusion. Through intense practice of the concept of Advaita, ego and ideas of duality can be removed from the mind of man.

The comprehensive philosophy of Shankara is inimitable for the fact that the doctrine of Advaita includes both worldly and transcendental experience.

Shankara while stressing the sole reality of Brahman, did not undermine the phenomenal world or the multiplicity of Gods in the scriptures.

Shankara’s philosophy is based on three levels of reality, viz., paramarthika satta (Brahman), vyavaharika satta (empirical world of beings and non-beings) and pratibhashika satta (reality).
Shankara’s theology maintains that seeing the self where there is no self causes spiritual ignorance or avidya. One should learn to distinguish knowledge (jnana) from avidya to realize the True Self or Brahman. He taught the rules of bhakti, yoga and karma to enlighten the intellect and purify the heart as Advaita is the awareness of the ‘Divine’.
Shankara developed his philosophy through commentaries on the various scriptures. It is believed that the revered saint completed these works before the age of sixteen. His major works fall into three distinct categories – commentaries on the Upanishads, the Brahmasutras and the Bhagavad Gita.

The most important of the works is the commentaries on the Brahmasutras – Brahmasutrabhashya – considered the core of Shankara’s philosophy of Advaita.

Shankaracharya’s Monastic Centers

Shri Shankaracharya established four ‘mutts’ or monastic centers in four corners of India and put his four main disciples to head them and serve the spiritual needs of the ascetic community within the Vedantic tradition. He classified the wandering mendicants into 10 main groups to consolidate their spiritual strength.

Each mutt was assigned one Veda. The mutts are Jyothir Mutt at Badrinath in northern India with Atharva Veda; Sarada Mutt at Sringeri in southern India with Yajur Veda; Govardhan Mutt at Jaganath Puri in eastern India with Rig Veda and Kalika Mutt at Dwarka in western India with Sama Veda.

It is believed that Shankara attained heavenly abode in Kedarnath and was only 32 years old when he died.
 
Bro Ozma, sorry saya tidak dapat artikel tentang beliau yang dalam Bahasa Indoesia maupun melayu, tetapi saya menemukan artikel berikut, mudah-mudahan bisa membatu;

terima kasih untuk artikelnya ;)

kalo bole minta tolong sekali lagi, saya ingin tau..
isi perdebatan dari beliau yg sangat spektakuler sampai mengalahkan para bhikku buddha saat itu

karena saya sudah cari2 tapi tidak menemukan isi perdebatannya :)
 
Maaf,^^yang saya maksudkan peperangan besar itu bukanlah antara agama Brahmana dan agama Budha,tapi selama proses penyebaran agama Budha sempat terjadi peperangan besar di India,di India kan banyak kerajaan,jadi mungkin ada saja raja yang maruk^^,saat masa sekarang ini juga sempat ada peperangan besar kan?jadi peperangan di India saat itu tidak ada hubungannya dengan penyebaran agama appapun.:-p.Soal swastika,saya setuju itu adalah benda yang sama,tapi dilihat dengan cara yang berbeda,Yang saya ga setuju adalah yang menyalahgunakan simbol swastika ini,contoh:Adolf Hitler T_T

MUDAH SAJA, agama itu gak pernah berperang!Orang yg BERAGAMA itu tidak akan mungkin pernah berperang dengan orang yg BERAGAMA!Perang hanya akan terjadi antara:
1. Orang yg BERAGAMA melawan orang2 yang batil,dimana orang2 yg BERAGAMA sudah berusaha utk menempuh jalan damai namun orang2 batil begitu keras kepala dengan kejahatan mereka,contoh adl terjadinya perang Mahabarata dimana Sri Krsna sdh berusaha untuk menggunakan jalan damai namun Duryodana tetap ngotot utk perang maka demi membela kebenaran Panca Pandawa maju berperang melawan Kurawa walaupun mereka masih terhitung sebagai saudara..
2. Orang batil melawan orang batil,contohnya adl perang dunia I dan II dimana bangsa2 fasis dan narsis berlomba-lomba utk memperluas daerah kekuasaan mereka dan menyebarkan ideologi mereka dan mereka saling berperang utk mendapatkannya!!!
 
MUDAH SAJA, agama itu gak pernah berperang!Orang yg BERAGAMA itu tidak akan mungkin pernah berperang dengan orang yg BERAGAMA!Perang hanya akan terjadi antara:
1. Orang yg BERAGAMA melawan orang2 yang batil,dimana orang2 yg BERAGAMA sudah berusaha utk menempuh jalan damai namun orang2 batil begitu keras kepala dengan kejahatan mereka,contoh adl terjadinya perang Mahabarata dimana Sri Krsna sdh berusaha untuk menggunakan jalan damai namun Duryodana tetap ngotot utk perang maka demi membela kebenaran Panca Pandawa maju berperang melawan Kurawa walaupun mereka masih terhitung sebagai saudara..
2. Orang batil melawan orang batil,contohnya adl perang dunia I dan II dimana bangsa2 fasis dan narsis berlomba-lomba utk memperluas daerah kekuasaan mereka dan menyebarkan ideologi mereka dan mereka saling berperang utk mendapatkannya!!!

mungkin disini AGAMA dalam arti sesungguhnya yah :D

kalo sesama umat beragama saling tusuk dan mengatakan atas nama agama sih, udah sering kan :D
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.