• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Tidak Perlu Angkat Senjata untuk Jadi Pahlawan, Seperti Bapak Ini Misalnya

Angela

IndoForum Addict A
No. Urut
88
Sejak
25 Mar 2006
Pesan
41.626
Nilai reaksi
23
Poin
0
Tidak Perlu Angkat Senjata untuk Jadi Pahlawan, Seperti Bapak Ini Misalnya


Berbicara tentang pahlawan, saya tadi sempet intip KBBI & dapetin pengertiannya yakni pahlawan adalah orang yg menonjol karena keberaniannya & pengorbanannya dalam membela keberanian atau pejuang yg gagah berani. Jadi udah jelas sekali kalau sematan mengatakan pahlawan bukan cuma di berikan untuk kepada beliau-beliau yg sudah gugur dalam mempertahankan negara tersayang kita ini , tetapi lebih jauh dari itu, orang-orang yg kita kenal sebagai tokoh, sosok yg menginspirasi ataupun orang yg mendedikasikan waktunya untuk suatu hal yg mulia maka dia pun juga pahlawan (walaupun dalam skala yg kecil, misalnya dalam masyarakat).

Nah maka dari itu pikiran saya langsung tertuju pada salah tetangga saya di lingkungan rumah kami, beliau sendiri sudah memasuki usia sepuh & sepanjang 9 tahun saya mengenalnya, saya berani bersaksi umur-umurnya di habiskan untuk kebaikan & mengusahakan supaya para tetangganya dalam keadaan baik, baik ekonomi maupun mengusahakan baik hubungan kepada Tuhan.

Untuk selanjutnya saya lebih nyaman menyebut namanya dengan inisialnya saja yakni AP, beliau mantan lurah di salah satu kelurahan di kota Makassar & sudah lama pensiun. Awal saya mengenal beliau (dan sering bersyukur dapat dipertemukan dengannya) adalah pada sekitar pertengahan 2010 lalu, dia datang dengan peci hitam serta rapi berbatik & berkain sarung & tebakanku beliau baru pulang beribadah di Masjid, maka di samperilah saya dengan temanku yg usia kami waktu itu kelas 1 SMP. Dengan senyuman khas kebapakan ia bertutur dengan awalan nak sembari mengingatkan untuk sering shalat & mengajak kami ke rumahnya untuk belajar mengaji, meskipun niatnya baik tetapi kami tanggap untuk waspada kepada orang baru yg dapat saja berbuat bahaya pada diri kami yg masih kecil kala itu.

Akhirnya dengan berbagai pendekatan & keramahannya pada semua usia, kami (anak-anak kecil/remaja dilingkungannya) dikumpulkan untuk belajar mengaji & memperbaiki huruf-huruf hijaiah yg masih belepotan di lidah. Singkatnya beliau kami anggap sebagai orang tua baru yg mengajarkan ngaji, akhlak, adab & banyak hal-hal baru tentang agama lainnya yg baru kami dapat dengannya.
Mungkin pada kebanyakan guru ngaji, mereka yg kita beri penghargaan karena dedikasinya mengajar dengan memeberikan sedikit uang sebagai upah ngajar, tetapi beliau, bapak AP tidak pernah memungut apa-apa dari kami, tetapi justeru beliau & isterinya yg sering menyuguhkan kami aneka makan yg sangat lezat untuk dimakan ramai-ramai, mulai makanan berat hingga ringan, rasanya apapun yg ada di dapurnya sering dikeluarkan untuk kami para bocah-bocah ini.
Jumlah kami waktu itu 10-15 orang, yg setiap sore sering datang berduyun-duyun & sangat semangat, sebab selain suguhan makanan, beliau & isterinya pun sering memberikan kami banyak hadiah yg mahal & indah, sepatu, celana, pakaian kokoh, jilbab, ransel yg kesemuanya ada cap tokoh. Kadang kufikir, beliau bukan keluarga kami tetapi rasanya sudah sangat dekat, & kami dapat merasakan bagaimana ketulusannya berbagi.

Hal yg sering saya ingat adalah bagaimana ketika kami pulang belajar ilmu darinya, kami jabat tangannya dengan takzim & beliau memegang kepala tiap-tiap muridnya dengan lembut sembari berdoa dengan doa kebaikan yg cakupannya meliputi sukses di dunia maupun di akhirat.

Lalu dimana letak kepahlawanannya?

Para muridnya ini (sekitar angkatan 2011-2017 (sebelum masing-masing sibuk & jarang lagi ngaji karena kuliah & jadwal padat SMA), ketika punya waktu luang, maka ada yg ngajar ngaji kepada anak-anak kecil umuran SD & TK, satu murid bapak AP dapat ngajar 3- 5 anak kecil lainnya, nah bayangkan kalau ada 3 muridnya bapak AP dapat ngajar kira-kira 12-15 anak kecil, kalau 4, 5?

Belum lagi yg didik untuk persiapan jadi imam masjid, awalnya imam di mushollah, imam tarawih, & semakin bapak AP gembleng untuk jadi pegiat masjid, kalau muridnya ini yg sudah memadai jadi imam masjid mengajarkan hal serupa kepada 5 anak lain misalnya, kan lumayan hehe..

Beliau cuma menanam tunas 10-15 orang pada 2011 lalu, & sekarang tumbuh berkembang kebaikannya pada puluhan anak-anak lainnya. Jika saya lihat fakta ini di lapangan, saya sangat bersyukur & terharu sekali dengannya.

Agustus 2016 lalu, ketika saya punya banyak waktu luang (sebelum mendaftar kuliah), beliau berinisiatif mengadakan pengajian spesifik ibu-ibu & bapak-bapak di sekitar lingkungan kami, meski beliau tidak mengatakan resah, tetapi saya dapat membaca keresahannya soal apakah tetangganya para kalangan ibu-ibu memahami fikih rumah tangga? Fikih perempuan? Cara parenting yg benar & lain-lain, dan apakah bapak-bapak memahami fikih seorang kepala rumah tangga? Keilmuan dalam mengemban amanah sebagai kepala rumah tangga?. Maka dengan segala kerendahannya beliau mewujudkan hal itu, 2 kali seminggu beliau adakan pengajian ilmu di rumahnya, konsumsinya, fasilitasnya, semuanya dalam tanggungannya.
Beliau pun jadi pengelola zakat mal di salah satu masjid, harta zakat mal itu beliau pakai sebaik-baiknya. Saya ingat ketika 2016 lalu beliau meminta saya memanggil warga yg sepengetahuann saya lemah ekonomi, kemudian beliau santuni dengan zakat mal dalam amplop putih yg kisaran 1 juta.

Untuk pendidikan pun beliau sangat peduli, ia sering mengisahkan bagaimana sulitnya medan yg ia hadapi ketika masa-masa kuliah di tahun 70an dulu sebagai ajaran supaya kami harus rajin dalam menuntut ilmu.

Ketika itu, saya baru mendaftar kuliah, ia memanggil saya untuk memberi tahu bahwa setiap semester ia akan membayarkan uang kuliah saya hingga lulus dengan zakat mal. Saya sangat terharu & sangat-sangat bersyukur, sebab orang tua saya sangat berat kalau harus mereka yg membiayai saya hingga lulus..

Beliau lah pahlawan kami, diajarkannya kami adab & agama, hingga beranak pinak muridnya, hingga lingkungan kami terkhusus para kanak-kanak dapat dengan fasih ngaji, beliau lah yg sering mendorong pendidikan anak-anak di masyarakat kami. Beliau inisiasi les bahasa inggirs kalau malam, belajar tajwid, & ahh terlalu banyak kebaikannya untuk saya rangkum..


Tidak Perlu Angkat Senjata untuk Jadi Pahlawan, Seperti Bapak Ini Misalnya

Tidak Perlu Angkat Senjata untuk Jadi Pahlawan, Seperti Bapak Ini Misalnya

Tidak Perlu Angkat Senjata untuk Jadi Pahlawan, Seperti Bapak Ini Misalnya






Spoiler for sumber:
thread ; Opini TS
Seluruh gambar : Dokpri


Hari ini 21:56
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.