• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

My Philosophy Corner

  • Pembuat thread awal. Pembuat thread awal. PHOEN1X
  • Tanggal Mulai Tanggal Mulai

PHOEN1X

IndoForum Newbie B
No. Urut
3543
Sejak
21 Jul 2006
Pesan
184
Nilai reaksi
1
Poin
18
AWARENESS

BUTIR - BUTIR MUTIARA PENCERAHAN

Dalam kesendirian, keheningan seperti ini, ketergantungan kita
hilang. Kemampuan kita untuk mencintai akan muncul. Seseorang tidak
akan lagi memandang sesamanya sebagai alat untuk memuaskan
kecanduannya. Hanya orang yang pernah mencoba usaha ini mengetahui
betapa mengerikannya proses yang harus dijalani. Prosesnya seperti
mengundang diri Anda sendiri untuk mati. Prosesnya seperti meminta
orang malang yang mengalami kecanduan obat bius untuk melepaskan satu-
satunya cara yang diketahuinya untuk memperoleh kebahagiaan.
Dapatkah Anda bayangkan dalam hidup Anda untuk menolak untuk
menikmati atau merasakan enaknya kata pujian atau meletakan kepala
Anda di bahu seseorang untuk mendapatkan dukungan? Pikirkan suatu
kehidupan dimana Anda tidak tergantung secara emosional kepada
siapapun, sehingga tidak ada lagi orang yang mempunyai kekuasaan
untuk membuat hidup Anda bahagia atau membuat Anda menderita. Anda
menolak untuk membutuhkan orang khusus tertentu atau menjadi orang
istimewa bagi seseorang yang Anda anggap milik Anda. Burung di udara
mempunyai sarang dan rubah mempunyai lubang, tetapi Anda tidak
mempunyai tempat beristirahat untuk meletakan kepala Anda dalam
perjalanan hidup ini. Bila Anda berada dalam keadan itu, pada
akhirnya Anda akan tahu apa artinya memandang dengan visi yang jernih
dan tidak tertutup oleh ketakutan dan keinginan. Setiap kata
dimengerti apa adanya. Pada akhirnya melihat dengan visi yang jernih
dan tidak tertutup oleh keinginan. Anda akan mengetahui artinya
cinta. Tetapi untuk dapat sampai ke daerah tempat cinta, Anda harus
melewati padang kematian. Untuk dapat mencintai sesama, kebutuhan
Anda akan sesama harus mati dan Anda benar- benar sendiri.
Bagaimana Anda dapat sampai ke tempat itu? Dengan terus menerus
berusaha untuk sadar, dengan kesabaran dan kesetiaan tanpa batas
seperti yang Anda berikan kepada kecanduan Anda akan obat bius. Denga
mengembangkan selera kepada hal - hal yang baik dalam hidup untuk
mengimbangi kebutuhan Anda yang sangat kuat akan obat bius.
Mula - mulanya nampaknya hal ini seperti tidak tertahankan. Tetapi
hal ini hanya disebabkan Anda tidak terbiasa pada kesendirian. Bila
Anda berusaha untuk bertahan selam beberapa waktu, gurun itu aka
tiba - tiba merekah menjaadi cinta. Hati Anda akan meluap dipenuhi
nyanyian. Dan musin semi akan berlangsung selamanya, obat bius itu
akan menjauh ; Anda akan bebas. Sesudah itu Anda akan mengerti arti
kebebasan, arti cinta, arti kebahagiaan, arti realitas, arti
kebenaran, arti Tuhan. Anda akan melihat, Anda akan melihat sesuatu
yang ada di luar jangkauan konsep dan pembiasaan yang sudah Anda
alami, kecanduan dan keterikatan. Apakah semua ini masuk akal bagi
Anda?

Biarkan saya mengakhiri pembicaran ini dengan suatu cerita yang
indah. Ada seorang yang menemukan bagaimana cara untuk membuat api.
Dia membawa peralatannya dan berangkat ke tempat tinggal suku di
daerah utara yang sangat dingin, dingin yang menggigit. Dia
mengajarkan kepada orang - orang di sana untuk membuat api. Orang -
orang itu sangat tertarik.Dia mengajarkan mereka bagaimana
menggunakan api, mereka dapat memasak, mereka dapat menghangatkan
tubuh mereka, dan lain-lain. Mereka sangat berterima kasih bahwa
mereka sudah belajar seni untuk membuat api. Tetapi sebelum mereka
sempat mengungkapkan rasa terima kasih merreka kepada orang itu,
orang tu menghilang. Dia tidak peduli dengan pengakuan atau rasa
terima kasih ; dia hanya pedui dengan kesejahteraan orang - orang.
Dia pergi ke suku lain dan mulai menunjukan kepada mereka arti
penemuannya. Orang-orang di sana juga tertarik, tetapi terlalu
tertarik menurut pendapat pendeta-pendeta yang ada di sana, yang
mengamati bahwa orang itu menarik sangat banyak orang untuk
mendekatinya sehingga pendeta-pendeta itu kehilangan popularitas.
Karena itu mereka memutuskan untuk menyingkirkan orang itu. Mereka
meracuni orang itu, menyalibkannya, atau apa saja cara yang menurut
Anda dapat dilakukan. Tetapi kemudian mereka takut menghadapi orang -
orang yang mungkin akan memberontak terhadap mereka, sehingga mereka
mengambil tindakan yang bijaksana atau bahkan cerdik cenderung licik.
Tahukah Anda apa yang mereka lakukan? Mereka membuat potret orang itu
dan memasangnya ditempat yang tinggi di altar utama kuil mereka. Alat-
alat untuk membuat api diletakan di depan potret orang itu, dan orang-
orang diajarkan cara untuk memuja potret itu dan memberi penghormatan
kepada alat untuk membuat api itu, dan hal ini berlangsung terus,
tetapi tidak ada api yang dibuat lagi.
Dimanakah api itu ? Dimanakah cinta ? Dimanakah obat bius yang sudah
tercabut dari sistem yang Anda miliki ? Dimanakah kebebasan ? Semua
itulah yang dibahas dalam spiritualitas. Tragisnya kita cenderung
kurang memperhatikan hal itu, bukan ? Semua itulah yang dibicarakan
Yesus Kristus. Tetapi tidakkah kita lebih menekankan penghormatan
dengan menyebutnya, "Guru, Guru" ? Dimanakah api itu ? Dan bila
pemujaan tidak mengarahkan kita ke pada api, bila penghormatan tidak
mengarahkan kita kepada cinta, bila liturgi tidak mengarahkan kita
kepada pandangan yang lebih jelas mengenai realitas, bila Tuhan tidak
mengarahkan kita kepada kehidupan, apakah gunanya agama kecuali
menimbulkan lebih banyak pengelompokan, lebih banyak fanatisme, lebih
banyak pertentangan? Semua itu terjadi bukan karena kurangnya agama
dalam arti kata yang paling sederhana bahwa dunia sedang menderita,
hal ini terjadi karena kurangnya cinta, kurangnya kesadaran. Dan
cinta memancar dari kesadaran kita dan tidak ada cara lain, tidak ada
cara lain. Pahami hambatan-hambatan yang Anda letakan di jalan menuju
cinta, kebebasan, dan kebahagiaan, dan hambatan-hambatan itu akan
lepas. Nyalakan cahaya kesadaran dan kegelapan akan sirna.
Kebahagiaan bukan sesuatu yang Anda peroleh ; cinta bukan sesuatu
yang Anda buat ; cinta bukan sesuatu yang Anda miliki, cinta adalah
sesuatu yang memiliki Anda. Anda tidak memiliki angin, bintang -
bintang, dan hujan. Anda tidak memiliki hal - hal itu ; Anda menyerah
pasrah kepada hal - hal itu. Dan kepasrahan terjadi saat Anda
menyadari ilusi Anda, pada saat Anda menyadari kecanduan Anda, pada
saat Anda menyadari keinginan dan ketakutan Anda.

Ah, begitu banyak waktu disediakan untuk memuja, untuk menyanyikan
puji-pujian, dan menyanyikan lagu - lagu yang kan lebih banyak
membuahkan hasil jika disertai pengertian mengenai diri kita sendiri.
Kita harus selalu waspada dalam melakukan pemujaan yang hanya
merupakan gangguan terhadap usaha yang terpenting dalam hidup ini.
Hidup berarti melepaskan diri dari semua hambatan dan hidup pada saat
ini dengan penuh kesegaran. "Burung-burung di udara ... mereka tidak
memintal dan juga tidak menenun" - itulah hidup. Saya mulai dengan
mengatakan bahwa orang-orang `tertidur', `mati'.Orang `mati'
menjalankan pemerintahan, orang `mati' menyelenggarakan usaha besar,
orang `mati' mendidik orang lain ; bangkitlah
dari `mati', `hiduplah'! Pemujaan harus membantu usaha untuk bangkit
dari `mati' ini, jika tidak maka tidak ada gunanya. Dan semakin Anda
mengetahui hal ini dan demikian juga saya, semakin banyak kita
kehilangan orang-orang muda dimana-mana. Mereka membenci kita ;
mereka tidak tertarik untuk memahami lebih banyak ketakutan dan
perasaan bersalah dibebankan kepada mereka. Mereka tidak tertarik
untuk mendengarkan lebih banyak kotbah dan nasehat. Tetapi mereka
tertarik untuk belajar tentang cinta. Bagaimana saya dapat bahagia?
Bagaimana saya dapat hidup? Bagaimana saya dapat mencicipi hal-hal
yang luar biasa yang diungkapkan oleh para mistik?

Suatu hari saya akan menulis buku dengan judul "Saya seorang keledai
dan Anda seorang keledai". Buku itu akan menjadi sesuatu yang sangat
melegakan dunia ini, pada saat Anda secara terbuka mengakui bahwa
Anda seekor keledai. Merupakan hal yang luar biasa bila orang
mengatakan kepada saya, "Anda salah". Saya berkata, "Apa yang dapat
Anda harapkan dari seekor keledai?"
Pelucutan senjata, setiap orang harus melucuti senjatanya. Dalam
pembebasan yang terdalam, saya seekor keledai, Anda seekor keledai.
Yang biasanya terjadi adalah saya menekan tombol Anda naik, saya
menekan tombol lain, Anda turun. Dan Anda menyukai hal itu. Berapa
orang yang Anda kenal yang tidak terpengaruh pujian atau kritik? Kita
menganggap hal itu tidak manusiawi. Manusiawi diartikan sebagai
kenyataan bahwa Anda harus seperti monyet kecil, sehingga setiap orang dapat
memutar ekor Anda, dan Anda melakukan hal-hal yang sepantasnya Anda lakukan.

Awareness - Butir-butir Mutiara Pencerahan
- Anthony De Mello, SJ.
 
Kebijaksanaan & Cinta

Kebijaksanaan & Cinta

Gambaran lain yang indah : ini cerita yang berasal dari Timur Jauh, tapi
saya tidak ingat tepatnya dari mana. Seperti juga halnya injil, siapa
pengarangnya tidak lah penting. Apa yang dikatakan, itulah yang penting.
"Bila mata tidak terhalang maka hasilnya adalah penglihatan; bila
telinga tidak terhalang maka hasilnya adalah pendengaran; bila hidung
tidak terhalang maka hasilnya adalah penciuman; jika mulut tidak
terhalang maka hasilnya adalah pengecapan; bila pikiran tidak terhalang
maka hasilnya adalah Kebijaksanaan."

Kebijaksanaan hadir pada saat Anda melepaskan semua penghalang yang Anda
ciptakan sendiri melalui konsep dan proses pembiasaan yang Anda alami.
Kebijaksanaan bukanlah sesuatu yang didapatkan; kebijaksanaan bukanlah
pengalaman; kebijaksanaan bukanlah penerapan ilusi yang Anda dapatkan
kemarin untuk memecahkan persoalan hari ini.

Kebijaksanaan berarti kepekaan terhadap situasi tertentu, pada orang
tertentu, tidak terpengaruh oleh pengalaman masa lalu yang masih melekat
dalam ingatan atau oleh sisa-sisa ingatan mengenai pengalaman di masa lalu.

Saya akan menambahkan satu kalimat lain pada kalimat yang sudah saya
baca tadi : "Bila hati tidak terhalang maka hasilnya adalah Cinta."


Taken from :

AWARENESS
BUTIR-BUTIR MUTIARA PENCERAHAN
- ANTHONY DE MELLO
 
Jatuh Cinta

JATUH CINTA

Kita semua memiliki daftar kriteria yang kita bawa kemana-mana, dan daftar
kriteria itu kita pergunakan untuk mengukur segala sesuatu yang kita
jumpai - tinggi, kulit hitam, tampan, sesuai dengan selera saya. "Saya suka
suaranya." Anda mengatakan, "Saya jatuh cinta." Anda tidak jatuh cinta, Anda
adalah keledai dungu. Setiap saat Anda jatuh cinta - saya ragu untuk
mengatakan hal ini - Anda benar-benar bodoh. Duduklah dan perhatikan apa
yang sedang terjadi pada diri Anda. Anda sedang melarikan diri dari diri
Anda sendiri. Anda ingin menghindar.
Suatu saat seseorang berkata, "Syukur kepada Allah untuk semua kenyataan dan
juga untuk semua cara untuk melarikan diri dari kenyataan tersebut."


- AWARENESS
BUTIR-BUTIR MUTIARA PENCERAHAN
ANTHONY DE MELLO
 
Daerah Kasih Sayang

DAERAH KASIH SAYANG

Saya mempunyai kutipan yang indah, beberapa kalimat yang ingin saya tulis
dengan tinta emas. Saya mengutipnya dari buku A.S. Neill yang berjudul
Summerhill. Saya harus menjelaskan dahulu latar belakang A.S. Neill. Mungkin
Anda tahu bahwa Neill sudah berkecimpung di dalam dunia pendidikan selama
empat puluh tahun. Dia mengembangkan semacam sekolah khusus yang berbeda
dari sekolah-sekolah umumnya pada waktu itu. Dia menerima anak laki-laki dan
anak perempuan belajar di sekolahnya dan membiarkan mereka bebas. Anda mau
belajar membaca dan menulis, silakan; Anda tidak mau belajar membaca dan
menulis, silakan. Anda boleh melakukan segala sesuatu yang Anda inginkan
dalam hidup ini selama Anda tidak mengganggu kebebasan orang lain. Jangan
mengganggu kebebasan orang lain, jika Anda ingin bebas. Dia mengatakan bahwa
anak yang paling parah adalah anak yang sebelumnya belajar di sekolah biara.
Keadaan itu, tentu saja, terjadi di masa yang sudah lampau. Dia mengatakan
bahwa dia membutuhkan waktu enam bulan untuk mengatasi kemarahan dan
kebencian yang mereka pendam selama ini. Mereka menunjukkan pemberontakan
selama enam bulan, menentang sistem yang berlaku.
Tetapi ketika mereka berhasil mengatasi pemberontakan mereka, setiap orang
ingin belajar; bahkan mereka mulai protes, "Mengapa kita tidak masuk kelas
hari ini ?" Tetapi mereka hanya melakukan hal-hal yang mereka sukai. Mereka
sudah mengalami perubahan sikap. Pada awalnya orangtua mereka merasa takut
untuk mengirim anak mereka ke sekolah ini; mereka bertanya, "Bagaimana
mungkin Anda mendidik mereka jika Anda tidak mendisiplin mereka? Anda harus
mengajar mereka, membimbing mereka."
Apakah rahasia keberhasilan Neill ? Dia mendapat murid-murid yang paling
parah keadaannya, sehingga semua orang lain sudah merasa putus asa untuk
mendidik mereka, dan dalam jangka waktu enam bulan mereka semua sudah
menunjukkan perubahan sikap. Dengarkanlah yang dia katakan - kata-kata
istimewa, kata-kata suci. "Setiap anak mempunyai Tuhan di dalam dirinya.
Usaha kita untuk membentuk anak kita akan merubah Tuhan yang ada di dalam
diri anak itu menjadi setan. Anak-anak yang datang ke sekolah saya,
setan-setan kecil, membenci dunia, suka merusak, tidak tahu sopan santun,
berdusta, mencuri, mudah marah. Sesudah enam bulan mereka menjadi anak-anak
sehat dan bahagia yang tidak melakukan hal-hal buruk." Kata-kata yang
mengagumkan ini datang dari seorang laki-laki yang sekolahnya di Inggris
secara teratur diperiksa oleh petugas dari Kementerian Pendidikan, oleh
setiap kepala sekolah baik pria maupun wanita atau siapa saja yang tertarik
untuk mengunjungi sekolah itu. Luar biasa. Itulah kharismanya.

Anda tidak melakukan hal itu berdasarkan cetak biru, Anda harus menjadi
orang yang khusus. Dalam ceramah yang dia berikan kepada para kepala
sekolah, dia berkata, "Datanglah ke Summerhill dan Anda akan menemukan
segala macam pohon buah-buahan dipenuhi dengan buah-buahan; tidak seorang
pun memetik buah dari pohon-pohon tersebut; mereka tidak menunjukkan
keinginan untuk menyerang orang-orang yang berwenang untuk mengatur mereka;
mereka merasa puas dan tidak ada kemarahan dan kebencian. Datanglah ke
Summerhill dan Anda tidak akan pernah menemukan anak-anak cacat dengan nama
ejekan (Anda tahu betapa kejamnya anak-anak terhadap seseorang yang gagap).
Anda tidak pernah menemukan seseorang mengganggu orang yang gagap, tidak
akan pernah. Tidak ada kekerasan di dalam diri anak-anak itu, karena tidak
ada orang yang memperlakukan mereka dengan kekerasan, karena itulah mereka
jadi begitu." Dengarkanlah kata-kata pewahyuan, kata-kata yang suci ini.
Kita mempunyai orang-orang seperti itu dalam dunia kita sekarang ini. Tidak
peduli apakah yang dikatakan kepada Anda oleh para sarjana, para pendeta,
para ahli agama, ada dan sudah ada banyak orang yang tidak pernah
bertengkar, tidak pernah cemburu, tidak pernah konflik, tidak pernah
berperang, tidak punya musuh, sama sekali tidak! Orang-orang seperti itu ada
di negara saya, atau, dengan sangat menyesal saya katakan, orang-orang
seperti itu ada hanya sampai akhir-akhir ini saja. Seorang teman Jesuit saya
pergi untuk tinggal dan bekerja bersama orang-orang yang mereka percayai
tidak mungkin mencuri atau berdusta. Seorang biarawati berkata kepada saya
bahwa ketika dia pergi ke bagian timur laut India untuk bekerja di antara
suku-suku asli di sana, orang-orang itu tidak pernah mengunci rumah mereka.
Tidak pernah ada barang yang dicuri dan mereka tidak pernah berdusta -sampai
suatu saat pemerintah India dan para misionaris datang ke tempat itu.

Tuhan hadir dalam diri setiap anak; usaha kita untuk membentuk anak itu akan
mengubah Tuhan yang ada di dalam diri anak itu menjadi setan.

Ada sebuah film Italia yang indah yang disutradarai oleh Frederico Fellini,
berjudul "8 1/2". Dalam salah satu adegan terlihat ada seorang bruder dari
ordo Christian yang pergi untuk ber darmawisata atau melakukan kegiatan di
alam bebas dengan sekelompok anak laki-laki yang berusia delapan sampai
sepuluh tahun. Mereka berada di pantai, sebagian anak-anak itu berjalan
mendahului bruder tersebut yang sedang mengurusi tiga atau empat anak yang
berjalan bersama dia. Anak-anak yang berjalan lebih dahulu itu berjumpa
dengan seorang perempuan dewasa yang ternyata seorang pelacur, dan mereka
menyapa perempuan itu, "Hai" dan dia menjawab, "Hai" Dan mereka bertanya,
"Siapakah Anda?" Dan perempuan itu menjawab, "Saya seorang pelacur"
Anak-anak itu tidak mengetahui arti pelacur tetapi mereka berpura-pura
mengetahui hal itu. Salah seorang dari mereka, yang tampaknya lebih banyak
tahu dibandingkan dengan teman-temannya berkata, "Seorang pelacur adalah
seorang perempuan yang melakukan hal-hal tertentu jika kamu membayarnya"
Teman-temannya bertanya, "Apakah dia akan melakukan hal-hal yang kita minta
jika kita membayarnya?" "Mengapa tidak?" jawab anak tadi. Kemudian mereka
mengumpulkan uang dan memberikan uang itu kepada perempuan itu, sambil
berkata, "Apakah Anda akan melakukan beberapa hal yang kami minta jika kami
memberikan uang kepada Anda?" Dia menjawab, "Tentu anak-anak, apakah yang
kalian inginkan untuk kulakukan?" Satu-satunya hal yang terpikir oleh
anak-anak itu adalah meminta perempuan itu melepaskan seluruh pakaiannya.
Dan perempuan itu melakukan permintaan mereka. Nah, mereka melihatnya,
mereka belum pernah melihat perempuan telanjang sebelum itu. Mereka tidak
tahu apa lagi yang akan mereka minta untuk dilakukan oleh perempuan itu,
kemudian mereka berkata, "Maukah Anda menari?" Perempuan itu menjawab,
"Tentu" Demikianlah mereka mengelilingi perempuan itu sambil menyanyi dan
bertepuk tangan; pelacur itu menggoyang-goyangkan bagian belakang tubuhnya
dan anak-anak itu sungguh menikmatinya. Si Bruder melihat semua yang
terjadi. Dia berlari ke pantai tempat anak-anak itu berkumpul dan berteriak
kepada perempuan itu. Dia menyuruh perempuan itu memakai bajunya, dan
narator mengatakan, "Pada saat itu anak-anak itu menjadi rusak, sebelum itu
mereka adalah anak-anak yang suci, tidak berdosa, manis."

Kejadian seperti diatas bukan kejadian yang jarang terjadi. Saya mengenal
seorang misionaris yang agak konservatif di India, seorang Jesuit. Dia
menghadiri lokakarya yang saya selenggarakan. Ketika saya membahas tema ini
lebih dari dua hari, dia merasa menderita. Malam kedua dia menemui saya dan
berkata, "Toni, saya tidak dapat menjelaskan kepadamu betapa menderitanya
saya ketika mendengarkan pembicaraanmu." Saya bertanya, "Mengapa Stan?" Dia
menjawab, "Kamu memunculkan kembali pertanyaan di dalam diri saya yang sudah
saya tekan selama duapuluh lima tahun, pertanyaan yang menakutkan.
Berulang-ulang saya bertanya kepada diri saya: Tidakkah saya merusak umat
saya dengan membuat mereka menjadi Kristen?" Pastor Jesuit ini bukan salah
seorang yang berpikiran bebas seperti Anda, dia seorang yang ortodoks,
saleh, suci, berpegang kuat pada aturan. Tetapi dia merasa dia merusak
orang-orang yang bahagia, penuh cinta, sederhana, lugu dengan membuat mereka
menjadi Kristen.

Sekarang...kembali ke Neill. Dia berkata, "Saya bukan seorang jenius, saya
cuma seseorang yang menolak untuk menuntun langkah anak-anak." Tetapi, jika
demikian, bagaimana dengan dosa asal ? Neill mengatakan bahwa Tuhan hadir
dalam diri setiap anak dan usaha kita untuk membentuk anak itu akan mengubah
Tuhan yang ada di dalam diri anak itu menjadi setan. Dia membiarkan
anak-anak itu membentuk nilai-nilai mereka dan nilai-nilai itu pasti baik
dan sosial. Percayakah Anda akan hal itu ? Bila anak merasa dicintai (yang
berarti: bila anak merasa bahwa Anda berada di pihaknya), dia merasa OK.
Anak itu tidak lagi merasakan adanya kekerasan. Tidak ada rasa takut, jadi
tidak ada kekerasan. Anak mulai memperlakukan orang lain seperti dia
diperlakukan. Anda harus membaca buku itu. Itu buku suci, sungguh-sungguh
merupakan kitab suci. Bacalah; itu sungguh-sungguh mengubah hidup saya dan
mengubah cara saya menghadapi orang-orang. Saya mulai melihat
mukjizat-mukjizat. Saya mulai melihat ketidakpuasan yg sudah berurat berakar
di dalam diri saya, persaingan, pembandingan, perasaan bahwa sesuatu tidak
cukup baik, dan lain-lain. Anda mungkin merasa berkeberatan dengan pendapat
itu dan berpendapat bahwa jika mereka tidak mendesak saya, saya tidak
mungkin menjadi orang seperti saya saat ini.

Apakah saya membutuhkan semua desakan itu ? Dan disamping itu, siapakah yang
menginginkan saya menjadi diri saya sendiri ? Saya ingin bahagia. Saya ingin
suci, saya ingin mencintai, saya ingin damai, saya ingin bebas, saya ingin
manusiawi.


AWARENESS
BUTIR-BUTIR MUTIARA PENCERAHAN
- ANTHONY DE MELLO
 
Dunia Ini Tidak Apa-apa

DUNIA INI TIDAK APA-APA

Bila Anda bangun, bila Anda mengerti, bila Anda melihat, dunia ini menjadi
baik. Kita selalu merasa terganggu mengenai masalah kejahatan yang ada di
dunia ini. Ada suatu cerita yang sangat bagus mengenai seorang anak
laki-laki kecil yang sedang berjalan menyusuri tepi sungai. Dia melihat
seekor buaya terperangkap dalam suatu jaring. Buaya itu berkata, "Maukah
kamu mengasihani aku? Penampilanku memang jelek, tetapi ini bukan
kesalahanku, kamu tahu bahwa aku diciptakan seperti ini. Tetapi
bagaimanapun
penampilan luarku, aku mempunyai kelembutan hati seorang ibu. Pagi ini aku
sedang mencari makan untuk anak-anakku dan terjebak dalam perangkap ini!"
Kemudian anak itu menjawab, "Ah, jika aku melepaskanmu dari perangkap ini,
kamu akan menangkapku dan membunuhku." Buaya itu bertanya, "Apakah kamu
berpikir aku akan berbuat seperti itu kepada orang yang sudah menolong dan
membebaskanku?" Anak itu terbujuk untuk melepaskan buaya itu dari
jaring dan
buaya itu menerkamnya. Ketika anak itu terjepit diantara rahang buaya, dia
berkata, "Jadi inikah yang kudapat dari perbuatan baikku?" Dan buaya itu
menjawab, "Sudahlah jangan dipikirkan terlalu serius, anakku, ini adalah
aturan dunia, hukum kehidupan." Anak laki-laki itu menyangkalnya sehingga
buaya itu berkata, "Apakah kamu ingin menanyakan kepada pihak lain
kalau-kalau yang kukatakan itu salah? Anak itu melihat seekor burung yang
sedang hinggap di dahan dan berkata, "Hai burung, apakah yang dikatakan
buaya ini memang benar?" Burung itu menjawab, "Buaya itu benar. Lihatlah
aku. Beberapa waktu yang lalu aku pulang dengan membawa makanan untuk
anak-anakku yang masih kecil. Bayangkan betapa takutnya aku ketika aku
melihat seekor ular sedang merayap naik pohon mendekati sarangku. Aku sama
sekali tidak berdaya. Ular itu menelan anak-anakku yang masih kecil itu,
satu demi satu. Aku terus menerus menjerit dan berteriak, tetapi tidak ada
gunanya. Buaya itu memang benar, itulah hukum kehidupan, itulah aturan
dunia." "Benar kan?" kata buaya itu. Tetapi anak itu berkata, "Berilah aku
kesempatan untuk bertanya pada pihak lain lagi!" Kemudian buaya itu
berkata,
"Baik, silakan." Ada seekor keledai tua yang sedang berjalan di tepi
sungai.
"Hai, keledai," kata anak itu, "buaya ini mengatakan demikian. Apakah yang
dikatakannya itu benar?" Keledai itu berkata, "Buaya itu benar sekali.
Lihatlah aku, aku sudah bekerja keras untuk majikanku sepanjang hidupku
sementara dia tidak pernah memberiku cukup makanan. Sekarang aku sudah tua
dan tidak berguna, dia membiarkan aku begitu saja. Sekarang aku hanya
berjalan berkeliling di hutan menunggu binatang buas menerkam diriku dan
mengakhiri hidupku. Buaya itu benar, ini adalah hukum kehidupan, aturan
dunia." "Nah, benar kan?", kata si buaya. "Sudahlah!" Anak itu berkata,
"Berilah aku satu kesempatan lagi, satu kesempatan terakhir. Berilah aku
kesempatan untuk bertanya pada pihak lain. Ingatlah kebaikan yang
sudah aku
berikan kepadamu." "Baiklah ini kesempatanmu yang terakhir." Anak itu
melihat seekor kelinci lewat, dan dia berkata, "Hai kelinci, apakah yang
dikatakan buaya ini benar?" Kelinci itu duduk dengan tenang dan berkata
kepada buaya, "Apakah kamu berkata begitu kepada anak ini?" Buaya itu
menjawab, "Ya, memang demikian." "Tunggu sebentar", kata kelinci, "Kita
harus mendiskusikan hal ini." "Ya," kata buaya. Tetapi kelinci itu
berkata,
"Bagaimana kamu dapat mendiskusikan hal ini jika anak itu ada di dalam
mulutmu? Lepaskan dia terlebih dulu; dia juga harus turut ambil bagian
dalam
diskusi ini." Buaya itu berkata, "Kamu cerdik sekali. Pada saat aku
melepaskan anak ini, dia akan lari." Kelinci itu berkata, "Aku pikir kamu
lebih pandai dalam hal ini. Bila dia berusaha untuk melarikan diri, kamu
hanya perlu mengayunkan ekormu sekali saja dan dia akan mati." "Cukup
adil,"
kata si buaya, dan dia melepaskan anak itu. Pada saat anak itu
terlepas dari
mulut buaya, kelinci itu berteriak, "Lari!" Anak itu lari dan menghindar
dari sang buaya. Kemudian kelinci itu berkata kepada anak itu, "Kamu suka
makan daging buaya? Orang-orang desa ingin makan enak? Buaya itu belum
sepenuhnya lepas dari jaring itu, sebagian tubuhnya masih ada di dalam
jaring. Mengapa kau tidak pergi ke desa dan mengajak orang desa ke
sini dan
sesudah itu berpesta?" Anak itu melakukan apa yang dikatakan oleh kelinci.
Dia pergi ke desa dan mengajak orang-orang desa ke tempat buaya itu.
Mereka
datang dengan kapak, kayu pemukul dan tombak dan membunuh buaya itu. Pada
waktu kembali anak itu datang bersama anjingnya. Ketika anjing itu melihat
kelinci tadi, dia mengejar kelinci itu, menangkapnya dan menggigitnya
sampai
mati. Anak itu datang terlambat ke tempat itu, dan dia melihat kelinci itu
mati, dia berkata, "Buaya itu benar, ini adalah aturan dunia, ini adalah
hukum kehidupan".

Tidak ada penjelasan yang dapat Anda berikan untuk menjelaskan semua
penderitaan, kejahatan dan penganiayaan, pengahancuran dan kelaparan yang
terjadi di dunia ini! Anda tidak pernah dapat menjelaskan semua ini. Anda
dapat mencoba dengan rumusan-rumusan, dengan penjelasan agama atau dengan
cara apapun juga, tetapi Anda tidak pernah dapat menjelaskan semua itu.
Karena hidup adalah misteri, yang berarti pemikiran rasional Anda
tidak akan
dapat menemukan arti yang hakiki. Karena itu Anda harus bangun, dan
tiba-tiba Anda akan menyadari bahwa kenyataan hidup ternyata tidak
bermasalah, masalahnya ada di dalam diri Anda. Anda sendirilah masalahnya.

----------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------
-------

Dengarkanlah yang satu ini : "Tidak ada sesuatu yang lebih kejam daripada
alam. Di dalam alam semesta tidak ada yang dapat melarikan diri darinya,
namun demikian bukan alam yang menyebabkan seseorang terluka,
melainkan hati
orang itu sendiri".
Apakah ungkapan itu masuk akal? Bukanlah alam yang menyebabkan seseorang
terluka melainkan hati orang itu sendiri.

Ada suatu cerita mengenai Paddy, yang jatuh dari tangga sampai memar.
Teman-temannya bertanya, "Apakah jatuh itu menyakitkanmu, Paddy?" Dan dia
menjawab, "Tidak, yang menyebabkan rasa sakit ketika saya berhenti
jatuh dan
bukan jatuh itu sendiri."

Bila Anda memotong air, air tidak akan merasa sakit; bila Anda memotong
sesuatu yang padat maka sesuatu itu akan terpotong. Anda memiliki
sikap yang
kaku di dalam diri Anda, Anda memiliki ilusi yang kaku dalam diri Anda;
semua itulah yang berbenturan dengan alam, dan itulah yang akan melukai
Anda, dan itulah yang menimbulkan rasa sakit.

Taken from :

AWARENESS
BUTIR-BUTIR MUTIARA PENCERAHAN
ANTHONY DE MELLO
 
Filsafat na ngeri kk
paniang baca na
tapi thx yu...
 
Makna Yang Mendasar

MAKNA YANG MENDASAR


Untuk berpindah pada pembicaraan lain, ada suatu pokok pembicaraan yang utuh
mengenai makna diri pribadi seseorang. Makna diri pribadi seseorang tidak
sama dengan harga diri. Dari manakah Anda mendapatkan harga diri Anda ?
Apakah Anda memperolehnya dari keberhasilan dalam pekerjaan Anda ? Apakah
Anda memperolehnya dari jumlah uang yang Anda miliki ? Apakah Anda
memperolehnya karena Anda menarik bagi banyak pria (bila Anda seorang
wanita ) atau Anda menarik bagi banyak wanita (jika Anda seorang pria) ?.
Betapa rapuhnya semua itu, betapa sementaranya. Bila kita berbicara mengenai
harga diri, bukankah kita sesungguhnya berbicara mengenai bagaimana diri
kita yang terpantul dari cermin pikiran orang lain mengenai diri kita ?
Seseorang dapat memahami makna dirinya bila dia sudah tidak
mengidentifikasikan dirinya atau membatasi dirinya dalam kaitan dengan
hal-hal yang bersifat sementara tersebut. Saya tidak menjadi cantik karena
setiap orang mengatakan bahwa saya cantik. Sesungguhnya saya tidak cantik
dan juga tidak jelek. Kecantikan dan kejelekan merupakan hal yang selalu
berubah. Saya dapat tiba-tiba berubah menjadi makhluk yang sangat jelek
besok, tetapi "jati diri' saya tetap, tidak berubah. Kemudian, seandainya
saya menjalani operasi plastik dan saya menjadi cantik lagi. Apakah bentuk
"jati diri" saya benar-benar menjadi cantik ? Anda harus menyediakan banyak
waktu untuk merenungkan hal-hal ini. Saya telah melontarkan gagasan-gagasan
itu kepada Anda dalam suatu urutan pembahasan yang cepat, tetapi jika Anda
mau menyediakan waktu untuk memahami apa yang telah saya katakan, mencoba
untuk menyelaminya, Anda akan menemukan tambang emas di dalamnya. Saya tahu,
karena pada waktu saya tersandung pada hal-hal itu untuk pertama kali, saya
menemukan harta karun yang sangat berharga.

Pengalaman yang menyenangkan membuat hidup menjadi indah. Pengalaman yang
menyakitkan membawa manusia ke arah pertumbuhan. Pengalaman yang
menyenangkan membuat hidup menjadi indah, tetapi pengalaman seperti itu
tidak dengan sendirinya membawa manusia ke arah pertumbuhan. Yang membawa
manusia ke arah pertumbuhan adalah pengalaman yang menyakitkan. Penderitaan
menunjukkan kepada bagian dari diri Anda yang belum berkembang, yang perlu
Anda kembangkan, transformasikan, dan ubah. Bila Anda mengetahui bagaimana
cara anda memanfaatkan penderitaan itu, ah, betapa besarnya pertumbuhan yang
akan Anda alami. Untuk sementara, kita membatasi pembicaraan kita ini pada
penderitaan psikologis, pada semua emosi negatif yang kita alami. Jangan
membuang waktu Anda untuk memikirkan salah satu emosi itu. Saya telah
mengatakan kepada Anda apa yang dapat Anda lakukan dengan emosi-emosi
tersebut. Kekecewaan akan Anda alami jika yang terjadi tidak sesuai dengan
yang Anda inginkan, perhatikanlah hal itu! Lihatlah apa yang terungkap
melalui kekecewaan itu mengenai diri Anda. Saya mengatakan semua ini tanpa
maksud untuk menyesali apa yang sudah terjadi (jika demikian halnya, Anda
akan terjebak dalam perasaan benci kepada diri sendiri). Amatilah kekecewaan
itu seakan-akan terjadi pada diri orang lain. Perhatikan kekecewaan itu,
perasaan tertekan yang Anda alami pada saat Anda dikritik. Apa yang
terungkap mengenai kejadian tersebut mengenai diri Anda.

Pernahkan Anda mendengar mengenai seseorang yang mengatakan, "Siapa yang
mengatakan bahwa perasaan cemas itu tidak ada gunanya? Perasaan cemas itu
pasti ada gunanya. Setiap kali saya merasa cemas mengenai sesuatu, hal itu
tidak terjadi!" Ya, perasaan itu benar-benar berguna baginya. Atau seseorang
lain yang mengatakan, "Orang neurotik adalah orang yang merasa cemas
mengenai sesuatu yang tidak terjadi di masa lalu. Dia tidak seperti kita,
orang-orang normal yang merasa cemas mengenai hal-hal yang tidak akan
terjadi di masa yang akan datang. " Itulah masalahnya! Kekhawatiran itu,
kecemasan itu - apa yang terungkap melalui perasaan itu mengenai diri Anda ?

Perasaan negatif, setiap perasaan negatif sangat berguna untuk proses
penyadaran, untuk proses pemahaman. Perasaan-perasaan itu memberikan
kesempatan kepada Anda untuk merasakan dan mengamati perasaan itu dari luar
diri Anda. Pada awalnya perasaan tertekan itu akan bertahan dalam diri Anda,
tetapi Anda akan dapat memutuskan hubungan Anda dengan perasaan itu. Secara
bertahap Anda akan memahami perasaan tertekan Anda. Ketika Anda
menyadarinya, perasaan itu akan makin jarang muncul dalam diri Anda, dan
akhirnya akan hilang sama sekali. Mungkin pada saat-saat tertentu perasaan
itu akan muncul lagi, tetapi tidak lagi menjadi persoalan yang menganggu
bagi Anda. Sebelum mengalami pencerahan saya sering merasa tertekan. Sesudah
mengalami pencerahan saya tetap mengalami perasaan tertekan. Tetapi secara
bertahap, atau dengan cepat, atau tiba-tiba, Anda mendapatkan keadaan
terjaga, bangun. Keadaan ini tercapai pada saat Anda dapat melepaskan diri
dari segala kebutuhan Anda. Tetapi ingatlah apa yang saya maksud dengan
kebutuhan atau kehausan Anda akan sesuatu. Yang saya maksudkan : "Jika saya
tidak memperoleh apa yang saya inginkan, saya akan menolak untuk bahagia."
Yang saya maksud adalah keadaan di mana kebahagiaan tergantung pada
pemenuhan kebutuhan.


AWARENESS
BUTIR-BUTIR MUTIARA PENCERAHAN
- ANTHONY DE MELLO
 
Basa-basi yang Terdengar Suci

Basa-basi yang Terdengar Suci

Nah, bagaimanapun juga akhirnya saya datang ke paroki itu sehari sesudah
saya ditahbiskan.
Dan pastor tua itu berkata kepada saya, "Apakah kamu ingin mendengar
pengakuan dosa?" Saya menjawab, "Ya." Dia berkata, "Pergilah dan duduklah di
ruang pengakuan dosa yang biasa saya pakai." Saya berpikir, "Oh Tuhan, saya
menjadi orang suci. Saya akan duduk di ruang pengakuan dosa pastor tua itu."
Saya mendengar pengakuan dosa selama tiga jam.
Hari itu hari Minggu Palem dan orang-orang berbondong-bondong datang untuk
mempersiapkan diri menghadapi hari Paskah.
Keluar dari ruangan itu saya merasa tertekan, bukan karena apa yang saya
dengar, karena saya sudah dipersiapkan menghadapi semua itu dan saya sudah
menduga apa yang akan terjadi dalam perasaan saya, tidak ada yang membuat
saya terkejut. Tahukah Anda apa yang membuat saya merasa tertekan?
Kesadaran bahwa saya memberikan kepada mereka yang mengaku dosa itu sedikit
basa-basi yang terdengar suci: "Sekarang berdoalah kepada Bunda Maria yang
Terberkati, Dia mencintai Anda." Dan "Ingat bahwa Tuhan berada di sisi
Anda."
Apakah basa-basi yang terdengar suci itu merupakan obat penyembuh kanker ?
Dan justru inilah kanker yang sedang saya hadapi, kurangnya kesadaran dan
realitas. Karena itu saya mengucapkan sumpah yang sangat tegas pada hari
itu: "Saya akan belajar, saya akan belajar, sehingga jika saya sudah
berhasil, tidak ada orang yang akan mengatakan kepada saya, 'Bapa, yang Anda
katakan kepada saya sangat benar tetapi sama sekali tidak berguna.'"


AWARENESS
BUTIR-BUTIR MUTIARA PENCERAHAN
- ANTHONY DE MELLO
 
De Mello's Awareness - OUR ILLUSION ABOUT OTHERS

De Mello's Awareness - OUR ILLUSION ABOUT OTHERS

OUR ILLUSION ABOUT OTHERS
So if you stop to think, you would see that there's nothing to be very
proud of after all. What does this do to your relationship with people?
What are you complaining about? A young man came to complain that his
girlfriend had let him down, that she had played false. What are you
complaining about? Did you expect any better? Expect the worst, you're
dealing with selfish people. You're the idiot -- you glorified her,
didn't you? You thought she was a princess, you thought people were nice.
They're not! They're not nice. They're as bad as you are -- bad, you
understand? They're asleep like you. And what do you think they are going
to seek? Their own self-interest, exactly like you. No difference. Can
you imagine how liberating it is that you'll never be disillusioned again,
never be disappointed again? You'll never feel let down again. Never feel
rejected. Want to wake up? You want happiness? You want freedom? Here
it is: Drop your false ideas. See through people. If you see through
yourself, you will see through everyone. Then you will love them.
Otherwise you spend the whole time grappling with your wrong notions of
them, with your illusions that are constantly crashing against reality.

It's probably too startling for many of you to understand that everyone
except the very rare awakened person can be expected to be selfish and to
seek his or her own self-interest whether in coarse or in refined ways.
This leads you to see that there's nothing to be disappointed about,
nothing to be disillusioned about. If you had been in touch with reality
all along, you would never have been disappointed. But you chose to paint
people in glowing colors; you chose not to see through human beings because
you chose not to see through yourself. So you're paying the price now.

Before we discuss this, let me tell you a story. Somebody once asked,
"What is enlightenment like? What is awakening like?" It's like the tramp
in London who was settling in for the night. He'd hardly been able to get
a crust of bread to eat. Then he reaches this embankment on the river
Thames. There was a slight drizzle, so he huddled in his old tattered
cloak. He was about to go to sleep when suddenly a chauffeur-driven
Rolls-Royce pulls up. Out of the car steps a beautiful young lady who says
to him, "My poor man, are you planning on spending the night here on this
embankment?" And the tramp says, "Yes." She says, "I won't have it. You're
coming to my house and you're going to spend a comfortable night and you're
going to get a good dinner." She insists on his getting into the car.
Well, they ride out of London and get to a place where she has a sprawling
mansion with large grounds. They are ushered in by the butler, to whom she
says, "James, please make sure he's put in the servants' quarters and
treated well." Which is what James does. The young lady had undressed and
was about to go to bed when she suddenly remembers her guest for the night.
So she slips something on and pads along the corridor to the servants'
quarters. She sees a little chink of light from the room where the tramp
was put up. She taps lightly at the door, opens it, and finds the man
awake. She says, "What's the trouble, my good man, didn't you get a good
meal?" He said, "Never had a better meal in my life, lady." "Are you warm
enough?" He says, "Yes, lovely warm bed." Then she says, "Maybe you need
a little company. Why don't you move over a bit." And she comes closer to
him and he moves over and falls right into the Thames.

Ha! You didn't expect that one! Enlightenment! Enlightenment! Wake up.
When you're ready to exchange your illusions for reality, when you're ready
to exchange your dreams for facts, that's the way you find it all. That's
where life finally becomes meaningful. Life becomes beautiful.

There's a story about Ramirez. He is old and living up there in his castle
on a hill. He looks out the window (he's in bed and paralyzed) and he sees
his enemy. Old as he is, leaning on a cane, his enemy is climbing up the
hill -- slowly, painfully. It takes him about two and a half hours to get
up the hill. There's nothing Ramirez can do because the servants have the
day off. So his enemy opens the door, comes straight to the bedroom, puts
his hand inside his cloak, and pulls out a gun. He says, "At last,
Ramirez, we're going to settle scores!" Ramirez tries his level best to
talk him out of it. He says, "Come on, Borgia, you can't do that. You
know I'm no longer the man who ill-treated you as that youngster years ago,
and you're no longer that youngster. Come off it!" "Oh no," says his
enemy, ''your sweet words aren't going to deter me from this divine mission
of mine. It's revenge I want and there's nothing you can do about it."
And Ramirez says, "But there is!" "What?" asks his enemy. "I can wake
up," says Ramirez. And he did; he woke up! That's what enlightenment is
like. When someone tells you, "There is nothing you can do about it," you
say, "There is, I can wake up!" All of a sudden, life is no longer the
nightmare that it has seemed. Wake up!

Somebody came up to me with a question. What do you think the question
was? He asked me, "Are you enlightened?" What do you think my answer was?
What does it matter!

You want a better answer? My answer would be: "How would I know? How
would you know? What does it matter?" You know something? If you want
anything too badly, you're in big trouble. You know something else? If I
were enlightened and you listened to me because I was enlightened, then
you're in big trouble. Are you ready to be brainwashed by someone who's
enlightened? You can be brainwashed by anybody, you know. What does it
matter whether someone's enlightened or not? But see, we want to lean on
someone, don't we? We want to lean on anybody we think has arrived. We
love to hear that people have arrived. It gives us hope, doesn't it? What
do you want to hope for? Isn't that another form of desire?

You want to hope for something better than what you have right now, don't
you? Otherwise you wouldn't be hoping. But then, you forget that you have
it all right now anyway, and you don't know it. Why not concentrate on the
now instead of hoping for better times in the future? Why not understand
the now instead of forgetting it and hoping for the future? Isn't the
future just another trap?
 
Inti Kebijaksanaan Hidup

Inti Kebijaksanaan Hidup ialah mengambil keputusan-keputusan tepat tentang
kapan sebaiknya kita mengekang nafsu-nafsu kita serta tunduk pada realitas
dan kapan sebaiknya kita memihak pada nafsu-nafsu tersebut dan memerangi
realitas.

- Sigmund Freud
 
Are You Tough Enough ?

ARE YOU TOUGH ENOUGH ?

Yang menentukan bukanlah kritikus, bukan pula seseorang yang dapat
menunjukkan bagaimana seorang laki-laki yang kuat jatuh tersandung
atau menunjukkan dimana si pelaku tindakan semestinya dapat
melakukannya dengan lebih baik. Penghargaan dengan sendirinya
merupakan hak milik laki-laki yang benar-benar terjun ke arena, yang
wajahnya dikotori oleh debu, peluh, dan keringat, yang berjuang
dengan gagah berani, yang berbuat keliru dan mengalami kekurangan
lantaran tidak ada usaha tanpa kesalahan dan kekurangan, yang
memahami arti pengabdian yang agung, yang dapat mengabdikan dirinya
pada suatu tujuan yang mulia, yang dalam keadaan terbaik dapat
memahami posisinya di puncak pencapaian kejayaan tertinggi dan yang
dalam keadaan terburuk-ketika ia gagal kendati sudah bertindak gagah
berani-dapat memahami bahawa tak sepantasnya ia berada diantara jiwa-
jiwa pengecut dan beku yang tidak memahami arti kemenangan maupun
kekalahan.

- Theodore Roosevelt
 
Ajahn Brahm - Dhammatalk

Ayam dan Bebek

Ó

Berikut ini adalah cerita kegemaran guru saya, Ajahn Chah dari Thailand timur
laut.

Sepasang pengantin baru tengah berjalan bergandengan tangan di sebuah hutan
pada suatu malam musim panas yang indah, seusai makan malam. Mereka sedang
menikmati kebersamaan yang menakjubkan tatkala mereka mendengar suara di
kejauhan: "Kuek! Kuek!"

"Dengar," kata si istri, "Itu pasti suara ayam."

"Bukan, bukan. Itu suara bebek," kata si suami.

"Nggak, aku yakin itu ayam," si istri bersikeras.

"Mustahil. Suara ayam itu 'kukuruyuuuk!', bebek itu 'kuek! kuek!' Itu bebek,
Sayang," kata si suami dengan disertai gejala-gejala awal kejengkelan.

"Kuek! Kuek!" terdengar lagi.

"Nah, tuh! Itu suara bebek," kata si suami.

"Bukan, Sayang. Itu ayam. Aku yakin betul," tandas si istri, sembari
menghentakkan kaki.

"Dengar ya! Itu a… da… lah… be… bek, B-E-B-E-K. Bebek! Mengerti?" si suami
berkata dengan gusar.

"Tapi itu ayam," masih saja si istri bersikeras.

"Itu jelas-jelas bue… bek, kamu… kamu…."

Terdengar lagi suara, "Kuek! Kuek!" sebelum si suami mengatakan sesuatu yang
sebaiknya tak dikatakannya.

Si istri sudah hampir menangis, "Tapi itu ayam…."

Si suami melihat air mata yang mengambang di pelupuk mata istrinya, dan
akhirnya, ingat kenapa dia menikahinya. Wajahnya melembut dan katanya dengan
mesra, "Maafkan aku, Sayang. Kurasa kamu benar. Itu memang suara ayam kok."

"Terima kasih, Sayang," kata si istri sambil menggenggam tangan suaminya.

"Kuek! Kuek!" terdengar lagi suara di hutan, mengiringi mereka berjalan
bersama dalam cinta.

Maksud dari cerita bahwa si suami akhirnya sadar adalah: siapa sih yang peduli
itu ayam atau bebek? Yang lebih penting adalah keharmonisan mereka, yang membuat
mereka dapat menikmati kebersamaan pada malam yang indah itu. Berapa banyak
pernikahan yang hancur hanya gara-gara persoalan sepele? Berapa banyak
perceraian terjadi karena hal-hal "ayam atau bebek"?

Ketika kita memahami cerita tersebut, kita akan ingat apa yang menjadi
prioritas kita. Pernikahan jauh lebih penting ketimbang mencari siapa yang benar
tentang apakah itu ayam atau bebek. Lagi pula, betapa sering kita merasa yakin,
amat sangat mantap, mutlak bahwa kita benar, namun belakangan ternyata kita
salah? Lho, siapa tahu? Mungkin saja itu adalah ayam yang direkayasa genetik
sehingga bersuara seperti bebek!



Diceritakan pada acara Dhammatalk oleh Ven Ajahn Brahm di Vihara Ekayana,
Minggu 19 Februari 2006 pk. 10.00-11.00.
 
S E N J A

S E N J A
/Mawie Ananta Jonie.


Ketika senja turun di puncak Sui Qin Wan sayang
ketika itulah aku mulai memahami arti lengang

Hutan batu dari gunung yang diperebutkan
hutan rindu padamu jadi perlindungan.

Bila senja dan rembulan datang bersama
aku membaca cinta tanpa suara

Senja kita dibasahi rinai, senja kita di liku sungai!


Amsterdam, 8 Pebruari 2006.
 
Hiduplah Bersama Kesedihan

HIDUPLAH BERSAMA KESEDIHAN

Kita semua mempunyai kesedihan. Tidakkah Anda mempunyai kesedihan dalam
satu atau lain bentuk? Dan apakah Anda ingin tahu tentang itu? Jika ya,
Anda dapat menganalisisnya dan menjelaskan mengapa Anda menderita. Anda
dapat membaca buku-buku tentang itu, atau pergi ke tempat ibadah, dan
Anda akan segera tahu tentang kesedihan. Tetapi saya tidak bicara
tentang itu; saya bicara tentang pengakhiran kesedihan. Pengetahuan
tidak mengakhiri kesedihan. Pengakhiran kesedihan mulai dengan
menghadapi fakta-fakta psikologis dalam diri kita dan sadar sepenuhnya
akan semua implikasi dari fakta-fakta itu dari saat ke saat. Itu berarti
tidak pernah melarikan diri dari fakta bahwa kita berada dalam
kesedihan, tidak pernah merasionalisasikannya, tidak pernah menawarkan
opini tentang itu, melainkan hidup bersama fakta itu sepenuhnya.

Begini, hidup bersama keindahan gunung-gunung itu tanpa menjadi terbiasa
dengannya adalah sangat sulit. ... Anda telah memandang gunung-gunung
itu, mendengar gemericik sungai itu, melihat bayang-bayang menjalar
menyusuri lembah itu, hari demi hari; dan tidakkah Anda melihat betapa
mudahnya Anda terbiasa dengan semua itu? Anda berkata, € ’³Yah, itu
sangat indah,€ ’´ dan Anda tak terpengaruh. Hidup bersama keindahan,
atau hidup bersama sesuatu yang buruk, tanpa menjadi terbiasa padanya
menuntut energi luar biasa--suatu keadaan-sadar yang tidak membiarkan
batin Anda menjadi tumpul. Dengan cara yang sama, kesedihan menumpulkan
batin jika Anda sekadar terbiasa dengan itu--dan memang kebanyakan dari
kita menjadi terbiasa. Tetapi Anda tidak perlu menjadi terbiasa dengan
kesedihan. Anda dapat hidup bersama kesedihan, memahaminya,
menyelaminya--tetapi bukan untuk mengetahui tentangnya.

Anda tahu, ada kesedihan; itu suatu fakta, dan tidak ada lagi yang perlu
diketahui. Anda harus hidup.

Dari: J. Krishnamurti, "The Book of Life"
 
“Manusia Tidak Menemukan Kebahagiaan di Dunia” (1)

[Krishnamurti diundang memberikan ceramah umum di depan Perhimpunan "Pacem in
Terris", PBB, pada 11April 1985, di mana ia menerima penghargaan Medali
Perdamaian PBB. Ketika itu K berusia 90 tahun, kurang dari setahun sebelum ia
meninggal dunia pada Februari 1986.]

“Manusia Tidak Menemukan Kebahagiaan di Dunia”
KRISHNAMURTI DI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA
11 APRIL 1985

Saya diminta bicara tentang [kemungkinan] Perdamaian Dunia di kemudian hari
sesudah ulang tahun Perserikatan Bangsa-Bangsa yang ke-40.

Umat manusia, manusia, telah hidup di muka bumi ini lebih dari lima puluh
ribu tahun, mungkin lebih lama atau lebih pendek. Sepanjang masa evolusi yang
lama itu, manusia tidak menemukan kebahagiaan di dunia--“Pacem in Terris”
[“Damai di Bumi”] telah dikhotbahkan lama sebelum Agama Kristen tiba, oleh
orang Hindu dan Buddhis di zaman kuno. Dan sepanjang masa itu manusia telah
hidup dalam konflik, bukan hanya konflik dengan tetangganya, tetapi dengan
orang-orang di dalam komunitasnya sendiri, dengan masyarakatnya sendiri, dengan
keluarganya sendiri; ia telah berkelahi, bergulat dengan sesama manusia
sepanjang lima puluh ribu tahun, mungkin lebih lama lagi. Sepanjang sejarah,
terjadi perang hampir setiap tahun. Dan kita masih berperang sampai sekarang.
Saya rasa, ada empat puluh perang berlangsung pada saat ini. Dan hirarki
keagamaan, bukan hanya kaum Katolik, tetapi juga golongan-golongan lain, telah
bicara tentang “Pacem in Terris”, “Damai di Bumi”, “Kehendak Baik di antara
Manusia.” Itu tidak pernah terwujud--damai di bumi. Dan mereka bicara tentang
kedamaian ketika Anda meninggal dan pergi ke surga dan Anda menemukan kedamaian
di sana.

Kita bertanya-tanya, jika kita memang serius, mengapa manusia membunuh
manusia lain--atas nama tuhan, atas nama perdamaian, atas nama ideologi
tertentu, atau demi negaranya--apa pun artinya itu--atau demi Raja atau Ratu,
dan segala macam itu. Mungkin kita tahu semua ini: bahwa manusia tidak pernah
hidup [bahagia] di muka bumi, yang perlahan-lahan tengah dihancurkan--dan
mengapa kita tidak bisa hidup damai dengan sesama manusia lain. Mengapa ada
bangsa-bangsa yang saling terpisah, yang bagaimana pun juga hanyalah kesukuan
yang diagungkan. Dan agama-agama, entah Kristianitas, Hinduisme atau Buddhisme,
mereka juga berperang satu sama lain. Bangsa-bangsa saling berperang,
kelompok-kelompok saling berperang, ideologi-ideologi--entah Rusia, atau
Amerika, atau kategori ideologi lain--mereka semua berperang satu sama lain,
berkonflik. Dan, setelah hidup di muka bumi ini berabad-abad lamanya, mengapa
manusia tidak bisa hidup damai di muka bumi yang indah ini? Pertanyaan ini telah
diajukan berulang-ulang. Sebuah organisasi seperti ini telah dibentuk di
sekeliling masalah itu. Apakah masa depan organisasi ini khususnya? Setelah
tahun ke-40, apa yang akan terjadi kemudian?

Waktu adalah faktor aneh dalam kehidupan. Waktu sangat penting bagi kita
semua. Dan masa depan adalah apa yang ada di masa sekarang. Masa depan adalah
sekarang, oleh karena masa sekarang, yang juga masa lampau, memodifikasikan diri
sekarang, menjadi masa depan. Inilah siklus waktu, titian waktu. Dan sekarang,
bukan kemudian dari ulang tahun ke-40 organisasi ini, melainkan sekarang, pada
saat kini, jika tidak ada perubahan radikal, mutasi fundamental, masa depan
adalah apa yang ada kini. Dan itu telah terbukti dalam sejarah, dan kita bisa
membuktikannya dalam kehidupan kita sehari-hari.

Jadi pertanyaan sesungguhnya adalah apakah umat manusia--Anda dan kami,
yang duduk di panggung ini--mohon maaf, saya duduk di panggung ini*sebagai
manusia, selama kita saling berkonflik terus-menerus dengan sesama manusia,
tidak akan ada perdamaian di muka bumi ini. Orang boleh bicara tentang hal itu
tanpa akhir. Hirarki Katolik Roma bicara tentang ‘Pacem in Terris’, dan mereka
juga bertanggung jawab atas perang-perang yang mengerikan di masa lampau.
Perang Seratus Tahun, penyiksaan, segala macam hal yang mengerikan yang mereka
lakukan terhadap manusia. Semua ini fakta, aktualitas, bukan keinginan
pembicara. Dan agama-agama, termasuk Islam, Hindu dan Buddha, dan sebagainya,
mereka juga mempunyai perangnya sendiri. Dan masa depan setelah ulang tahun
ke-40 ini ialah apa yang tengah terjadi sekarang.

Kita bertanya-tanya jika kita menyadari itu. Masa kini bukan hanya masa
lampau, tetapi juga mengandung masa depan, masa lampau yang memodifikasikan
diri, terus-menerus melalui masa kini, dan memroyeksikan masa depan. Jika kita
tidak mengakhiri pertengkaran, pergulatan, antagonisme, kebencian, sekarang
juga, esok akan seperti ini lagi. Dan Anda bisa mengulur esok itu selama seribu
tahun, itu akan tetap esok.

Jadi penting bagi kita untuk bertanya kepada diri sendiri, apakah kita,
sebagai manusia, sendirian atau sebagai komunitas, atau dalam keluarga, apakah
kita bisa hidup damai satu sama lain? Organisasi tidak memecahkan masalah ini.

Anda boleh membentuk organisasi baru, tetapi perang tetap berlangsung. Jadi
organisasi, entah organisasi dunia entah organisasi tertentu untuk menciptakan
perdamaian, organisasi seperti itu tidak akan pernah berhasil, oleh karena
manusia, secara individual, secara kolektif, sebagai bangsa, berkonflik.
Negara-negara besar, seperti Amerika atau Rusia, berperang satu sama
lain--secara ekonomis, secara ideologis, dan secara aktual--masih belum terjadi
pertumpahan darah. Jadi perdamaian tidak mungkin terwujud di muka bumi ini jika
ada bangsa-bangsa, yang seperti kami katakan, adalah kesukuan yang diagungkan.

Bangsa memberikan rasa aman tertentu; manusia membutuhkan rasa aman, dan ia
berinvestasi dalam nasionalisme, atau dalam ideologi atau kepercayaan tertentu.

Kepercayaan, ideologi dan sebagainya telah memisahkan manusia. Dan organisasi
tidak mungkin bisa menghasilkan perdamaian di antara manusia oleh karena ia
percaya pada sesuatu, ia percaya pada ideologi-ideologi tertentu, ia percaya
pada tuhan, dan orang lain tidak percaya.

Saya tidak tahu apakah orang pernah berpikir, agama-agama yang berdasarkan
pada satu buku--seperti Al-Qur’an atau Alkitab--menjadi sangat fanatik, sempit
dan fundamentalis. Dan agama-agama seperti Hinduisme dan Buddhisme, mereka
memiliki banyak kitab, yang semuanya dianggap suci, benar, langsung datang dari
mulut tuhan! Mereka tidak begitu fanatik, mereka toleran, mereka menyerap. Jadi
begitulah konflik ini berlangsung terus; mereka yang bergantung, menaruh
kepercayaan pada kitab suci-kitab suci, dan mereka yang tidak menaruh
kepercayaan pada kitab mana pun. Jadi konflik antara satu kitab dan mereka yang
menerima banyak kitab; saya tidak tahu, apakah kita sadar akan semua ini.

Dan kita bertanya dengan mendalam--jika Anda memang benar-benar
serius--apakah Anda dan saya, dan mereka yang terlibat di dalam berbagai
organisasi, bisa hidup damai satu sama lain? Kedamaian membutuhkan kecerdasan
mendalam, bukan sekadar demonstrasi terhadap perang tertentu, terhadap bom atom
atau bom nuklir, dan sebagainya. Semua itu produk dari pikiran, otak yang
terpaku pada nasionalisme, pada sebentuk kepercayaan, ideologi tertentu,
sehingga mereka menyediakan senjata--negara-negara adidaya, entah itu Rusia,
Amerika, atau Inggris, atau Prancis--senjata ke seluruh dunia, dan mereka juga
bicara tentang perdamaian, pada saat yang sama mereka menyediakan senjata.

Ini adalah dunia sinis yang besar, dan sinisme tidak pernah mentolerir
kasih sayang, perhatian, cinta. Saya rasa, kita telah kehilangan sifat
itu--sifat welas asih. Bukan menganalisis apa itu welas asih--itu bisa
dianalisis dengan amat mudah. Anda tidak bisa menganalisis apa itu cinta; cinta
tidak berada di dalam keterbatasan otak, oleh karena otak adalah alat dari
indra, itu adalah pusat dari semua reaksi dan tindakan, dan kita mencoba
menemukan perdamaian, cinta di dalam wilayah terbatas ini. Ini berarti, pikiran
bukanlah cinta, oleh karena pikiran berdasarkan pengalaman, yang terbatas, dan
berdasarkan pengetahuan, yang selalu terbatas, entah sekarang entah di masa
depan. Jadi pengetahuan selalu terbatas. Dan dari pengetahuan, yang tersimpan
di otak sebagai ingatan, dari ingatan itu muncullah pikiran. Ini bisa diamati
dengan amat sederhana dan mudah jika kita memeriksa diri sendiri, jika kita
memandang kegiatan pikiran, pengalaman, pengetahuan kita sendiri. Anda tidak
perlu membaca buku apa pun, atau menjadi spesialis untuk memahami cara Anda
sendiri berpikir, hidup.

Jadi, pikiran selamanya terbatas, entah sekarang entah di masa depan. Dan
kita mencoba memecahkan semua masalah kita, entah yang bersifat teknologis,
religius, dan pribadi, melalui kegiatan pikiran. Jelas pikiran bukanlah cinta,
cinta bukanlah sensasi atau kenikmatan, itu bukan hasil dari keinginan. Itu
sesuatu yang sama sekali lain. Untuk sampai pada cinta itu, yang adalah welas
asih, yang memiliki kecerdasannya sendiri, kita perlu memahami diri sendiri,
apa
adanya diri kita--bukan melalui seorang analis, melainkan memahami kesedihan
kita sendiri, kesenangan kita sendiri, kepercayaan kita sendiri.

Anda tahu, ke mana pun Anda pergi, di seluruh dunia, umat manusia
menderita, karena berbagai alasan, yang mungkin remeh, mungkin pula sebuah
peristiwa yang amat dalam, yang menyebabkan kepedihan, kesedihan. Dan setiap
orang di muka bumi ini mengalami itu dalam skala kecil, atau sebagai peristiwa
hebat, sebagai kematian. Dan kesedihan dialami oleh seluruh umat manusia; itu
bukan kesedihan Anda atau kesedihan saya, itu kesedihan umat manusia, kecemasan,
kepedihan, kesepian, keputusasaan, keagresifan umat manusia. Jadi, Anda dan
kami, dan seluruh umat manusia, kita bukan manusia yang terpisah-pisah secara
psikologis. Anda mungkin seorang perempuan atau laki-laki, Anda mungkin tinggi,
gelap, pendek, dan seterusnya, tetapi di dalam, secara psikologis, yang jauh
lebih penting, kita adalah umat manusia. Anda adalah umat manusia; jadi, jika
Anda membunuh sesama manusia, jika Anda berkonflik dengan sesama manusia, Anda
menghancurkan diri sendiri. Anda bisa mengamati ini dengan amat cermat jika Anda
memandang diri sendiri tanpa distorsi apa pun.

Jadi, perdamaian hanya bisa ada apabila umat manusia, apabila Anda dan
saya, tidak mempunyai konflik dalam diri kita. Dan Anda mungkin berkata, “Jika
orang mencapai, atau sampai pada akhir dari semua konflik di dalam diri
sendiri, bagaimana itu mempengaruhi seluruh umat manusia?” Ini pertanyaan yang
amat tua.
Ini sudah diajukan ribuan tahun lalu kepada Kristus; jika ia memang pernah ada.
Dan kita harus bertanya, apakah di dalam diri kita kesedihan, kepedihan,
kecemasan, dan semua itu, bisa berakhir? Jika kita menerapkan, memandang,
mengamati, dengan perhatian mendalam, sebagaimana Anda memandang dengan cukup
perhatian ketika Anda menyisir rambut Anda, atau mencukur jenggot Anda, dengan
kualitas perhatian seperti itu, yang kuat, Anda bisa mengamati diri Anda--segala
nuansa, yang halus-halus. Dan cerminnya adalah hubungan Anda dengan sesama
manusia; di dalam cermin itu Anda bisa melihat diri Anda persis seperti apa
adanya. Tetapi kebanyakan dari kita takut melihat apa adanya diri kita; jadi,
berangsur-angsur kita mengembangkan perlawanan, rasa bersalah, dan segala macam
itu. Jadi, kita tidak pernah menuntut kebebasan total--bukan untuk berbuat
sesuka hati, melainkan untuk bebas dari pilihan. Di mana ada banyak pilihan, di
situ ada banyak kebingungan.

Jadi, bisakah kita hidup di muka bumi ini, ‘Pacem in Terris’, dengan
pemahaman mendalam tentang umat manusia, yang berarti memahami diri Anda
sendiri dengan begitu mendalam, bukan menurut seorang psikolog atau psikoanalis.
Mereka juga perlu dianalisis. Jadi, kita bisa, tanpa perlu berpaling kepada para
spesialis, sebagai orang awam sederhana, kita bisa mengamati keanehan-keanehan,
kecenderungan-kecenderungan kita sendiri. Otak kita--pembicara bukan seorang
spesialis otak--otak kita telah terkondisi oleh perang, oleh kebencian, oleh
konflik. Ia terkondisi melalui masa evolusi yang panjang ini; apakah otak itu
beserta sel-selnya, yang mewadahi seluruh ingatan, apakah otak itu bisa
membebaskan diri dari keterkondisiannya sendiri? Begini, mudah sekali menjawab
pertanyaan seperti itu. Jika Anda berjalan ke Utara setiap hari sepanjang hidup
Anda, sementara umat manusia berjalan ke satu arah, yakni konflik, dan ada orang
datang lalu berkata, “Itu tidak akan membawa kita ke mana-mana.” Ia serius, dan
mungkin Anda juga serius. Lalu ia berkata,
“Pergilah ke Selatan, pergilah ke Timur, ke mana saja, asal bukan ke situ.” Dan
ketika Anda benar-benar menjauhkan diri dari arah itu, terjadilah perubahan di
dalam sel-sel otak sendiri, oleh karena Anda telah mematahkan polanya. Dan pola
itu harus dipatahkan sekarang, bukan empat puluh atau seratus tahun lagi.

Dan bisakah manusia memiliki vitalitas, energi untuk mengubah diri mereka
sendiri menjadi manusia yang beradab, tidak saling membunuh satu sama lain?

PIMPINAN SIDANG: Bolehkah kami bertanya?

KRISHNAMURTI: Ya, Pak, bertanyalah. Senang sekali.

PIMPINAN: Kita punya waktu untuk beberapa pertanyaan, dan Mr. Krishnamurti
dengan senang hati bersedia menjawab pertanyaan apa pun yang Anda ajukan. Bila
Anda akan bertanya, silakan mengangkat tangan sehingga sistem suaranya
terhubung. Terima kasih.

PENANYA: Saya mengajukan pertanyaan berkaitan dengan keinginan akan suatu
ungkapan spiritual yang saya rasakan terhubung dengannya. Apakah saya
didengarkan? Saya rasa tidak. Saya rasa, ada rasa terputus hubungan, yang
dikomunikasikan kepada saya. Saya mengharapkan suatu hubungan spiritual dengan
saya dan orang-orang lain di kelompok ini yang akan memberikan suasana batin
yang membahagiakan. Itulah yang saya harapkan akan saya alami pada ceramah ini,
suatu rasa akan kesatuan yang meningkat secara spiritual, alih-alih suatu
ungkapan intelektual.

KRISHNAMURTI: Pertama-tama, saya tidak paham akan kata ‘spiritual’. Apakah itu
emosional, romantik, ideologis, atau sesuatu yang samar-samar di udara; ataukah
menghadapi aktualitas, apa yang tengah terjadi sekarang, yang terjadi di dalam
diri kita maupun yang terjadi di dunia? Oleh karena Anda adalah dunia, Anda
tidak terpisah dari dunia. Kita telah menciptakan masyarakat ini, dan kita
adalah masyarakat itu. Dan apa pun pengalaman yang kita miliki, apa yang
dinamakan ‘religius’ atau ‘spiritual’, kita harus meragukan pengalaman itu
sendiri, kita harus mempertanyakan, bersikap skeptis. Saya tidak tahu, apakah
Anda menyadari bahwa kata ‘skeptisisme’, mempertanyakan, menyelidik, tidak
dianjurkan di dunia Kristen. Sedangkan di dalam Buddhisme, dan juga Hinduisme,
itu adalah salah satu hal yang esensial, Anda harus mempertanyakan segala
sesuatu, sampai Anda menemukan atau sampai pada kebenaran itu, yang bukan milik
Anda, atau milik siapa pun, itulah kebenaran.

Dan penyelidikan itu bukan intelektual. Intelek hanyalah sebagian dari
keseluruhan struktur manusia. Kita harus memandang dunia dan diri sendiri
sebagai keberadaan yang holistik. Dan kebenaran bukanlah sesuatu untuk dialami.
Jika boleh kami tunjukkan, siapakah yang mengalami itu, yang terlepas dari
pengalamannya. Bukankah yang mengalami itu bagian dari pengalaman? Kalau tidak,
ia tak akan tahu apa pengalaman yang dialaminya. Jadi yang mengalami adalah
pengalaman; si pemikir adalah pikiran; si pengamat, dalam arti psikologis,
adalah yang diamati. Tidak ada perbedaan. Dan di mana ada perbedaan, pemisahan,
muncullah konflik. Dengan berakhirnya konflik terdapat kebebasan, dan barulah
kebenaran bisa muncul. Semua ini bukanlah intelektual, demi tuhan. Ini adalah
sesuatu yang kita hayati, dan temukan.

PENANYA: Anda banyak menekankan pada penyelidikan dan skeptisisme. Saya ingin
tahu, apakah menurut Anda iman juga berperan di situ.

KRISHNAMURTI: Apakah iman itu? Pada apakah Anda beriman? Orang beriman pada
suatu pengalaman tertentu; orang beriman pada suatu kepercayaan tertentu, atau
pada sebuah lambang, dan seterusnya. Mengapa kita beriman? Apakah itu karena
rasa takut, karena rasa tidak pasti, karena rasa tidak aman? Bila Anda punya
iman, misalnya sebagai seorang Hindu beriman pada suatu lambang tertentu, dan
Anda berpegang teguh pada iman itu, atau pada lambang itu, maka Anda berperang
dengan dunia selebihnya. Tetapi untuk menyelidik dengan lembut, dengan
berhati-hati, dengan mempertanyakan, bertanya kepada diri sendiri, maka dari
situ muncullah kejernihan. Dan perlu ada kejernihan untuk memahami apa yang
abadi.

[bersambung...]
 
“Manusia Tidak Menemukan Kebahagiaan di Dunia” (2)

“Manusia Tidak Menemukan Kebahagiaan di Dunia” (2)

PENANYA: Pada akhirnya, Anda berkata bahwa kita perlu mematahkan pola konflik
di antara sesama manusia. Pertanyaan saya kepada Anda adalah, apakah Anda
melihatnya sebagai proses evolusioner yang mau tidak mau akan terjadi? Ataukah
Anda melihatnya sebagai sesuatu yang harus kita capai dengan bekerja keras? Dan
ada pepatah yang kira-kira berbunyi: di dalam masa kegelapan, mata mulai
melihat. Dan mengapa saya melontarkan pertanyaan ini kepada Anda, oleh karena
dalam suatu arti tertentu, itu akan terjadi, atau itu tidak akan terjadi; tetapi
bagaimana Anda melihat terjadinya?

KRISHNAMURTI: Saya tidak begitu paham pertanyaan Anda, Pak.

PENANYA: Baiklah. Anda bicara tentang mematahkan pola; manusia memiliki pola,
otak memiliki pola, dan pola itu harus dipatahkan agar perdamaian bisa terwujud
di dunia.

KRISHNAMURTI: Tentu saja.

PENANYA: Nah, apakah Anda melihat pematahan pola itu sebagai suatu gerak aktif,
ataukah sebagai kemajuan alamiah di dalam evolusi manusia?

KRISHNAMURTI: Pak, apakah kita ini benar-benar ber-evolusi?

PENANYA: Saya rasa, kita terus-menerus ber-evolusi.

KRISHNAMURTI: Jadi, Anda menerima evolusi--evolusi psikologis, kita tidak
berbicara tentang evolusi biologis, atau evolusi teknis--evolusi psikologis.
Setelah sejuta tahun, atau lima puluh ribu tahun, apakah kita berubah secara
mendalam? Bukankah kita ini sangat primitif, biadab? Jadi saya minta, mohon
pertimbangkan apakah ada evolusi psikologis sama sekali? Saya mempertanyakan
itu. Secara pribadi, bagi pembicara, tidak ada evolusi psikologis; yang ada
hanya pengakhiran kesedihan, kesakitan, kecemasan, kesepian, keputusasaan, dan
sebagainya. Manusia telah hidup bersama itu selama sejuta tahun. Dan jika kita
bergantung pada waktu, yang adalah pikiran--pikiran dan waktu selalu terjadi
bersama-sama--jika kita bergantung pada evolusi, seribu tahun lagi atau lebih,
kita masih akan tetap biadab.

PENANYA: Pertanyaan saya adalah: apa yang harus terjadi agar evolusi psikologis
bisa mulai sebagaimana dipahami pembicara?

KRISHNAMURTI: Evolusi psikologis bagaimana? Saya tidak paham pertanyaannya.

PENANYA: Anda berkata, menurut Anda belum ada evolusi psikologis. Pertanyaan
saya adalah: apakah yang harus terjadi agar akan terjadi, atau bisa terjadi,
evolusi psikologis.

KRISHNAMURTI: Ibu, saya rasa, kita berdua tidak memahami satu sama lain. Kita
telah hidup di bumi ini secara historis, atau dari penyelidikan zaman bahari,
selama kurang lebih lima puluh ribu tahun. Dan selama masa evolusi yang panjang
itu, secara psikologis, di dalam, secara subyektif, kita tetap kurang lebih
biadab--saling membenci, saling membunuh. Dan waktu tidak akan memecahkan
masalah itu, yang adalah evolusi. Dan kita bertanya, mungkinkah bagi setiap
manusia, yang adalah dunia ini selebihnya, bahwa gerak psikologis itu berhenti,
dan melihat sesuatu yang segar?

PENANYA: Saya ingin mengajukan pertanyaan yang sama kepada Anda, dirumuskan
secara lain: apakah yang perlu kita lakukan untuk mempengaruhi perlawanan
terhadap evolusi ini. Saya ingin menyampaikan satu hal lagi. Bulan lalu, ada
seorang bernama Dr Bohm; ia mengatakan hal yang sama seperti Anda dengan cara
berbeda; ia seorang ilmuwan, ia menerangkan masalah yang sama. Saya bertanya,
menurut Anda apakah yang bisa kita lakukan sekarang untuk menghasilkan ini?

KRISHNAMURTI: Sekarang saya mengerti. Apa yang bisa Anda lakukan sekarang,
bukan? Berubahlah sepenuhnya!--baik secara psikologis, maupun secara lahiriah.
Pertama, revolusi psikologis, bukan evolusi, melainkan revolusi, berubahlah
sepenuhnya. Itulah tindakan manusia yang sesungguhnya, bukan mencoba
mengotak-atik di pinggiran.

PENANYA: Anda berkata, bahwa syarat penting untuk memahami umat manusia adalah
mulai memahami diri kita sendiri dengan jelas. Apakah Anda melihat bahwa di
ruangan ini, dalam waktu empat puluh tahun lagi, di Perserikatan Bangsa-Bangsa,
pemahaman akan umat manusia melalui pemahaman akan diri sendiri akan menjadi
bagian dari pengambilan keputusan global?

KRISHNAMURTI: Saya tidak bisa menjawab pertanyaan itu, karena saya tidak
termasuk organisasi ini. Tanyakan kepada boss-boss itu.

PENANYA: Saya ingin menambahkan catatan lain, mungkin catatan untuk untuk
menambah semangat dalam pertanyaan saya. Anda mengisyaratkan bahwa organisasi
mungkin tidak bisa memberikan jawaban, dan Anda juga mengisyaratkan bahwa
sejarah umat manusia membuat Anda cenderung pesimistik tentang masa depan dan
keselamatan. Saya rasa, itu bergantung pada sifat organisasi, dan apakah
organisasi itu melayani kepentingan umat manusia dan siap ber-evolusi,
sebagaimana PBB dan banyak kelompok lain ber-evolusi, dan sebagaimana manusia
ber-evolusi, dengan syarat kita tidak bunuh diri, dan dengan syarat kita bisa
menghubungkan diri dengan kasih sayang dan respek, yang untuk itu gen-gen kita
juga terkode. Tidak ada akhir dari apa yang bisa kita buat di atas atau di luar
planet ini. Dan implikasinya di situ, yang saya setujui, ialah bahwa kita
ber-evolusi oleh karena kita mempuyai kemampuan untuk mencinta dan bekerja sama,
dan bahwa kita tidak akan habis oleh karena kita menunjukkan kebencian dan
ketakutan dan keserakahan, dan di masa lampau kita menyerah kepada
keburukan-keburukan itu. Tetapi justru dengan adanya Perserikatan
Bangsa-Bangsa, kita mempunyai contoh tentang kemampuan manusia untuk tumbuh dan
berbagi cita-cita. Saya rasa, masa kini memang mengandung masa depan, dan dengan
bertindak dengan penuh semangat pada masa kini kita bisa mempengaruhi masa depan
dan kelestarian kita. Oleh karena itu saya bertanya, apakah jawaban terhadap
pertanyaan yang Anda tampilkan tentang bila orang mencapai kedamaian di dalam
diri sendiri, bagaimana hal itu mempengaruhi umat manusia selebihnya, dengan
adanya batas waktu?

KRISHNAMUTI: Apakah pertanyaannya, Pak?

PENANYA: Pertanyaannya adalah, ketika orang mencapai kedamaian di dalam diri
sendiri, bagaimana hal itu mempengaruhi umat manusia selebihnya tanpa struktur
organisasi.

KRISHNAMURTI: Saya telah menjelaskan itu; maaf, saya telah menjelaskan itu.
Jika saya berubah, bagaimana itu mempengaruhi umat manusia, dunia selebihnya?
Itu pertanyaannya, bukan, Pak? Tunggu sebentar, Pak.

PENANYA: Itu pertanyaannya.

KRISHNAMURTI: Saya rasa, jika boleh saya dengan penuh hormat menunjukkan, itu
pertanyaan yang salah. Berubahlah dulu, dan Anda akan melihat apa yang terjadi.
Ini hal yang sungguh amat penting. Kita harus mengesampingkan semua
masalah-masalah sampingan. Mohon disadari sesuatu yang amat besar: bahwa Anda
secara psikologis adalah seluruh umat manusia. Anda adalah umat manusia, entah
Anda hidup di India, di Rusia, di Cina, atau di Amerika, atau di Eropa, Anda
adalah umat manusia selebihnya, oleh karena Anda menderita, dan setiap orang di
dunia ini menderita dengan caranya sendiri. Kita berbagi penderitaan ini, itu
bukan penderitaanku. Jadi, jika Anda mengajukan pertanyaan: perbedaan apa yang
akan dihasilkan jika saya atau Anda berubah, kalau saya boleh menunjukkan dengan
segala kerendahan hati, itu adalah pertanyaan yang salah. Anda menghindari
masalah pokoknya. Dan tampaknya kita tidak pernah menghadapi masalah pokoknya,
tantangan pokok yang menuntut bahwa kita hidup secara lain sama sekali, bukan
sebagai orang Amerika, orang Rusia, orang India, atau orang Buddhis, atau orang
Kristen.

Saya tidak tahu, apakah Anda pernah menyadari bahwa orang Kristen
bertanggung jawab terhadap pembunuhan lebih banyak manusia daripada kelompok
agama lainnya. Harap jangan marah! Lalu Islam, dunia Muslim, lalu orang Hindu,
dan orang Buddhis menyusul jauh di belakang. Jadi, jika mereka yang menamakan
diri Kristen, termasuk Katolik, yang berjumlah sekitar delapan ratus juta orang,
jika mereka berkata, “Tidak boleh ada perang lagi,” Anda akan memperoleh
perdamaian di muka bumi ini. Tetapi mereka tidak mau berkata demikian. Hanya
Buddhisme, Hinduisme, yang berkata, “Jangan membunuh. Jika Anda
membunuh,”--mereka percaya akan reinkarnasi--“Anda akan membayarnya dalam
kehidupan yang akan datang.” Oleh karena itu, jangan membunuh, jangan membunuh
makhluk yang paling kecil sekalipun, kecuali Anda harus makan, tumbuhan dan
sebagainya. Tetapi jangan membunuh! Kami sebagai brahmana tidak dibesarkan
secara itu, tidak membunuh seekor lalat, tidak membunuh binatang untuk makanan
Anda. Tetapi semua itu sudah lenyap. Jadi, kami menyarankan bahwa masalah
pokok dalam menghentikan perang adalah Anda harus mengakhiri antagonisme Anda
sendiri,
mengakhiri konflik-konflik Anda sendiri, mengakhiri kesengsaraan dan
penderitaan Anda sendiri.

Mengapa kita memilih, terlepas dari benda-benda fisik--dua bahan, pakaian,
mobil? Anda memilih karena perbedaan fungsinya dan keiritannya, dan sebagainya.
Tetapi, secara psikologis, mengapa Anda harus memilih? Mengapa ada pilihan? Ada
pilihan, bila Anda ingin pergi dari satu kota ke kota lain, bila Anda ingin
pindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain--bukan di Rusia, bukan di dunia
tiranikal, di dunia totaliter, Anda terpaku di tempat Anda, Anda tidak boleh
pindah--kecuali disetujui atasan. Dan di negeri ini, di masyarakat yang
dinamakan demokratis, Anda mempunyai pilihan untuk melakukan apa yang Anda
inginkan. Dan Anda menamakannya kebebasan--untuk memenuhkan diri Anda, untuk
memperoleh sukses besar. Anda mempunyai pilihan amat besar. Sekarang kita bicara
tentang pilihan di bidang psikologis. Jika Anda melihat dengan amat jelas, tidak
ada pilihan. Sayang kita tidak melihat dengan jelas. Kita tidak melihat jelas
bahwa nasionalisme adalah salah satu penyebab perang. Kita tidak melihat jelas
bahwa ideologi menumbuhkan perang, entah itu ideologi Marxis, atau Lenin, atau
ideologi tertentu yang kita miliki. Jadi, kita memilih dari satu ideologi ke
ideologi lain, dari satu agama ke agama lain, dari satu kelompok ke kelompok
lain, dan kita mengira kita bebas. Sebaliknya, itu menunjukkan kebingungan. Dan
bila kita bingung, kita bertindak dalam kebingungan, dan dengan demikian
menggandakan kebingungan, seperti dilakukan oleh para politisi--maaf.

PENANYA: Kami ada pertanyaan tertulis bagi Mr. Krishnamurti di sini. Apakah
Anda percaya akan roh-roh yang tercerahkan?

KRISHNAMURTI: Apakah Anda percaya akan roh-roh yang tercerahkan? Saya tidak
tahu, apa artinya itu. Tunggu dulu, Pak.

PENANYA: Maaf, sekarang ini Anda bicara dari forum publik, dan begitu ceramah
ini selesai, Anda mungkin kembali ke dalam privasi yang mungkin sangat Anda
senangi. Jadi, bagi kebanyakan manusia di dunia ini, terdapat pemisahan antara
kehidupan publik dan kehidupan privat. Apa komentar Anda mengenai pemisahan ini?
Apakah menurut Anda ini membawa pada konflik, apakah itu perlu?

KRISHNAMURTI: Antara kehidupan publik dan kehidupan privat? Itukah
pertanyaannya? Mengapa Anda memisahkannya? Mengapa kita memisahkan kehidupan
publik seolah-olah itu sesuatu di luar, dan kehidupan privat? Jika kita hidup
dengan benar, dengan teliti, bukan secara intelektual, melainkan secara
holistik, maka tidak ada kehidupan luar dan kehidupan privat. Secara holistik,
artinya hidup sebagai manusia yang utuh, bukan sebagai seorang sektarian, bukan
sebagai individual, bukan sebagai batin kecil remeh, otak yang aktif mengejar
kepentingan diri. Maaf, bila saya terkesan tegas. Sudah selesai, Pak?

PIMPINAN SIDANG: Ada dua pertanyaan lagi.

PENANYA: Jika Anda hidup dengan damai, dan seorang tiran menyerang, apakah Anda
tidak mempertahankan diri?

KRISHNAMURTI: Apa yang Anda lakukan? Jika Anda hidup damai, dan seorang tiran
atau seorang perampok menyerang Anda, apa yang Anda lakukan? Itulah
pertanyaannya. Apakah Anda hidup damai sehari atau dua hari? Ataukah Anda hidup
damai sepanjang hidup Anda? Jika Anda pernah hidup damai bertahun-tahun, maka
Anda akan melakukan hal yang tepat bila Anda diserang.

Bapak-Bapak, pembicara telah berbicara seperti ini selama enam puluh tahun
terakhir atau lebih--di seluruh dunia, kecuali di balik Tirai Besi; sebelum
perang ia telah berkeliling di Eropa--dan pertanyaan-pertanyaan ini telah
diajukan kepada pembicara selama enam puluh tahun. Pola yang sama diulangi
kembali oleh generasi muda, oleh suatu peradaban yang baru seperti Amerika,
pertanyaan-pertanyaan yang sama, dengan maksud yang sama, untuk menjerumuskan
pembicara, atau untuk sungguh-sungguh memahami pembicara, atau memahami diri
sendiri. Dan jika Anda bernasib malang atau bernasib mujur untuk berbicara
selama enam puluh tahun, Anda akan tahu semua jawaban dan semua pertanyaan.
Tidak ada perbedaan antara pertanyaan dan jawaban. Jika Anda memahami
pertanyaannya dengan mendalam sungguh-sungguh, maka jawabannya terdapat di
dalam pertanyaan itu.

PIMPINAN SIDANG: Mr. Robert Miller ingin bertanya.

PENANYA: Bukan mau bertanya, melainkan ingin mengucapkan selamat atas
pernyataan Anda. Dan mengkonfirmasikan bahwa setelah tinggal di organisasi ini
selama hampir empat puluh tahun, dan telah hidup lebih dari enam puluh tahun,
saya telah sampai pada kesimpulan yang sama dengan Anda. Kita semua telah
terprogram, kita terprogram ke dalam suatu bangsa, ke dalam suatu ideologi, ke
dalam suatu agama. Dan semua ini adalah manusia yang terpecah-belah. Saya perlu
waktu empat puluh tahun berada di gedung ini untuk di-deprogram-kan dari dua
atau tiga kebangsaan yang dipaksakan kepada saya, setiap kali saya diberi
senapan untuk ditembakkan ke arah lain. Dan di sinilah, setelah melihat dunia
dalam totalitasnya dan umat manusia dalam totalitasnya, saya sampai pada
kesimpulan bahwa lebih penting untuk menjadi seorang manusia daripada menjadi
seorang Yahudi, atau seorang Katolik, atau seorang Prancis, atau seorang Rusia,
atau seorang kulit putih, atau seorang kulit hitam.

KRISHNAMURTI: Benar.

PENANYA: Dan di dalam kitab saya, saya tidak akan membunuh berdasarkan alasan
apa pun, atau demi bangsa saya, atau demi agama apa pun, atau demi ideologi apa
pun. Inilah kesimpulan saya yang juga kesimpulan Anda.

KRISHNAMURTI: Apakah itu suatu kesimpulan, Pak? Ataukah aktualitas?

PENANYA: Itu aktualitas saya.

KRISHNAMURTI: Benar. Bukan kesimpulan.

PENANYA: Saya tidak berdebat tentang agama, tetapi ingin mengingatkan bahwa
pepatah, “Sebuah mata bagi sebuah mata, sebuah gigi bagi sebuah gigi,”
sesungguhnya bukanlah ajaran Kristiani. Sebaliknya, Kristus berpendapat bahwa
jalan perdamaian adalah memperhatikan dan mengurus sesama manusia, memiliki
welas asih dan cinta satu sama lain. Tetapi saya ingin tahu, bagaimana
mematahkan pola konfrontasi di antara manusia ini. Saya tidak bicara tentang
negara, karena negara dibentuk oleh manusia, dan juga pemerintah, mereka adalah
manusia yang memerintah negeri. Bagaimana kita bisa mematahkan pola ini? Mengapa
umat manusia tidak mampu memraktikkan pikiran-pikiran gemilang yang ditulis
Kristus untuk kita, dan ditulis pula oleh semua agama? Saya ingin tahu, apakah
kita bisa menemukan resep, solusi untuk mematahkan pola konfrontasi yang
mengerikan, bahkan kebencian di antara keluarga, sebagaimana ditunjukkan oleh
Krishnamurti, oleh karena itu bukan hanya perang di antara bangsa, selalu ada
konfrontasi, bahkan di antara anak-anak, yang seorang bersama Mama dan yang lain
ingin pula ke situ. Pola itu, bagaimana kita bisa mematahkannya?

KRISHNAMURTI: Bolehkah saya menjawab pertanyaan Anda? Kita terprogram, seperti
komputer--kita orang Katolik, Protestan, Buddhis, dan seterusnya. Seperti
disampaikan oleh Bapak (?), kita terkondisi. Apakah kita menyadari, atau melihat
secara aktual, bukan secara teoretis, atau secara ideologis, melainkan secara
aktual melihat bahwa kita terprogram? Ataukah itu sekadar pernyataan sepintas
lalu saja? Jika Anda sungguh-sungguh terprogram, sadarkan Anda konsekuensi dari
terprogram? Salah satu konsekuensinya adalah kebencian, atau perang, atau
memisahkan dari orang lain. Jika kita menyadari bahwa kita terprogram, ditekan,
dikhotbahi, dan jika kita sungguh-sungguh melihat itu, Anda membuangnya, Anda
tidak butuh resep untuk itu. Pada saat Anda mempunyai resep Anda terperangkap
lagi di situ. Maka Anda terprogram lagi, oleh karena Anda mempunyai program
Anda, dan orang akan memberikan program mereka kepada Anda. Jadi, yang penting
adalah menyadari aktualitas keadaan terprogram,
bukan secara intelektual, melainkan dengan seluruh darah daging dan energi
Anda.

PIMPINAN SIDANG: Oleh karena unsur waktu, kita tidak bisa mengajukan
pertanyaan-pertanyaan lagi. Atas nama Pacem in Terris Society dan Movement for
A Better World, izinkan kami mengucapkan terima kasih kepada pembicara tamu kita
yang terhormat, serta Brother Fellow dan Ambassador Berry yang merupakan
Ketua-Ketua Kehormatan dari Perhimpunan ini, serta Anda sekalian yang telah
datang menghadiri ceramah pada hari ini.

Ada sebuah upacara sangat sederhana sebelum Anda pergi. Tuan Krishnamurti
berada di sini tahun lalu pada 17 April, pada saat kita merayakan hari Pacem in
Terris. Dan tahun ini kita beruntung, pada hari ulang tahun ke-22 Pacem in
Terris, dan Anda semua telah mendengar tentang hal itu. Atas nama Pacem in
Terris Society di Perserikatan Bangsa-Bangsa, kami mendapat kehormatan untuk
menganugerahkan kepada Anda, Mr. Krishnamurti, Guru Dunia, Medali Perdamaian
Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1984.***
 
Puisi yang Bikin Jantung Putus

Sajak-sajak Sapardi Djoko Damono

(Den Sastro meninggal juga, akhirnya. Di sebuah laci di lemari kamar
tidurnya ditemukan berkas-berkas kertas yang bertulisan tangan,
sejumlah sajak. Mungkin -- kata mereka -- sajak-sajak itu ada
kaitannya dengan seorang perempuan yang bernama Rahayu, tokoh rekaan
yang ada dalam benak lelaki tua itu. Sajak-sajak itu tampaknya
terpisah-pisah dan tidak jelas urutannya, karenanya diberi nomor saja)



Sajak Satu

"Di ujung jalan sana itu rumahku," katamu. Habis
gerimis, jalanan becek, cipratan beberapa mobil lewat,
dan kita di trotoar. "Lurus saja, di ujung sana."
Tetes air yang jatuh dari pohon itu memang

tak ingin bertanya apakah cinta ada ujungnya,
tak ingin bertanya apakah aku percaya
pada yang kauucapkan itu. "Sungguh, rumahku
di ujung jalan itu." Di ujung jalan itu hanya ada aku.



Sajak Dua

Kita di tepi ranjang, telanjang. Tak ada
yang memperhatikan apakah memang ada jam
di dinding itu. Sesekali suara motor di jalanan
depan hotel, sesekali kucium tengkukmu,

sesekali kau bertanya, sehabis lama tak bertanya,
"Ini jam berapa?" Hanya suara cicak
dan sedikit tetes bekas hujan di luar. Selebihnya
kisah yang senantiasa ingin kita susun bersama.



Sajak Tiga

Di dalam gerbong dingin itu kau tampak cemas menatap
lalu menciumku. "Aku tidak meninggalkanmu,"
kataku. Kaubayangkan aku segera lepas begitu mengertap
dengus kereta; kubayangkan kau masih di sisiku



ketika lambaian tanganmu mengabur di pinggir jalur.
"Aku tidak meninggalkanmu," serasa pernah kutegur
suaraku sendiri itu, ketika tinggal sendiri saja di kamar itu
sehabis kaututup pintu. "Kau tidak meninggalkanku."



Sajak Empat

Pagi ini kita sarapan di warung sepi pengunjung itu:
kopi, roti, sosis, dan hati yang di ujung garpu.
Seiris demi seiris kita pun mengunyahnya
tanpa pernah menyapa pisau yang di meja.



Aku tidak bertanya apakah semalam kau terjaga
ketika aku tiba-tiba merasa dahaga -- di tempat lain,
di bumi yang sama. "Apa kau semalam terjaga," kau bertanya,
"ketika hujan mendadak berhenti?" Juga angin?



Sajak Lima

Di supermarket itu ada segalanya. Dalam diri kita
tak ada apa pun kecuali tanda tanya.
Tidak seperti sepatu yang di rak, tidak seperti
gerincing piring di restoran, tidak seperti



patung sangkutan baju. "Apakah aku boleh
berpegangan tanganmu?" tanyamu lucu.
Aku akan pulang besok, dan kaubelikan aku oleh-oleh:
segera terbayang, aku pulang menjinjing tanda tanya itu.



Sajak Enam

Kita selalu ragu-ragu menyeberang jalan padat itu,
seolah tak ada yang pasti, tapi harus melakukan sesuatu.
Kupegang pundakmu, lalu kaugenggam tanganku,
di sela-sela mobil yang menunggu lampu hijau perempatan itu.



Tak ada payung, tentu saja, sebab hujan sudah reda;
tak tampak juga matahari sebab mendung masih di sana.
Sesampai di seberang kau tampak bernapas lapang
tapi aku ingin sekali berjalan lagi, bersamamu, ke seberang.

Sajak Sembilanbelas

Aku ingin berbuat sesuatu padamu,
seperti butir debu yang di helai rambutmu;
aku ingin berbuat sesuatu padamu,
seperti butir air yang tak juga gugur dari matamu.

Mungkin kau mencoba menembusku, barangkali
ingin kaukatakan, "Siapa sebenarnya kau ini?"
Aku ingin mengambang layaknya butir debu
di air yang tak rela tetes dari matamu.

Sajak Duapuluh

Kita telah dikutuk untuk tak mengenal
selamat jalan. Disiapkan untuk kekal
mengharapkan cuaca yang mengisyaratkan
bahwa akan segera tiba titik hujan.

Bis itu pun berangkat. Kita tak punya hak lagi
untuk berkata-kata, ternyata.
Ketika ada yang membawamu ke selatan, kusaksikan
langit yang mendadak mengendap, tanpa awan.

Sajak Duapuluh Satu

Bukit mengulum warna langit yang purba,
langit membayangkan dirinya laut yang purba --
tak ada lagi yang terasa fana: tanpa gerak, tanpa suara.
Tak ada lagi yang maya: kita meluap ke luar cahaya.

Sajak Duapuluh Dua

"Apakah aku mencintaimu demi cintamu?"
Hanya itu yang di gendang telingaku
ketika fajar meredam warna biru. Kecuali seru
lalat di jala laba-laba itu.

Apakah kau mencintaiku karena cintaku? Tak ada
laba-laba. Tak apa pun di ruang kecuali jala,
lecuali sepatah dua kata yang letih mengembara,
yang lalu tenteram di timbunan abu. Tanpa bara.

Sajak Duapuluh Tiga

"Kubiarkan kau jadi musafir, merantau
sepanjang hutan urat darahku." Biar kusihir kau:
kota yang jalan-jalannya tanpa papan nama --
negeri kelahiran yang tanpa peta.

Sajak Duapuluh Empat

Sore ini hanya sederet pohon di tepi jalan,
kita entah di mana. Sore ini, kau tahu,
hanya lembar-lembar daun kering di tepi jalan
"Pernahkah kausaksikan hijaunya, dulu"?

Tapi sore ini hanya ada pohon berjajaran
dan daun kering yang kecoklatan,
yang tak pernah menghayati hijaunya sendiri.
Masihkah kau ingin membayangkan sampah ini

ketika masih bertahan di tangkainya, sementara kini
hanya sesilir angin, sesilir saja,
yang menggesernya ke sana, lalu ke mari? "Sore ini
di mana pula kita seharusnya berada?"

**

Prof. Dr. SAPARDI DJOKO DAMONO lahir di Solo pada 20 Maret 1940. Guru
Besar dari Universitas Indonesia (UI) ini tidak hanya dikenal sebagai
penyair, tetapi juga sebagai penulis esai dan cerita pendek. Kumpulan
puisinya yang sudah terbit antara lain Ada Berita Apa Hari Ini, Den
Sastro (2002), Mata Jendela (2001) dan Ayat-ayat Api (2000).
Sedangkan kumpulan cerita pendeknya yang telah terbit antara lain
Pengarang Telah Mati (2002) dan Membunuh Orang Gila (2003). Kini
tinggal di Jln. Kalimantan 135, Depok 16421.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.