• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Sikap Hidup & Kebanggaan kita sebagai Umat Buddha...

lauzart

IndoForum Newbie A
No. Urut
14768
Sejak
27 Apr 2007
Pesan
273
Nilai reaksi
5
Poin
18
Sikap Seorang Umat Buddha & Kebanggaan..
oleh: YM. Sri Pannavaro - perangkum : Imeth


Bagaimana menjadi umat Buddha yg baik? Apakah yg harus diperhatikan dan dilakukan? Pertanyaan yg sederhana dan sering ditanyakan oleh seseorang yg tertarik kepada Agama Buddha.

1. Menjadi umat Buddha, syarat yg pertama sekali, bukan harus bisa membaca paritta dalam bahasa Pali, yg mungkin sukar u/ dibaca pertama kali. Bukan pula harus mempunyai altar dgn patung Buddha yg indah dirumah. Meskipun membaca paritta dan punya latar adalah suatu hal yg sangat baik. Yang pertama kali harus dilakukan adalah HARUS SIAP DAN BERANI MENGUBAH CARA BERFIKIR. Seorang umat Buddha akan ditandai dgn cara berfikir yg Buddhistis -- cara berfikir Dhamma -- adalah kita dihadapkan pada kenyataan yg 'telanjang' yg terus terang; kenyataan itu sering tidak cocok dgn selera kita. Namun dengan menghadapi kenyataan dengan APA ADANYA ini akan membuat kita menjadi dewasa dan bijaksana. Satu contoh, kalau kita mengidap penyakit, maka seorang umat Buddha harus mau mengakui bahwa diri kita sakit. Dhamma mengajak kita untuk melihat kenyataan hidup dengan apa adanya, dengan terus terang, TANPA SCREEN/TABIR. Oleh karena itu, meskipun berat & pahit, kalau kita mau melihat kenyataan dan menerima kenyataan, maka kita akan berfikit secara dewasa dan sikap kita akan menjadi sikap yg bijaksana. Menutupi penyakit adalah sikap yg kekanak-kanakan; karena itu sikapnya, tindakannya, perbuatannya kemudian tidak akan bijaksana. Sehingga perbuatannya akan menghancurkan dirinya sendiri. Inilah gunanya beragama, terutama mengenal Dhamma. Kita ditantang, diminta kesanggupan kita -- BUKAN hanya kesanggupan u/ menyumbang vihara. BUKAN! BUKAN pula kesanggupan u/ menghafal paritta. Tetapi kesanggupan untuk MENGUBAH CARA BERFIKIR dan kesanggupan u/ BERANI MELIHAT KENYATAAN SEBAGAIMANA ADANYA; sehingga sikap, tindakan & prilaku kita menjadi dewasa dan bijaksana.

2. Agama Buddha tidak anti materi, tidak menginginkan saudara hidup melarat, cukup pakai cawat kulit kayu, makan nasi-garam, selesai. TIDAK PERNAH ada ajaran agama BUddha yg demikian. Tetapi yg diminta oleh agama Buddha adalah BAGAIMANA PANDANGAN SAUDARA DALAM MEMANDANG UANG & MATERI ITU. Kalau pandangan saudara dlm memandang uang & materi sama dengan sebelum saudara menjadi umat BUddha, maka saudara bukan umat Buddha. Karena umat Buddha ditandai cara berfikir yg sesuai Dhamma. Agama Buddha tidak menganggap uang, materi, kendaraan, rumah, tanah itu adalah jelek, kotor dan dosa.TIDAK SAMA SEKALI! Karena materi & uang adalah NETRAL. Sama spt LISTRIK, bukan suatu yg penuh cinta kasih, tetapi juga bukan sesuatu yg kejam. Listrik bisa membakar rumah, membunuh manusia, tetapi bisa pula menerangi kita, membangkitkan mesin. Kalau saudara memandang uang, materi, rumah, mobil dsb itu bukan sebagai kekayaan atau sebagai milik melainkan sebagai alat u/ menyejahterakan keluarga, alat u/ melakukan kebaikan yg lebih banyak dalam kehidupan ini, maka itulah cara berfikir umat Buddha.

3. Semua orang senang akan kesenangan, kebahagian -- termasuk saya. Tetapi merupakan selera/keinginan manusia kemudian untuk mengukuhi, menggenggam kesenangan dan kebahagiaan menjadi miliknya untuk selama-lamanya. Dan menurut kenyataan, hal itu adalah SESUATU YG TIDAK MUNGKIN. Kalau saudara sudah siap mengubah cara berfikir bahwa memang segala sesuatu didunia ini adalah tidak kekal -- kebahagiaan maupun kepuasan adalah tidak kekal, demikian juga dengan problem, kesulitan, kesedihan adalah tidak kekal. Maka saudara sudah harus siap menghadapi dunia ini dengan segala perubahannya. Adalah orang yg paling kecewa didunia ini yg menganggap segala sesuatu didunia ini adalah kekal/abadi. Adalah orang yg paling tidak bahagia didunia ini yg mengukuhi segala sesuatu yg menyenangkan karena segala sesuatu itu adalah PERUBAHAN.

4. Mengubah cara berfikir seperti ini amatlah membantu. Sikap memandang dunia ini atau menanggapi segala sesuatu dengan jelas, benar & sesuai dengan kenyataan adalah sesuatu yg amat membantu. Ini lebih berharga daripada saudara mempunya macam-2 benda pusaka. Pusaka yang bisa dimasukan kedalam pikiran itulah yg paling berharga. PUSAKA PENGERTIAN yg sesuai dengan kenyataan. Dan untuk itu saudara dituntut untuk siap mengubah sikap berfikir saudara semula. Sekali lagi, memang belajar melihat kenyataan dengan terus terang ini adalah berat. PAHIT! Karena tidak sesuai dengan selera atau kehendak kita. Selera kita menginginkan kenikmatan, kesenangan, kebahagiaan yg senantiasa dan terus menerus. Tetapi itu adalah tidak mungkin! Amat berat u/ menerima kenyataan kalau itu sudah berubah. Tetapi itulah kenyataan. Kalau saudara berani menghadapi kenyataan itu LUAR BIASA!

5. Bagaimana agar menjadi Berani? Harus siap mengubah cara berfikir yg sesuai kenyataan. Sekarang jangan lagi menganggap segala sesuatu itu abadi, kekal -- termasuk penderitaan, kesulitan, problem -- karena semuanya tidak kekal. Sekarang jangan lagi menganggap bahwa hidup adalah untung2an, pemberian atau hadiah. Tetapi mulai sekarang harus menganggap bahwa HIDUP ADALAH PERJUANGAN. Hidup ini adalah tidak kekal. Kita harus melihat kenyataan itu, sehingga kita tidak diputar-putar didalam perubahan yg tidak kita kehendaki. Kita harus menjadi dewasa sehingga kita menjadi bijaksana.

6. Tantangan bagi kita adalah BAGAIMANA KALAU KITA MENGHADAPI PERSOALAN/PROBLEM. Karena lingkungan, kolega, pekerjaan, pasangan, anak-2 kita tidak akan selamanya cocok dengan selera atau kemauan kita. Suatu saat kalau lingkungan tempat kita bergantung sudah tidak bisa menyenangkan kita lagi, maka habislah kita. Saudara merasa kebahagiaan saudara dirampok. Kalau masih 1 atau 2 problem dan saudara masih punya kenikmatan dibidang lain, maka tidak ada persoalan. Tetapi kalau problem itu datang bertubi-tubi dan bersamaan, semua tempat saudara bergantung tidak dapat memuaskan saudara, habislah kebahagiaan saudara. Seperti digoreng habis-habisan. Mampukah saudara bertahan? Kalau saudara mempunyai simpanan didalam batin, saudara akan bisa bertahan. "Andaikata lingkungan sudah tidak bisa lagi sesuai dengan selera saya, saya masih mempunyai kesenangan dan kebahagian batin." Dengan demikian saudara akan bertahan.

7. Darimanakah kita bisa mendapatkan kebahagiaan batin? Yakni dari pengetahuan mengenai hakikat kehidupan ini sebagaimana adanya, dan melakukan kebaikan. Inilah gunanya melakukan kebaikan. Saya tidak bicara kalau berbuat baik, akibat karmanya begini-begitu tetapi kebajikan itu akan menjadi simpanan batin. Tidak terasa -- seperti anda menabung di bank. Mungkin saudara berkata "Apa gunanya sih menabung, mengurangi jatah?" Tetapi nanti kalau saudara tiba pada keadaan yang sangat menyulitkan, saudara baru bisa merasakannya. Inilah keuntungannya orang menabung berbuat baik. Maka anjuran saya, permintaan saya, cobalah saudara menabung. Menabung didalam batin saudara. Untuk suatu saat kalau saudara jatuh dalam kesulitan, saudara mampu tetap bertahan, punya daya tahan yg saudara bangun sendiri. Tidak ada orang yg menghadiahkan daya tahan, kesabaran, kekuatan dll. Semua itu harus DILATIH, DITUMBUHKAN & DIKEMBANGKAN didalam diri, oleh diri sendiri, sebagai kekayaan pribadi didalam.

8. Inilah ajaran agama Buddha. Memang tidak simple/Mudah. Ajaran agama Buddha itu tidak menawarkan 2 alternatif: Percaya atau Tidak! Agama Buddha tidak sesimpel itu. Tetapi saudara dituntun seperti orang yg buta, lalu diobati, dibimbing pelan-2, bagaimana untuk menghadapi kehidupan ini, supaya bisa berdiri diatas kaki sendiri. Sulit Memang! Hasil-2 besar yg ada didunia ini bukanlah suatu kebetulan. Orang-orang besar yg bisa menemukan penemuan besar -- spritual atau material didunia ilmu -- tidak ada yang kebetulan. Semua itu adalah PERJUANGAN.

9. Kalau saya ditanya, "Bhante menjadi umat Buddha itu bangganya apa?" Apakah karena viharanya yg besar? Kebaktiannya rapi? BUKAN! Saya bangga menjadi umat Buddha karena saya mempunyai wawasan yg luas. Saya tidak sekedar ditawarkan OK atau TIDAK. YES or NO. Percaya atau Tidak. Bukan itu. Tetapi saya disodorkan pengertian. Kalau saya mengerti, saya akan percaya. Bukan dibalik "Kalau anda percaya, anda akan mengerti" Tidak demikian. Tetapi kalau anda MENGERTI, tidak usah diminta, anda akan PERCAYA. Mempunyai cara berfikir yg benar, sikap memandang kehidupan ini dengan benar, adalah syarat yg pertama menjadi seorang umat Buddha. Memang Berat! Tetapi itulah dunia ini sebagaimana adanya.

Penutup:
"Atana va sudantena, Natham Labari dullabham"
artinya:
"Setelah dapat mengendalikan diri sendiri dengan baik, seseorang akan memperoleh perlindungan yang sungguh amat sukar dicari."

Siapa yg bisa melindungi saudara, yg paling setia, yg tidak berkhianat, yg paling "save"/aman ? Yaitu PIKIRAN SAUDARA SENDIRI YANG SUDAH DILATIH. Karena itu dengan melatih diri sendiri, akan mendapat keuntungan yg sukar dicari yaitu pelindung yg setia.

Marilah kita siap menghadapi kenyataan, punyailah modal didalam batin yg kuat, tegar menghadapi apapun. Karena apapun yg ada atau yang terjadi, adalah tidak kekal.
 
Apa gunanya berdoa ?

Bhante, lalu apa gunanya berdoa memohon perlindungan pada Sang Buddha ? Hal ini belum dan tidak pernah terpecahkan dalam puluhan tahun ini dipikiran saya, tapi saya yakin berdoa itu bermanfaat setidaknya mengoreksi diri. Dalam keyakinan saya berdoa setidaknya membuat kita membatasi diri kita. Kita berdoa karena keyakinan bahwa ada kekuatan sangat besar diluar kemampuan manusia.

Jika kita sudah tahu dan yakin akan hal tersebut setidaknya perilaku kita akan terbatasi oleh kaidah keyakinan kita tersebut. Cuma dalam pikiran saya jika melihat perilaku orang disekitar kita yang sering sangat brutal bahkan serta merta membawa kebenaran atas nama agamanya, maka saya sering berpikir sesungguhnya dunia ini apa ?

Sang Buddha itu ada atau Sang Buddha itu merupakan sebutan Tuhan bagi pemeluk agama lain ? Karena Sang Buddha telah mencapai Maha Parinibbana sudah barang tentu semua urusan dunia dan alam kehidupan ini bukan lagi menjadi urusannya, sehingga dalam salah satu paritta disebutkan Aku Berlindung Pada Buddha sesungguhnya adalah kekeliruan krn hal yang sudah tidak ada buat apa lagi dimohonkan, cara sederhana saja jika Sang Buddha menurunkan bantuan seperti doa kita maka Sang Buddha sesungguhnya sudah tidak mencapai Maha Parinibbana karena masih berada dalam lingkaran kehidupan.

Jika agama lain menyebut Tuhan saya juga sering berpikir, dikatakan Tuhan itu Esa dan Maha Kuasa, namun banyak sekali kerisauan di pikiran saya. Dikatakan Tuhan itu Maha Kuasa, buktinya Tuhan tidak bisa memperkirakan begitu banyak dosa yang dilakukan umatnya, dikatakan suatu cobaan menguji keimanan umatnya, bukankah Tuhan itu menjadi "brengsek" ? Menguji seseorang padahal sudah jelas mengetahui kelemahan ciptaanNya.

Sudah jelas manusia ciptaan Tuhan (menurut keyakinan agama lain) semua kelebihan dan kekurangannya sudah Ia ketahui lalu buat apa dicobai lagi. Jika memang Tuhan itu maha Kuasa, mengapa semakin banyak iblis berkedok manusia yang semakin hari semakin banyak seolah Kuasa Tuhan sudah tidak bisa menjamah mereka. Seolah Tuhan mereka meninggalkan umatnya yang masih baik. Dikatakan akan ada siksaan api neraka, jika di dunia sudah menderita bukankah dunia ini sesungguhnya sudah menjadi neraka, lalu apa bedanya kehidupan berikutnya masuk surga namun kehidupan saat ini tersiksa seperti di neraka oleh para iblis jahat tersebut ? Hanya berbeda tersiksa sekarang dan senang nanti, sedangkan para iblis senang saat ini tersiksa berikutnya, bukankah tetap sama ?

Sampai saya berpikir sesungguhnya Tuhan mereka itu ikut berkontribusi atas rusaknya dunia ini, buktinya Tuhan dikatakan maha Kuasa dan pencipta. Berarti semua yang baik dan jahat juga diciptakan oleh Tuhan mereka itu bahkan Tuhan mereka pun tidak bisa memperkirakan sampai-sampai manusia umatnya harus berkorban jiwa atas namaNya (contoh perang Salib I dan II, dengan korban yang mungkin jutaan jiwa). Jika saja Tuhan mereka itu Maha Kuasa tentunya Tuhan mereka sanggup mencegah sehingga perang tersebut tidak terjadi. Dikatakan Tuhan itu Esa, mengapa begitu banyak yang mengatas namankan Tuhannya yang benar, padahal jika Tuhan itu benar Esa dan Maha Kuasa, semua Iblis jahat ciptaannya bisa seketika ia tarik kembali.

Atau jangan-jangan Tuhan mereka itu sesungguhnya juga tidak bisa memperkirakan masa depan ? Sehingga ia tidak bisa mendeteksi kelemahan ciptaannya. Sehingga nama Tuhan mereka sesungguhnya merupakan pengalihan dari kebuntuhan atas ketidaktahuan.

Tapi satu hal yang saya yakinin bahwa dalam kehidupan setiap manusia selalu ada (mungkin ada yang menyebut malaikat, ada yang menyebut Bodhisatva atau Dewa atau apalah) yang selalu menyertai diri kita, syaratnya kita harus selalu menabung tabungan bathin seperti ditulis Bhante.

Bukti sederhana adanya mahluk tersebut sederhana saja, khususnya bagi yang berkendaraan akan mudah membuktikannya. Seringkali dalam berkendaraan kita mengalami hal-hal yang sering ngak masuk akal, ketika berkendaraan kita sudah sangat yakin kita akan baik-baik saja, namun tanpa sengaja rem atau gas diinjak lebih kuat, akibatnya nyeruduk atau diseruduk kendaraan lain. Sering kali juga dalam berkendaraan satu ketika kita kurang hati-hati tetapi karena lindungan mahluk tadi, hal yang kita anggap kita sudah cedera akibatnya mungkin hanya lecet, memar, ataupun sering kali tidak apa-apa.

Jikapun dijelaskan secara ilmiah mungkin tidak akan menemukan suatu jawaban pastinya, ada saja yang menyebabkan sesuatu peristiwa itu tidak terjadi ataupun terjadi. Seringkali kita membaca berita ada suatu mukjijat yang sepertinya sudah mustahil tapi bisa saja terjadi, mungkin seperti itu kata Bhante semua tidak kekal. Tapi masalahnya sampai kapan manusia itu kuat dan bisa bertahan dalam mukjijat tersebut ?

Demikian mohon maaf jika kata atau tulisan saya kurang berkenan.



Shanti
 
Yakinkan diri dan jalankan keyakinan tsb....
Trus...ngapain urus keyakinan orang lain ????
Dijabar juga gak abiz-abiz.....
..........
Setumpuk petunjuk keyakinan namun jika tidak dilaksanakan atau terlalu berlebihan<fanatik>....apa bedanya buang air ke laut !!!
 
Reply for shanti

Bhante, lalu apa gunanya berdoa memohon perlindungan pada Sang Buddha ? Hal ini belum dan tidak pernah terpecahkan dalam puluhan tahun ini dipikiran saya, tapi saya yakin berdoa itu bermanfaat setidaknya mengoreksi diri. Dalam keyakinan saya berdoa setidaknya membuat kita membatasi diri kita. Kita berdoa karena keyakinan bahwa ada kekuatan sangat besar diluar kemampuan manusia.

Jika kita sudah tahu dan yakin akan hal tersebut setidaknya perilaku kita akan terbatasi oleh kaidah keyakinan kita tersebut. Cuma dalam pikiran saya jika melihat perilaku orang disekitar kita yang sering sangat brutal bahkan serta merta membawa kebenaran atas nama agamanya, maka saya sering berpikir sesungguhnya dunia ini apa ?

Sang Buddha itu ada atau Sang Buddha itu merupakan sebutan Tuhan bagi pemeluk agama lain ? Karena Sang Buddha telah mencapai Maha Parinibbana sudah barang tentu semua urusan dunia dan alam kehidupan ini bukan lagi menjadi urusannya, sehingga dalam salah satu paritta disebutkan Aku Berlindung Pada Buddha sesungguhnya adalah kekeliruan krn hal yang sudah tidak ada buat apa lagi dimohonkan, cara sederhana saja jika Sang Buddha menurunkan bantuan seperti doa kita maka Sang Buddha sesungguhnya sudah tidak mencapai Maha Parinibbana karena masih berada dalam lingkaran kehidupan.
untuk perlindungan pada budha, itu penjelasannya agak panjang
kita harus memulai dari arti dasar pada kata budha itu sendiri, tar biar sesepuh deh yg bahas

di budhist terdapat 32 alam kehidupan, termasuk alam dewa, jika kita berdoa, saya rasa dewa / dewi lah yg menolong kita, itu pun tergantung pada tabungan karma kita, mereka akan mengusahakan karma baik kita berbuah lebih cepat. CMIIW
di budhist sendiri dipercayai bahwa apapun agama anda, jika anda memiliki tabungan karma baik yg banyak, dewa / dewi akan menolong dan menjawab doa anda, tanpa memperdulikan agama anda, dia akan menjelma menjadi penolong dgn sosok yg akrab dgn anda. bisa jadi dia akan berbentuk wanita yg anda sangka bunda maria, atau pria berjenggot yg akan anda sangka yesus, atau bisa saja orang yg memiliki bulatan halo di kepala yg kita kira budha / sosok yg anda puja puji. kenapa harus dgn sosok yg akrab??? supaya kita lebih dekat pada sosok tsb yg mana merupakan icon kebaikan. coba saja jika dewa dewi tsb menjadi sosok iblis / yg mengerikan, bisa jadi anda malah ketakutan sebelum menerima pertolongan.
Saya sendiri sudah mengalami pertolongan oleh dewa sebanyak 2 kali dalam hidup yg benar2 saya sadari. mungkin yg tidak disadari ada banyak.

Terhadap pandangan tuhan ini, Sakyamuni Buddha pernah bersabda,
(Majjhima Nikaya II, Sutta no. 101)
“Jadi, jika karena diciptakan oleh seorang tuhan yang maha tinggi, namun manusia bisa menjadi pembunuh, pencuri, penjahat, pembohong, pemfitnah, penghina, pembual, pencemburu, pendendam dan orang yang keras kepala.

Jika ada suatu makhluk yang merancang kehidupan dunia, kemuliaan dan kesengsaraan, tindakan baik dan tindakan jahat – maka manusia tidak lain adalah alat dari kehendaknya dan tentunya makhluk itu yang bertanggung jawab atas semua ini
(Jataka VI : 208).

dan ini saya sangat setuju, karena apa. jika sosok tsb di nobat kan sebagai sosok yg maha tahu, namun sungguh aneh menciptakan manusia yg sudah diketahui pasti masuk neraka.

selain itu, banyak sekali pandangan2 yg menawarkan jalan instan menuju surga, produk2nya sama, dan bahasa marketing nya pun sama, masing2 dari mereka mengklaim bahwa hanya produk mereka yg bisa menjamin konsumennya pasti masuk surga.

jika hanya percaya pada suatu pandangan atau melakukan suatu ritual maka kita dipastikan masuk surga, ya ngapain kita hidup lama2??kan cari duit itu gak enak, jalanan macet, bisa ditipu, pusing mikirin ini itu. mending langsung the end aja, toh masuk surga kan??? renungkan

jika saya percaya pada pandangan tsb, maka saya tidak hanya masuk surga secara instant namun juga mengambil jalan instant jadi orang kaya, saya pun akan menjadi pembunuh, perampok, pemerkosa sana sini, sampai sudah kaya dan puas atau jatuh sakit, lalu saya akan menyeselai perbuatan saya dan bertobat. saya tinggal mengikuti kepercayaan tsb / melakukan ritual tsb, dan akhirnya eng ing eng, saya masuk surga. what a wonderfull justice. :-O
renungkan lah teman
 
Terhadap pandangan tuhan ini, Sakyamuni Buddha pernah bersabda,
(Majjhima Nikaya II, Sutta no. 101)
“Jadi, jika karena diciptakan oleh seorang tuhan yang maha tinggi, namun manusia bisa menjadi pembunuh, pencuri, penjahat, pembohong, pemfitnah, penghina, pembual, pencemburu, pendendam dan orang yang keras kepala.

Jika ada suatu makhluk yang merancang kehidupan dunia, kemuliaan dan kesengsaraan, tindakan baik dan tindakan jahat – maka manusia tidak lain adalah alat dari kehendaknya dan tentunya makhluk itu yang bertanggung jawab atas semua ini
(Jataka VI : 208).

(yang dimaksud dengan yg digaris bawahi adalah tanggung jawab Tuhan itu sendiri ?

dan ini saya sangat setuju, karena apa. jika sosok tsb di nobat kan sebagai sosok yg maha tahu, namun sungguh aneh menciptakan manusia yg sudah diketahui pasti masuk neraka.

selain itu, banyak sekali pandangan2 yg menawarkan jalan instan menuju surga, produk2nya sama, dan bahasa marketing nya pun sama, masing2 dari mereka mengklaim bahwa hanya produk mereka yg bisa menjamin konsumennya pasti masuk surga.

jika hanya percaya pada suatu pandangan atau melakukan suatu ritual maka kita dipastikan masuk surga, ya ngapain kita hidup lama2??kan cari duit itu gak enak, jalanan macet, bisa ditipu, pusing mikirin ini itu. mending langsung the end aja, toh masuk surga kan??? renungkan

jika saya percaya pada pandangan tsb, maka saya tidak hanya masuk surga secara instant namun juga mengambil jalan instant jadi orang kaya, saya pun akan menjadi pembunuh, perampok, pemerkosa sana sini, sampai sudah kaya dan puas atau jatuh sakit, lalu saya akan menyeselai perbuatan saya dan bertobat. saya tinggal mengikuti kepercayaan tsb / melakukan ritual tsb, dan akhirnya eng ing eng, saya masuk surga. what a wonderfull justice.
renungkan lah teman

Buddhisme terlalu banyak membiarkan umat Buddhis melakukan kekeliruan sehingga banyak umat Buddhis tersesat oleh ajaran (maaf) lain, ambil contoh betapa banyak Buddhisme yang masih mempercayai menyumbang pelita maka jalan hidup akan terang padahal tujuan menyalahkan pelita hanya menerangi ruangan semata tidak yang lain, begitupun lebih konyol lagi (wa pernah menemukan hal ini) bahwa menyumbang rumah Ibadah lebih berpahala kalau menyumbang rupang para Bodhisatva itu atau setidaknya meja altar mereka, pdhal kalau umat tersebut diterangkan pikirannya, bahwa rumah ibadah itu tidak akan ada jika tanpa WC ataupun got pembuangan air kotor. Begitupun sembayang di rumah ibadah bagi mereka sah jika membakar uang kertas atau membawa barang persembahan, seharusnya tangan kosong dgn hati tulus juga sama. Banyak kejadian mereka percaya bahwa asap dapat menyembuhkan atau melindungi mereka, seharusnya para biarawan Buddhis bisa mempertegas bahwa bukan hanya asap tapi angin dan debu juga bisa melindungi mereka asal karma baik mereka sudah berbuah.

Bicara mengenai karma baik, jujur agak membingungkan juga, jika dalam kehidupan ini seseorang selalu melakukan karma baik andai saja sejak kecil ia sudah disadarkan dan menabung karma baik itu namun karna banyaknya tumpukan saldo karma buruk dalam kehidupan sebelumnya sehingga karma baik tidak sempat berbuah dalam kehidupan saat ini. Dalam ajaran Buddhisme karma baik orang tersebut satu waktu pada suatu kehidupan pasti akan berbuah, cuma menjadi pertanyaan besar tidak kah itu tidak adil bagi orang yang melakukan karma baik namun karma baiknya tidak berbuah hanya karena saldo karma buruk orang tersebut sedemikian besar, karma buruk yang dilakukan pada saat orang tersebut tidak tahu dan mengerti dibebankan saat orang menjadi sadar dan baik. Jika demikian Bukankah sama saja dgn kebalikan dari hidup menderita di dunia namun hidup senang di surga atau hidup senang di dunia hidup sengsara di neraka bukankah keduanya memiliki nilai yang sama, masalahnya cuma lebih dulu atau belakangan.

Para Bhante dan umat Buddhis harus membentuk suatu wadah untuk membuat standar minimal yang harus dijalankan umat Buddhis atau rohaniawan itu sendiri begitupun terhadap rumah ibadanya, harus dipenuhi syarat-syarat atau tahapannya bukan besar kecilnya rumah ibadah tetapi hubungan rumah ibadah tersebut dgn orang disekitarnya, jumlah umatnya, dsnya. Wa sering menjumpai betapa tersesatnya suatu umat jika ia menyumbang rumah ibadah maka sangat berpahala jika ia menyumbang rupang dari orang suci atau minimal altar meja rupang tersebut, pdahal rumah ibadah tersebut tidak akan lengkap dan jadi jika tanpa saluran air atau WC begitupun banyak hal seperti menyalakan pelita dan lilin, padahal yang seharusnya lilin atau pelita hanya untuk menerangi ruangan tidak yang lain. Terangnya jalan hidup kita adalah pikiran dan hati yang bersih. Dalam pelajaran agama Buddha tentang benda persembahan sudah seharusnya diluruskan disesuaikan dengan ajaran yang sesungguhnya jangan terpengaruh oleh apapun.
 
(yang dimaksud dengan yg digaris bawahi adalah tanggung jawab Tuhan itu sendiri ?

Silahkan anda jawab sendiri. saya rasa anda sudah mengerti

Buddhisme terlalu banyak membiarkan umat Buddhis melakukan kekeliruan sehingga banyak umat Buddhis tersesat oleh ajaran (maaf) lain, ambil contoh betapa banyak Buddhisme yang masih mempercayai menyumbang pelita maka jalan hidup akan terang padahal tujuan menyalahkan pelita hanya menerangi ruangan semata tidak yang lain, begitupun lebih konyol lagi (wa pernah menemukan hal ini) bahwa menyumbang rumah Ibadah lebih berpahala kalau menyumbang rupang para Bodhisatva itu atau setidaknya meja altar mereka, pdhal kalau umat tersebut diterangkan pikirannya, bahwa rumah ibadah itu tidak akan ada jika tanpa WC ataupun got pembuangan air kotor. Begitupun sembayang di rumah ibadah bagi mereka sah jika membakar uang kertas atau membawa barang persembahan, seharusnya tangan kosong dgn hati tulus juga sama. Banyak kejadian mereka percaya bahwa asap dapat menyembuhkan atau melindungi mereka, seharusnya para biarawan Buddhis bisa mempertegas bahwa bukan hanya asap tapi angin dan debu juga bisa melindungi mereka asal karma baik mereka sudah berbuah.

Bicara mengenai karma baik, jujur agak membingungkan juga, jika dalam kehidupan ini seseorang selalu melakukan karma baik andai saja sejak kecil ia sudah disadarkan dan menabung karma baik itu namun karna banyaknya tumpukan saldo karma buruk dalam kehidupan sebelumnya sehingga karma baik tidak sempat berbuah dalam kehidupan saat ini. Dalam ajaran Buddhisme karma baik orang tersebut satu waktu pada suatu kehidupan pasti akan berbuah, cuma menjadi pertanyaan besar tidak kah itu tidak adil bagi orang yang melakukan karma baik namun karma baiknya tidak berbuah hanya karena saldo karma buruk orang tersebut sedemikian besar, karma buruk yang dilakukan pada saat orang tersebut tidak tahu dan mengerti dibebankan saat orang menjadi sadar dan baik. Jika demikian Bukankah sama saja dgn kebalikan dari hidup menderita di dunia namun hidup senang di surga atau hidup senang di dunia hidup sengsara di neraka bukankah keduanya memiliki nilai yang sama, masalahnya cuma lebih dulu atau belakangan.

Para Bhante dan umat Buddhis harus membentuk suatu wadah untuk membuat standar minimal yang harus dijalankan umat Buddhis atau rohaniawan itu sendiri begitupun terhadap rumah ibadanya, harus dipenuhi syarat-syarat atau tahapannya bukan besar kecilnya rumah ibadah tetapi hubungan rumah ibadah tersebut dgn orang disekitarnya, jumlah umatnya, dsnya. Wa sering menjumpai betapa tersesatnya suatu umat jika ia menyumbang rumah ibadah maka sangat berpahala jika ia menyumbang rupang dari orang suci atau minimal altar meja rupang tersebut, pdahal rumah ibadah tersebut tidak akan lengkap dan jadi jika tanpa saluran air atau WC begitupun banyak hal seperti menyalakan pelita dan lilin, padahal yang seharusnya lilin atau pelita hanya untuk menerangi ruangan tidak yang lain. Terangnya jalan hidup kita adalah pikiran dan hati yang bersih. Dalam pelajaran agama Buddha tentang benda persembahan sudah seharusnya diluruskan disesuaikan dengan ajaran yang sesungguhnya jangan terpengaruh oleh apapun.

semua ritual itu ada makna nya, jika anda mengartikan secara harafiah ya memang betul seperti apa yg anda katakan, namun diharapkan agar anda dapat mengenang dari arti2nya dan mengambil hikmahnya, seperti klo disekolah kita melakukan upacara bendera, ngapain sih repot2 pake proses yg panjang, mendingan langsung aja ikat benderanya beri hormat naikan sudah beres.
untuk masalah yg bakar kertas, cheng beng, imlek, barongsai, dll sbgnya semua itu ada sejarahnya, dan ini adalah kebudayaan, bukan agama, anda harus bisa membedakan kebudayaan dgn agama, coba lihat budha di australia, apakah dalam ritualnya membakar kertas?? namun di china agama bisa berjalan seiring dengan kebudayaan.

seandainya anda adalah orang yg tidak beragama, dan hidup sebagai manusia, tanpa melihat pada agama pun, anda sudah tahu mana perbuatan baik dan jahat, jadi standar perbuatan baik dan jahat itu tidak hanya ada pada agama, tetapi pada diri anda sendiri pun sudah ada dan sadar atau tidak sadar pun saya rasa anda sudah bisa membedakannya.
so apakah setelah berbuat jahat seperti membunuh orang, lantas hanya dengan mengaku bersalah dan meminta maaf maka anda luput dari hukuman secara konstitusi???saya rasa tidak ada hukum seperti itu disemua dunia ini, anda tetap akan menjalankan hukuman, dan bisa diberikan keringanan atau remisi jika anda melakukan perbuatan baik selama masa hukuman.

semua kebudayaan ada sejarahnya, dan
semua ritual sekali lagi ada makna dan hikmahnya, jadi anda jgn mempercayai bahwa jika sudah melakukan ritual, maka anda pasti mendapatkan karma baik tanpa berbuat apa2 lagi, hal ini salah besar menurut saya, anda mendapat karma baik karena memang buahnya, bukan karma baik dari melakukan ritual, mungkin saja ritual bisa mempercepat karma baik tsb CMIIW
tetapi ritual yg saya maksud adalah ritual budhist, bukan yg terkontaminasi oleh kebudayaan.

mengenai asap yg anda sebut diatas, itu adalah sugesti, seperti halnya dokter yg berbohong demi mendapatkan semangat perjuangan hidup pasienya,
Memang aroma2 tertentu tsb bisa mengubah kondisi pikiran kita, seperti aroma terapi, saya rasa mungkin anda perna mencium sesuatu sehingga tiba2 anda mengenang masa lalu yg damai.

mengenai hal sumbangan, menurut saya. semua sumbangan itu bukan tergantung apa yg disumbang, (mau sumbang patung, mau sumbang tenaga dll ) yg penting adalah sumbangan tsb bisa mempercepat proses pembentukan tempat ibadah, sehingga bisa dgn langsung dipergunakan oleh banyak umat yg membutuhkannya. dan wajar saja jika menyumbang merupakan karma baik, karena manfaat nya utk orang banyak, tetapi menyumbang pun harus lah melihat kondisi sendiri, jangan terlalu memaksakan, sehingga mengorbankan segala sesuatu demi menyumbang lalu berharap menunggu karma baik berbuah dgn cepat, yg ada adalah kekecewaan yg bisa berakibat pada pikiran yg negatif, bahkan menghasilkan perbuatan yg negatif pula, sehingga karma baiknya pun makin menjauh. untuk itulah sumbangan harus penuh dgn keiklhasan.

menurut saya karma itu seperti pohon, semakin tinggi keinginan anda, semakin tinggi pohon karma anda, sehingga buahnya sulit utk dijangkau, kecuali memang sudah matang pada saatnya dan jatuh dengan sendirinya.

untuk pelafalan trisarana yg anda minta, saya sewaktu kecil pernah diberikan penjelasan, klo gak salah arti dan makna dari tisarana itu seperti ini:
1. berlindung kepada budha - arti budha adalah yg paling benar, pengetahuan sempurna dll sbgnya
jadi maksudnya kita itu berlindung pada sumber yg benar
2. berlindung kepada dharma - berlindung pada ajaran atau cara yg benar
3. berlindung kepada shangha - berlindung pada praktek yg benar
kurang lebih seperti itu CMIIW ( Correct Me If I'm Wrong )

benar atau salah dari segala sesuatu itu sebetulnya kembali kepada diri anda, jadi anda diharapkan jangan menerima mentah2 dari semua yg diajarkan, tetapi diharapkan dapat membuktikannya (ehipasiko), saya sendiri pun senang mengutip kata2 dari semua agama, jadi bukan membatasi diri pada budhist saja, karena dimata saya semua manusia itu sama, dan selama wujudnya adalah manusia (dari gelandangan sampai biksu sekalipun), maka manusia itu bisa salah, kita semua tau apa dan siapa sosok yg maha sempurna itu, some people might say it's god or budha for me.
jadi kembali ke diri kita masing2 untuk mencerna semua pengalaman yg ada.

saya menemukan kata2 yg bagus menurut saya dan ingin saya share
ORANG YG BERBUAT BAIK MESKIPUN KARMA BAIK BELUM TIBA, TETAPI KARMA BURUK SUDAH MENJAUHINYA
ORANG YG BERBUAT JAHAT, MESKIPUN KARMA BURUK BELUM TIBA, TETAPI KARMA BAIK SUDAH MENJAUHINYA


demikian lah penjelasan dari saya, saya sendiri pun agama Budha KTP, yg sedang belajar. so besar kemungkinan banyak yg salah dari penjelasan saya, mohon kesalahan saya bisa dimaafkan, jika tidak bisa dimaafkan ya dilupakan.
 
Bukankah tujuan agama adalah memperbaiki kekeliruan dari kebudayaan, ambil contoh sejarah bagaimana para raja atau orang besar dahulu meninggal, maka sebagai wujud kesetiaan para pegawai dan pengurus raja atau oran orang besar harus ikut meninggal dengan asumsi hidup bersama dialam baka melayani Sang Raja dan orang besar tersebut.

Anda mengatakan bahwa dengan pertobatan dan pengampunan maka semua dosa termaafkan, sesungguhnya hal tersebut seperti tulisan anda dalam kitab Jataka sebelumnya, maka sesungguhnya perbuatan orang yang bertobat ataupun proses pertobatan tersebut sudah dirancang oleh pencipta mereka. Seperti wa katakan sebelumnya sesungguhnya semua hal yang baik dan jahat termasuk orang baik dan jahat itu menurut keyakinan agama lain adalah sudah rancanganNya. Jika orang menjadi jahat maka iaNya sesungguhnya ikut berkontribusi pada kejahatan itu sendiri bukan yang lain, manusia di dunia ini hanyalah alat mainanNya.

Memang kalau mau dicari terus pastilah akan terus menemukan pertanyaan ? Tapi satu hal yang baru saya sadari tanpa terasa adalah seperti tulisan Anda dalam Kitab Dhammapada : Orang Yang berbuat baik....dst... adalah adanya kuasa para malaikat, dewa, ataupun bodhisatva ataupun apa (yang pasti kekuatannya bisa menjadi apa saja) akan selalu bersama manusia yang selalu menjalankan ajaran suatu kepercayaan dengan baik dan benar, mungkin memang tidak adil karma baik orang yang sudah berbuat baik itu tidak kunjung berbuah namun spt dalam Dhammapada tersebut maka hal yang buruk pada orang yang menjalankan ajaran dgn baik dan benar menjadi tidak ada. Begitupun orang yang berbuah jahat maka upaya para mahluk tersebut seolah-olah membiarkan orang jahat tersebut semakin jatuh dalam, mungkin bila suatu saat beliau sadar adalah karna buah dari karma baik orang tersebut yang sedang berbuah.

Itu saja terima kasih atas penjelasannya, dan sekali lagi mohon maaf jika ada tulisan dan kata-kata saya yang kuran berkenan.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.