• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

12 Mata Rantai Kehidupan yg melelahkan.. (siklus kelahiran-kematian tiada akhir)

lauzart

IndoForum Newbie A
No. Urut
14768
Sejak
27 Apr 2007
Pesan
273
Nilai reaksi
5
Poin
18
12 MATA RANTAI KEHIDUPAN,
beserta Ilustrasi & Penjelasannya

Mata Rantai Pertama
Avijja/Avidya (Kebodohan Batin / Ignorance): Diilustrasikan dengan Gambar Orang Buta. Ia dikuasai secara total oleh Ketidak Tahuan. Senantiasa Berpegang atau bersandar pada Khayalan dan Pandangan Salah tentang adanya "Diri yang Kekal" atau “Aku yang Kekal”. Karena tidak dapat menembus Empat Kesunyataan Mulia, sebagai akibat nya, ia Tergantung dan Haus terhadap Objek-objek kesenangan Indriya. Ketidak-tahuan tentang Kehidupan menyebabkan Kemelekatan tentang AKU, sebagai sesuatu yang abadi yang tidak akan hancur atau musnah. Khayalan ini berhubungan dengan gagasan untuk pertahanan diri karena kekurangan wawasan tentang kenyataan yang ada. Karena itu Avijja menggambarkan khayalan manusia, yang dipenuhi dengan kebodohan (Moha) dan tidak dapat menyadari kebenaran. Hingga hal ini di lukiskan dengan seorang Buta, yang tidak tahu kemana arah tujuannya karena tidak dapat melihat dan melakukannya dengan baik.

Ignorance – Avijja – Avidya – Kebodahan. Ketidak mengertian tetang Empat KeSunyataan Mulia adalah Penyebab Utama bermulanya Roda Kehidupan. Dengan kata lain, Ketidak tahuan dari sifat benda yang sejati sebagai mana adanya, atau karena Ketidak tahuan atas Hakekat dari Diri Sendiri. Pandangan Salah senantiasa menyelimuti semua Pengertian Benar. “Kebodohan merupakan khayalan yang paling dalam, yang mana membuat kita berkelana selama ini di dalam Samsara” Buddha Gautama. Bergantung pada Ketidak Tahuan timbul Bentuk Aktifitas (Sankhara/Samskara).

Mata Rantai Kedua
Sankhara/Samskara (Volitional activities/Bentuk2 Aktifitas): Diwakilkan dengan gambar Tukang Keramik yang sedang membuat Guci. Ia mencoba membentuk sesuatu dari material yang telah tersedia. Ini menunjuk pada Bentuk, Rasa, Bau, Suara, Objek Yang Nyata dan Persepsi yang terbentuk melalui Kontak Pikiran. Pikiran yang tidak terkontrol selalu penuh dengan rangsangan, emosi dan bermacam macam pemikiran ketika terjadi kontak antara salah satu dari enam indera dengan objek. Hal ini akan menyebabkan bermacam macam bentuk KARMA. {Perasaan Suka (merit) dan Tidak Suka (demerit). Atau juga akan memunculkan perasaan Netral yang mana hal ini tidak dapat dikategorikan sebagai sesuatu yang bajik maupun bukan bajik}. Jadi Sankhara adalah penyebab dari semua Dorongan Hati dan Emosi.

Activities – Sankhara – Samskara – Bentuk Aktifitas. Sankhara berarti semua KEHENDAK / KEINGINAN Tidak Baik (immoral/akusala), Baik (moral/kusala) dan yang tidak tergoyahkan (unshakable/anenja). Hal ini merupakan Karma Penghasil dari Tumimbal Lahir. Juga termasuk dalam Sankhara yaitu semua Pikiran, Ucapan dan Tindakan, Baik atau Buruk, yang langsung berakar pada, atau tak langsung ternoda oleh Kebodohan, hal ini tentunya menghasilkan akibat yang cenderung memperpanjang pengembaraan kita didalam samsara. Bergantung pada Bentuk Aktifitas menimbulkan Kesadaran Menyambung (patisandhi-vinnana) pada kelahiran yang berikut.

Mata Rantai Ketiga
Vinnana/Vijnanam (Consciousness) Kesadaran Menyambung: yaitu Batin yang berpindah dari satu kehidupan ke kehidupan yang berikut nya, terkadang ke alam yang lebih tinggi dan terkadang ke alam yang lebih rendah. Ini dilukiskan sebagai seekor Kera yang bergelantungan naik dan turun dari satu dahan ke dahan yang lainnya. dengan memegang Kristal yang melukiskan Pikiran Resah yang senantiasa melompat lompat, muncul dan lenyap. Kristal melambangkan Akibat dari Tindakan yang dilakukan. Apabila kristalnya Bening, berarti Kebajikan di sana; tetapi kalau Kristalnya Keruh, maka demikian pula Tindakan, Ucapan dan Pikirannya. Rumah melambangkan 6 landasan indera (Ayatana). Kesadaran menyambung sedang melirik atau mencari tempat/rahim yang sesuai untuk dapat di lahirkan kembali.

Rebirth-consciousness (or relinking-consciousness) Kesadaran Menyambung – patisandhi-vinnana. Disebut Kesadaran Menyambung karena yang menghubungkan masa lalu dengan kelahiran saat ini, proses ini yang menghasilkan kelompok Batin dan kelompok Materi pada saat pembuahan. Kesadaran awal yang disebut dengan istilah patisandhi vinnana (kesadaran kelahiran kembali). Janin yang di kandungan seorang ibu terbentuk oleh kombinasi ini, menghubungkan kesadaran untuk dilahirkan kembali dengan sel sperma dan ovum orang-tua (Organisme). Pada kesadaran ini terpendam atau tersembunyi semua Kesan, Sifat dan Kecenderungan setiap mahluk dalam Arus Lingkaran Kehidupan. Bergantung pada Kesadaran Menyambung timbullah Badan Jasmani Nama Rupa

Mata Rantai Keempat
Mind and Matter – Nama-Rupa (Jasmani dan Batin). Digambarkan oleh sepasang pria dan wanita menumpang di atas sebuah kapal. Wujud/Bentuk Fisik dilambangkan oleh Kapal sedangkan Pikiran / Kesadaran diwakili oleh Orang / Penumpang. Kendati kedua hal ini berbeda, namun mereka Tergantung / Saling Membutuhkan satu sama lain. Demikian pula Tubuh dan Batin pada saat terlahir kembali, membutuhkan perahu untuk berlayar di lautan, Organisme tertentu membutuhkan Wadah Tubuh dan Batin untuk mengarungi samudera samsara.

Mind and matter – Nama-rupa. Nama menunjukkan 3 kelompok – perasaan (vedana), persepsi (sanna) dan keadaan mental (samkhara), muncul bersamaan kesadaran penyambung. Rupa menunjukkan 3 bagian – kaya (tubuh), bhava (Jenis Kelamin), and vatthu (unsur pokok) – juga muncul bersamaan dengan kesadaran penyambung, dan terkondisikan oleh karma lampau. Kondisi Badan Jasmani terdiri atas Empat Unsur – Padat (pathavi), Cair (apo), Panas (tejo) dan Gerak (vayo); dengan Empat Hal yang mengikuti – Warna (vanna), Bau (gandha), Rasa (rasa), Intisari Gizi (oja), ditambah dengan Tenaga Hidup/Vitalitas (jivitindria) dan Badan/Tubuh (kaya). Jenis Kelamin tidak berkembang pada saat pembuahan, tetapi berpotensi untuk terbentuk kemudian. Demikian pula Tak satu pun Jantung atau Otak yang berkembang pada saat Pembentukan. Banyak orang berpikir bahwa tempat Kedudukan Kesadaran (vatthu) terletak di jantung. Harus diperhatikan bahwa Buddha tidak menyetujui atau menolak teori jantung populer ini. Dalam Patthana yaitu ‘Buku Tentang Hubungan’, Buddha menyinggung Pusat Kesadaran dengan cara Tidak Langsung “Yam Rupam Nissaya – Bergantung pada Materi”, tidak dengan tegas menyatakan apakah Rupa sama dengan Jantung (Hadaya) atau Otak. Bergantung pada Nama Rupa timbullah Enam Landasan Indria

Mata Rantai KeLima
Salayatana – Sad-Ayatana (Six Sense Organs – Enam Landasan Indria). Diilustrasikan dengan gambar Rumah Kosong dengan Pintu dan Jendela sebagai Simbol dari Enam Landasan Indria. Gambar Rumah mewakili Badan Jasmani, Pintu melambangkan Pikiran, dan Jendela melukiskan Mata, Telinga, Hidung, Lidah dan Bentuk Fisik.

Six sense bases – Salayatana – Sad-Ayatana. Sejak masa pertumbuhan Janin, Enam Dasar Indria (Salayatana ) secara bertahap berkembang dengan pesat dari perwujudan Batin Dan Jasmani untuk terbentuk kemudian. Setelah melewati selang waktu tertentu, embrio yang setitik berkembang menjadi enam indria yang kompleks. Ke Enam Organ (Mata, Telinga, Hidung, Lidah, Tubuh dan Pikiran), Bersentuhan dengan masing masing Obyek (Bentuk, Suara, Bau, Rasa, Sesuatu yang dapat di Raba/Nyata dan Obyek Mental) membangkitkan keenam macam Kesadaran. Bergantung pada Enam Landasan Indria menimbulkan Kontak.

Mata Rantai Ke Enam
Phassa – Sparsa – Contact – Sentuhan. Dilukiskan dengan: Gambar Pasangan yang berpelukan melambangkan Kontak dari Kesadaran Pria dan Wanita yang muncul ketika Enam Indria mulai bekerja. Pengertian Kontak adalah perpaduan diantara KESADARAN dan ALAT INDRIA (Mata, Telinga, Hidung, Lidah, dan Tubuh) dengan OBYEK sesuai fungsinya masing masing, adalah bersifat Pribadi (Subyektif) dan tidak ada sangkut pautnya dengan orang lain (Impersonal). Sebagai akibatnya, Perasaan, Gerak Hati dan Emosi dihasilkan, juga Godaan, Rasa Rindu, Suka, Tidak Suka dan ke Tidak Seimbangan mengikuti.

Buddha mengatakan, Janganlah dianggap bahwa hanya dengan bersinggungan akan timbul Kontak (na sangatimatto eva phasso)
(GAMBAR kontak.jpg)
Bergantung Pada Kontak/Sentuhan muncul Perasaan–Sensasi

Mata Rantai Ke Tujuh
Vedana – Sensation – Perasaan. Di refleksikan dengan gambar seorang pria dengan kedua matanya yang terkena panah dan Ia dalam ke-adaan menderita yang amat sangat (sengsara). Ini menunjukkan Perasaan yang kuat, yang timbul berdasarkan pengalaman yang dialami oleh Indria, Hal ini mendorong gerak hati yang menggugah Sensasi – Kesan – Keadaan Mental. (Yang Membutakan). Hal itu dapat berupa Perasaan Netral (adukkhamasukha), Tidak Menyenangkan (domanassa) atau Menyenangkan (somanassa).

Feeling – Vedana – Sensasi. Bergantung pada Kontak, Perasaan (vedana) terbangkitkan. Perasaan atau Kesan inilah yang merupakan Provokator untuk menghasilkan suatu Tindakan, Suatu Perasaan (menyenangkan) menimbulkan Keserakahan atau (tidak menyenangkan) menimbulkan Kebecian. Perasaan – Sensasi – Kesan, merupakan Keadaan Mental yang menyertai semua Bentuk Kesadaran.

Pratitya – Samutpada. Akibat dari pengalaman Kontak yang dialami dari Mendengar, Mengecap, Mencium, Meraba / Menyentuh, dan Melihat (Obyek). Membawa Kesan/Keadaan Mental. Harus diketahui bahwa Kebahagiaan NIBBANA tidak berhubungan dengan perasaan manapun. Kebahagiaan NIRVANA tentunya merupakan Kebahagiaan Tertinggi (Nibbanam Paramam Sukham), Ini merupakan Kebahagiaan karena Bebas dari Penderitaan. Bukan suatu Kenikmatan dari Obyek yang menyenangkan manapun. Bergantung pada Perasaan timbul Nafsu Keinginan Rendah Tanha

Mata Rantai Ke Delapan
Tanha Trsna (Craving) Nafsu Keinginan Rendah. Terlukiskan dengan Gambar orang yang sedang menghisap Candu atau Narkoba. Ia mempunyai ketergantungan atau ketagihan, selalu mempunyai keinginan untuk menggunakan lebih dan lebih banyak lagi terhadap sesuatu yang memabukkan itu. Tidak ada Kata Puas, Ia tidak mengenal Rasa Cukup. Nafsu Keinginan Rendah tidak akan pernah Terpenuhi.

Craving – Tanha – Trsna – Nafsu Keinginan Rendah. Bergantung pada Perasaan menimbulkan Nafsu Keinginan Rendah (tanha), seperti halnya Kebodohan, merupakan faktor Penting dalam Pratitya Samutpada. Kemelekatan, Kehausan dan Cinta Individual merupakan pengejawantahan dari kata Tanha atau Trsna. Unsur Penting dalam Formula Roda Kehidupan adalah Ketidak tahuan dan Nafsu Keinginan, dua sebab utama Paticca Samuppada. Kebodohan menunjukkan pada sebab masa lalu yang membentuk saat ini. Nafsu Keinginan merupakan penyebab saat ini yang membentuk masa yang akan datang. (GAMBAR cewek.jpg)

Nafsu Keinginan di bedakan menjadi tiga:

Keinginan yang berhubungan dengan Hawa Nafsu (Badaniah) yaitu Kesenangan Indria (kamatanha)
Keinginan yang berhubungan dengan pandangan tentang Kekekalan/Keabadian, menggenggam erat-erat Lima Khanda (Materi, Perasaan, Persepsi, Niat dan Kesadaran) sebagai "aku" dan "milikku", sibuk di dalam berbagai Kegiatan yang bertujuan untuk Kelestarian Diri dan Pemuasan Pribadi (bhavatanha)
Keinginan yang berhubungan dengan Nafsu Kesenangan Indria dengan pandangan Kekosongan (vibhavatanha), misalnya menikmati atau memikirkan bahwa semua akan hancur setelah kematian. Ini merupakan sudut pandang materialistic.
Sehingga, dapat dikatakan Kebodohan sebagai kondisi yang Menopang, Nafsu Keinginan sebagai Tenaga Pendorong, dan Karma sebagai Faktor yang Mengarahkan, Kombinasi ini merupakan Kondisi Paling Purba di dalam Mata Rantai Asal Mula, maka Arus Kesadaran pun berjalan terus dari satu kehidupan menuju kehidupan lain di dalam lingkaran Samsara. Bergantung pada Nafsu Keinginan Rendah muncul Kemelekatan.

Mata Rantai Ke Sembilan
Upadana (Grasping) Kemelekatan. Dilukiskan dengan gambar Orang yang memetik buah dari sebuah pohon dengan Rakus. Meskipun keranjangnya telah penuh, Ia tetap saja memetik buah buah yang berada diatas pohon. Ia menjadi MELEKAT (Upadana) karena Nafsu Keinginan yang terus menerus (Tanha). Kemelekatan menimbulkan gagasan yang salah tentang “AKU” dan “Milikku”.

Grasping – Upadana – Kemelekatan. Bergantung pada Keinginan muncul Kemelekatan. Tanha bagaikan dalam gelap mencari benda untuk di curi. Upadana berhubungan dengan pencurian barang itu. Ada 4 macam Kemelekatan – yaitu, Kenikmatan Indria (sensualitas), Pandangan Salah, Ketergantungan pada Upacara (Protokol) Agama, dan Theory tentang Jiwa. Bergantung pada Kemelekatan timbul Bhava (Perwujudan)

Mata Rantai Ke Sepuluh
Bhava – Becoming – Proses Perwujudan. Dilukiskan dengan seorang wanita hamil yang mengindikasikan janin yang berada di dalam kandungannya. Perwujudan (Proses Menjadi) menandakan berbagai wahana dari Eksistensi/Kehidupan berhubungan dengan kehendak. Keberadaan Badan Jasmani dan Batin. Mengikuti Proses atau Konsep ‘Aku’, ‘Diri’, ‘Kesenangan’ dan ‘Kebencian’. Melekat pada Kepemilikan dan Perwujudan disebut Bhava atau Proses Menjadi Lagi.

Proses Menjadi – Actions or Becoming – Bhava. Bergantung pada keinginan, mendorong munculnya kammabhava (tindakan/aksi). Hal ini merujuk pada segala Perbuatan baik ataupun buruk yang membentuk Karma. Terdapat perbedaan kecil antara samkhara (kesadaran menyambung) dan kammabhava (proses menjadi), yaitu yang pertama menunjukkan masa lalu sedangkan yang kedua menunjukkan kehidupan saat ini. Dengan kata lain Kammabhava membentuk Kelahiran yang akan datang.

Mata Rantai Ke Sebelas
Jati – Birth – Kelahiran. Digambarkan dengan seorang wanita yang sedang melahirkan seorang bayi, refleksi Tumimbal Lahir dari berbagai mahluk ke Alam Kehidupan yang berbeda seperti; Pria, Wanita, Binatang dan sebagainya. Kelahiran merupakan akibat yang tidak dapat dielakkan dari Karma/Perbuatan masa lalu, yang dibentuk oleh Kemelekatan karena adanya Nafsu Keinginan Rendah. Nafsu keinginan hanya akan muncul jika ada Perasaan. Perasaan merupakan hasil dari Sentuhan/Kontak Indria dengan Obyeknya. Mengakibatkan Kelahiran dan Keberadaan berlangsung terus menerus tanpa akhir di Lingkaran Samsara. Bergantung pada Kelahiran menimbulkan Usia Tua dan Kematian.

Mata Rantai Ke Duabelas
Jara- Marana – Old age and Death – Usia Tua dan Kematian. Mata rantai terakhir ini, ditunjukkan oleh seorang tua yang meninggal kan rumahnya, dengan menggotong beban barang yang dimasukkan di dalam keranjang lalu diangkat dengan kedua pundaknya. Hal ini menjelaskan, Badan Jasmani akan ditinggalkan untuk selamanya dan tidak kembali lagi. Sementara barang yang dapat dibawa serta hanyalah Karma Baik dan Karma Buruk. Gambar Rumah, adalah representasi Badan Jasmani dan Harta Benda, serta semua yang kita Cintai, akan ditinggalkan. Kematian akan menimbulkan Kepedihan, Ratapan, Duka Cita, Kesedihan, Keputusasaan, Kekecewaan dan Perkabungan, pada saat berpisah dengan orang yang dicintai.

Birth – Jati – Kelahiran. Bergantung pada Proses Menjadi timbul Kelahiran (jati) dalam kehidupan selanjutnya. Yang dimaksud dengan Kelahiran adalah munculnya Perwujudan Batin dan Jasmani (the psycho-physical phenomena) khandhanam patubhavo. Old age & death – jaramarana – Kematian. Usia Tua dan Kematian jaramarana merupakan Hasil Kelahiran yang tidak dapat dielakkan.


Paticca Samuppada
Rumusan selengkapnya bisa disimpulkan sebagai berikut:
Bergantung pada Ketidak Tahuan muncul Bentuk Bentuk Aktifitas.
Bergantung pada Bentuk Bentuk Aktifitas muncul Kesadaran Menyambung.
Bergantung pada Kesadaran Menyambung muncul Batin dan Jasmani.
Bergantung pada Batin dan Jasmani muncul Enam Indria.
Bergantung pada Enam Indria muncul Kontak.
Bergantung pada Kontak muncul Perasaan.
Bergantung pada Perasaan muncul Nafsu Keinginan Rendah.
Bergantung pada Nafsu Keinginan Rendah muncul Kemelekatan.
Bergantung pada Kemelekatan muncul Perwujudan.
Bergantung pada Perwujudan muncul Kelahiran.
Bergantung pada Kelahiran muncul Usia tua dan Kematian.
Demikianlah keseluruhan Kelompok Penderitaan itu Muncul

Dalam Urutan Terbalik:
Dengan Padamnya Ketidak Tahuan menyebabkan berhentinya Bentuk Bentuk Aktifitas.
Dengan Padamnya Bentuk bentuk Aktifitas menyebabkan berhentinya Kesadaran Menyambung.
Dengan Padamnya Kesadaran Menyambung menyebabkan berhentinya Batin dan Jasmani.
Dengan Padamnya Batin dan Jasmani menyebabkan berhentinya Enam Indria.
Dengan Padamnya Enam Indria menyebabkan berhentinya Kontak.
Dengan Padamnya Dengan Padamnya Kontak menyebabkan berhentinya Perasaan.
Dengan Padamnya Perasaan menyebabkan berhentinya Nafsu Keinginan Rendah.
Dengan Padamnya Nafsu Keinginan Rendah menyebabkan berhentinya Kemelekatan.
Dengan Padamnya Kemelekatan menyebabkan berhentinya Perwujudan.
Dengan Padamnya Perwujudan menyebabkan berhentinya menyebabkan berhentinya Kelahiran Kembali.
Dengan Padamnya Kelahiran menyebabkan berhentinya Usia Tua dan Kematian.
Demikianlah hasil padamnya kelompok Penderitaan secara keseluruhan

Proses Sebab Musabab Yang saling Menjadikan ini berlangsung terus menerus. Awal Pertama proses ini Tidak Bisa ditentukan karena tidak mungkin menelusuri Lingkaran Kehidupan ini hingga pada suatu saat, ketika Kehidupan ini tidak diliputi oleh KeBodohan atau KeTidak Tahuan. Tetapi jika Kebodohan diganti atau diisi dengan Kebijaksanaan / Wisdom dan dapat merealisasikan Nibbana Dhatu pada Lingkaran Kehidupan ini, maka pada saat itu juga Proses Tumimbal Lahir berhenti.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.