The Chaos
IndoForum Beginner E
- No. Urut
- 74427
- Sejak
- 29 Jun 2009
- Pesan
- 499
- Nilai reaksi
- 31
- Poin
- 28
> >> A very nice story,
> >> Sisihkan 3 menit dari hidup anda untuk membaca cerita ini,
> >> Semoga bermanfaat.
>
>
> >> Alkisah ada dua orang anak laki-laki, Bob dan Bib, yang sedang
> melewati
> >> lembah permen lolipop.
> >> Di tengah lembah itu terdapat jalan setapak yang beraspal.
> >> Di jalan itulah Bob dan Bib berjalan kaki bersama.
> >> Uniknya, dikiri-kanan jalan lembah itu terdapat banyak permen lolipop
>
> >> yang
> >> berwarni-warni dengan aneka rasa. Permen-permen yang terlihat seperti
> >> berbaris itu seakan menunggu tangan-tangan kecil Bob dan Bib untuk
> >> mengambil dan menikmati kelezatan mereka.
> >> Bob sangat kegirangan melihat banyaknya permen lolipop yang bisa
> diambil.
> >> Maka ia pun sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut.
> >> Ia mempercepat jalannya supaya bisa mengambil permen lolipop lainnya
> yang
> >> terlihat sangat banyak didepannya.
> >> Bob mengumpulkan sangat banyak permen lolipop yang ia simpan di dalam
> tas
> >> karungnya.
> >> Ia sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut tapi sepertinya
> >> permen-permen
> >> tersebut tidak pernah habis,
> >> maka ia memacu langkahnya supaya bisa mengambil semua permen yang
> >> dilihatnya.
> >> Tanpa terasa Bob sampai di ujung jalan lembah permen lolipop.
> >> Dia melihat gerbang bertuliskan "Selamat Jalan".
> >> Itulah batas akhir lembah permen lolipop.
> >> Di ujung jalan, Bob bertemu seorang lelaki penduduk sekitar.
> >> Lelaki itu bertanya kepada Bob, "Bagaimana perjalanan kamu di lembah
> >> permen
> >> lolipop?
> >> Apakah permen-permennya lezat? Apakah kamu mencoba yang rasa jeruk?
> >> Itu rasa yang paling disenangi. Atau kamu lebih menyukai rasa mangga?
> Itu
> >> juga sangat lezat."
> >> Bob terdiam mendengar pertanyaan lelaki tadi.
> >> Ia merasa sangat lelah dan kehilangan tenaga.
> >> Ia telah berjalan sangat cepat dan membawa begitu banyak permen
> lolipop
> >> yang terasa berat di dalam tas karungnya.
> >> Tapi ada satu hal yang membuatnya merasa terkejut dan ia pun menjawab
> >> pertanyaan lelaki itu, "Saya lupa makan permennya!"
> >> Tak berapa lama kemudian, Bib sampai di ujung jalan lembah permen
> >> lolipop.
> >> "Hai, Bob! Kamu berjalan cepat sekali.
> >> Saya memanggil-manggil kamu tapi kamu sudah sangat jauh di depan
> saya."
> >> "Kenapa kamu memanggil saya?" tanya Bob.
> >> "Sayaingin mengajak kamu duduk dan makan permen anggur bersama.
> >> Rasanya lezat sekali.
> >> Juga saya menikmati pemandangan lembah, indah sekali!" Bib bercerita
> >> panjang lebar kepada Bob.
> >> "Lalu tadi ada seorang kakek tua yang sangat kelelahan.
> >> Saya temani dia berjalan. Saya beri dia beberapa permen yang ada di
> tas
> >> saya.
> >> Kami makan bersama dan dia banyak menceritakan hal-hal yang lucu.
> >> Kami tertawa bersama." Bib menambahkan.
> >> Mendengar cerita Bib, Bob menyadari betapa banyak hal yang telah ia
> >> lewatkan dari lembah permen lolipop yang sangat indah.
> >> Ia terlalu sibuk mengumpulkan permen-permen itu.
> >> Tapi pun ia sampai lupa memakannya dan tidak punya waktu untuk
> menikmati
> >> kelezatannya karena ia begitu sibuk memasukkan semua permen itu ke
> dalam
> >> tas karungnya.
> >> Di akhir perjalanannya di lembah permen lolipop, Bob menyadari suatu
> hal
> >> dan ia bergumam kepada dirinya sendiri, "Perjalanan ini bukan tentang
> >> berapa banyak permen yang telah saya kumpulkan.
> >> Tapi tentang bagaimana saya menikmatinya dengan berbagi dan
> berbahagia."
> >> Ia pun berkata dalam hati, "Waktu tidak bisa diputar kembali."
> >> Perjalanan di lembah lolipop sudah berlalu dan Bob pun harus
> melanjutkan
> >> kembali perjalanannya.
> >> Dalam kehidupan kita, banyak hal yang ternyata kita lewati begitu
> saja.
> >> Kita lupauntuk berhenti sejenak dan menikmati kebahagiaan hidup.
> >> Kita menjadi Bob di lembah permen lolipop yang sibuk mengumpulkan
> permen
> >> tapi lupa untuk menikmatinya dan menjadi bahagia.
> >> Pernahkan Anda bertanya kapan waktunya untuk merasakan bahagia?
> >> Jika saya tanyakan pertanyaan tersebut kepada para klien saya,
> biasanya
> >> mereka menjawab, "Saya akan bahagia nanti...
> >> nanti pada waktu saya sudah menikah...
> >> nanti pada waktu saya memiliki rumah sendiri...
> >> nanti pada saat suami saya lebih mencintai saya...
> >> nanti pada saat saya telah meraih semua impian saya...
> >> nanti pada saat penghasilan sudah sangat besar... "
> >> Pemikiran 'nanti' itu membuat kita bekerja sangat keras di saat
> >> sekarang'.
> >> Semuanya itu supaya kita bisa mencapai apa yang kita konsepkan
> tentang
> >> masa
> >> 'nanti' bahagia.
> >> Terkadang jika saya renungkan hal tersebut, ternyata kita telah
> >> mengorbankan begitu banyak hal dalam hidup ini untuk masa 'nanti'
> >> bahagia.
> >> Ritme kehidupan kita menjadi sangat cepat tapi rasanya tidak pernah
> >> sampai
> >> di masa 'nanti' bahagia itu.
> >> Ritme hidup yang sangat cepat... target-target tinggi yang harus kita
> >> capai, yang anehnya kita sendirilah yang membuat semua target itu...
> >> tetap semuanya itu tidak pernah terasa memuaskan dan membahagiakan.
> >> Uniknya, pada saat kita memelankan ritme kehidupan kita;
> >> pada saat kita duduk menikmati keindahan pohon bonsai di beranda
> depan,
> >> pada saat kita mendengarkan cerita lucu anak-anak kita,
> >> pada saat makan malam bersama keluarga,
> >> pada saat kita duduk bermeditasi atau pada saat membagikan beras
> dalam
> >> acara bakti sosial tanggap banjir;
> >> terasa hidup menjadi lebih indah.
> >> Jika saja kita mau memelankan ritme hidup kita dengan penuh
> kesadaran;
> >> memelankan ritme makan kita,
> >> memelankan ritme jalan kita dan menyadari setiap gerak tubuh kita,
> >> berhenti sejenak dan memperhatikan tawa indah anak-anak bahkan
> menyadari
> >> setiap hembusan nafas maka kita akan menyadari begitu banyak detil
> >> kehidupan yang begitu indah dan bisa disyukuri.
> >> Kita akan merasakan ritme yang berbeda dari kehidupan yang ternyata
> jauh
> >> lebih damai dan tenang.
> >> Dan pada akhirnya akan membawa kita menjadi lebih bahagia dan
> bersyukur
> >> seperti Bib yang melewati perjalanannya di lembah permen lolipop.
> >> Sisihkan 3 menit dari hidup anda untuk membaca cerita ini,
> >> Semoga bermanfaat.
>
>
> >> Alkisah ada dua orang anak laki-laki, Bob dan Bib, yang sedang
> melewati
> >> lembah permen lolipop.
> >> Di tengah lembah itu terdapat jalan setapak yang beraspal.
> >> Di jalan itulah Bob dan Bib berjalan kaki bersama.
> >> Uniknya, dikiri-kanan jalan lembah itu terdapat banyak permen lolipop
>
> >> yang
> >> berwarni-warni dengan aneka rasa. Permen-permen yang terlihat seperti
> >> berbaris itu seakan menunggu tangan-tangan kecil Bob dan Bib untuk
> >> mengambil dan menikmati kelezatan mereka.
> >> Bob sangat kegirangan melihat banyaknya permen lolipop yang bisa
> diambil.
> >> Maka ia pun sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut.
> >> Ia mempercepat jalannya supaya bisa mengambil permen lolipop lainnya
> yang
> >> terlihat sangat banyak didepannya.
> >> Bob mengumpulkan sangat banyak permen lolipop yang ia simpan di dalam
> tas
> >> karungnya.
> >> Ia sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut tapi sepertinya
> >> permen-permen
> >> tersebut tidak pernah habis,
> >> maka ia memacu langkahnya supaya bisa mengambil semua permen yang
> >> dilihatnya.
> >> Tanpa terasa Bob sampai di ujung jalan lembah permen lolipop.
> >> Dia melihat gerbang bertuliskan "Selamat Jalan".
> >> Itulah batas akhir lembah permen lolipop.
> >> Di ujung jalan, Bob bertemu seorang lelaki penduduk sekitar.
> >> Lelaki itu bertanya kepada Bob, "Bagaimana perjalanan kamu di lembah
> >> permen
> >> lolipop?
> >> Apakah permen-permennya lezat? Apakah kamu mencoba yang rasa jeruk?
> >> Itu rasa yang paling disenangi. Atau kamu lebih menyukai rasa mangga?
> Itu
> >> juga sangat lezat."
> >> Bob terdiam mendengar pertanyaan lelaki tadi.
> >> Ia merasa sangat lelah dan kehilangan tenaga.
> >> Ia telah berjalan sangat cepat dan membawa begitu banyak permen
> lolipop
> >> yang terasa berat di dalam tas karungnya.
> >> Tapi ada satu hal yang membuatnya merasa terkejut dan ia pun menjawab
> >> pertanyaan lelaki itu, "Saya lupa makan permennya!"
> >> Tak berapa lama kemudian, Bib sampai di ujung jalan lembah permen
> >> lolipop.
> >> "Hai, Bob! Kamu berjalan cepat sekali.
> >> Saya memanggil-manggil kamu tapi kamu sudah sangat jauh di depan
> saya."
> >> "Kenapa kamu memanggil saya?" tanya Bob.
> >> "Sayaingin mengajak kamu duduk dan makan permen anggur bersama.
> >> Rasanya lezat sekali.
> >> Juga saya menikmati pemandangan lembah, indah sekali!" Bib bercerita
> >> panjang lebar kepada Bob.
> >> "Lalu tadi ada seorang kakek tua yang sangat kelelahan.
> >> Saya temani dia berjalan. Saya beri dia beberapa permen yang ada di
> tas
> >> saya.
> >> Kami makan bersama dan dia banyak menceritakan hal-hal yang lucu.
> >> Kami tertawa bersama." Bib menambahkan.
> >> Mendengar cerita Bib, Bob menyadari betapa banyak hal yang telah ia
> >> lewatkan dari lembah permen lolipop yang sangat indah.
> >> Ia terlalu sibuk mengumpulkan permen-permen itu.
> >> Tapi pun ia sampai lupa memakannya dan tidak punya waktu untuk
> menikmati
> >> kelezatannya karena ia begitu sibuk memasukkan semua permen itu ke
> dalam
> >> tas karungnya.
> >> Di akhir perjalanannya di lembah permen lolipop, Bob menyadari suatu
> hal
> >> dan ia bergumam kepada dirinya sendiri, "Perjalanan ini bukan tentang
> >> berapa banyak permen yang telah saya kumpulkan.
> >> Tapi tentang bagaimana saya menikmatinya dengan berbagi dan
> berbahagia."
> >> Ia pun berkata dalam hati, "Waktu tidak bisa diputar kembali."
> >> Perjalanan di lembah lolipop sudah berlalu dan Bob pun harus
> melanjutkan
> >> kembali perjalanannya.
> >> Dalam kehidupan kita, banyak hal yang ternyata kita lewati begitu
> saja.
> >> Kita lupauntuk berhenti sejenak dan menikmati kebahagiaan hidup.
> >> Kita menjadi Bob di lembah permen lolipop yang sibuk mengumpulkan
> permen
> >> tapi lupa untuk menikmatinya dan menjadi bahagia.
> >> Pernahkan Anda bertanya kapan waktunya untuk merasakan bahagia?
> >> Jika saya tanyakan pertanyaan tersebut kepada para klien saya,
> biasanya
> >> mereka menjawab, "Saya akan bahagia nanti...
> >> nanti pada waktu saya sudah menikah...
> >> nanti pada waktu saya memiliki rumah sendiri...
> >> nanti pada saat suami saya lebih mencintai saya...
> >> nanti pada saat saya telah meraih semua impian saya...
> >> nanti pada saat penghasilan sudah sangat besar... "
> >> Pemikiran 'nanti' itu membuat kita bekerja sangat keras di saat
> >> sekarang'.
> >> Semuanya itu supaya kita bisa mencapai apa yang kita konsepkan
> tentang
> >> masa
> >> 'nanti' bahagia.
> >> Terkadang jika saya renungkan hal tersebut, ternyata kita telah
> >> mengorbankan begitu banyak hal dalam hidup ini untuk masa 'nanti'
> >> bahagia.
> >> Ritme kehidupan kita menjadi sangat cepat tapi rasanya tidak pernah
> >> sampai
> >> di masa 'nanti' bahagia itu.
> >> Ritme hidup yang sangat cepat... target-target tinggi yang harus kita
> >> capai, yang anehnya kita sendirilah yang membuat semua target itu...
> >> tetap semuanya itu tidak pernah terasa memuaskan dan membahagiakan.
> >> Uniknya, pada saat kita memelankan ritme kehidupan kita;
> >> pada saat kita duduk menikmati keindahan pohon bonsai di beranda
> depan,
> >> pada saat kita mendengarkan cerita lucu anak-anak kita,
> >> pada saat makan malam bersama keluarga,
> >> pada saat kita duduk bermeditasi atau pada saat membagikan beras
> dalam
> >> acara bakti sosial tanggap banjir;
> >> terasa hidup menjadi lebih indah.
> >> Jika saja kita mau memelankan ritme hidup kita dengan penuh
> kesadaran;
> >> memelankan ritme makan kita,
> >> memelankan ritme jalan kita dan menyadari setiap gerak tubuh kita,
> >> berhenti sejenak dan memperhatikan tawa indah anak-anak bahkan
> menyadari
> >> setiap hembusan nafas maka kita akan menyadari begitu banyak detil
> >> kehidupan yang begitu indah dan bisa disyukuri.
> >> Kita akan merasakan ritme yang berbeda dari kehidupan yang ternyata
> jauh
> >> lebih damai dan tenang.
> >> Dan pada akhirnya akan membawa kita menjadi lebih bahagia dan
> bersyukur
> >> seperti Bib yang melewati perjalanannya di lembah permen lolipop.