sfg
IndoForum Newbie F
- No. Urut
- 20205
- Sejak
- 10 Agt 2007
- Pesan
- 17
- Nilai reaksi
- 0
- Poin
- 1
Sutra Dharani Materai Kotak Sarira Seluruh Tubuh Rahasia Hati Semua Buddha
The Sutra of Casket Seal Dharani From The Secrete Bodies, Relics of All Buddha’s Heart
Sarvatathagathadhisthanahrdayaguhyadhatukaranndamu dradharanisutra
Yiqie Rulaixin Bimi Quanshen Shilibaoqieyin Toulounijing
Diterjemahkan dalam dari bahasa sansekerta ke mandarin oleh Yang Arya Amoghavajra semasa dinasti Ting
Diterjemahkan dari bahasa mandarin ke bahasa inggris oleh Jian Shan Lin
Diterjemahkan dari bahasa inggris ke bahasa Indonesia oleh Ivan Taniputera
Taisho Tripitaka no. 1022 A & 1023
Demikianlah yang telah kudengar,
Sang Buddha sedang berdiam dikolam Kegemilangan Berharga di Taman Tanpa Kekotoran, Negeri Magadha. Ia di kelilinggi oleh kumpulan tak terhitung para Bodhisatva, asura, garuda, kinnara, mahoraga, manusia dan bukan manusia.
Pada saat itu hadirlah seorang brahmana mulia dalam kumpulan itu yg bernama
Tanpa Kekotoran dan Cahaya mendalam. Ia merupakan seorang yg bijaksana dengan pengetahuan yang medalam. Semua orang senang berjumpa denganya. Ia berlindung kepada tiga permata dan senantiasa melaksanakan sepuluh tindakan bajik. Hatinya selalu diliputi balas kasih dan bijaksana. Ia selalu berharap agar semua mahkluk berada dalam keadaan yg sejahtera serta berlimpahan.
Brahmana yg bernama Tanpa Kekotoran dan Cahaya Mendalam itu berdiri dari tempat duduknya. Ia berjalan mendekati Sang Buddha serta mengelilinggi tujuh kali. Dipersembahkanya banyak bunga serta dupa kepada Buddha. Ia meletakan jubah-jubah dan perhiasan yg sangat berharga dihadapan Buddha.
Ditundukan kepalanya sebagai tanda hormat ke kaki Sang Buddha, lalu berdiri di satu sisi seraya berkata, “ kami mengundang yang di Junjung Dunia dan siapa saja yang hadir ditempat ini untuk bersama-sama menerima persembahan ditempat kediamanku besok pagi.” Buddha menerima undanga itu.
Sang brahmana memahami bahwa Buddha menerima undanganya. Dengan segera ia kembali ketempat kediamnya serta mempersiapkan seratus makan dan minuman lezat malam itu. Dibersihkanya seluruh gedung dan ruangan, serta digantungkanya banyak panji-panji. Pagi berikutnya, ia membawa serta keluarganya sambil membawa dupa dan bunga. Para pemain musik turut serta dalam rombongan tersebut. Mereka menghadap Buddha dan berkata,” telah tiba waktunya, silahkan dating ke tempat kediamanku.”
Buddha menyetujui apa yang dikatakan brahma Tanpa Kekotoran dan cahaya mendalam itu. Beliau mengumumkan pada semua yang hadir ditempat itu, “ kalian semua hendaknya pergi kerumah brahmana ini guna menerima persembahan sehingga ia dapat memperoleh pahala kebajikan besar.” Kemudian Buddha berdiri dari tempat duduknya dan bersamaan dengan itu memancarlah cahaya aneka warna. Semua orang yg menyaksikan ikut bangkit berdiri dan mulai berjalan bersama-sama.
Selanjutnya, sang brahmana beserta keluarganya berjalan sambil membawa dupa serta bunga . demikian pula dengan naga surgawi, delapan kelompok mahkluk hidup dan empat maharaja langit. Mereka berjalan didepan menjadi pembuka serta penunjuk jalan bagi Buddha.
Tidak beberapa lama Buddha berjalan, tibalah Ia di sebuah taman yang bernama
“ Kaya “
Disana terdapat stupa tua yang rusak dan ditumbuhi oleh alang-alang dan rumput. Stupa itu terkubur dalam tumpukan ubin serta bebatuan. Ia tampak bagaikan seongok rumput. Buddha berjalan menuju stupa tersebut, yang memancarkan sinar gilang gemilang. Terdengarlah suara pujian dari gundukan Lumpur itu : “ Bagus sekali, bagus sekali, dan engkau, wahai brahmana, akan menerima pahala dan kebajikan luar biasa.” Kemudian Buddha menghaturkan penghormatan kepada stupa itu dan berjalan mengelilingi searah jarum jam.
Buddha mengambil jubahnya dan meletakanya diatas gundukan lumpur tersebut. Ia menitikan air mata dengan derasnya. Setelah menanggis Buddha tersenyum kembali. Pada saat itu, para Buddha dari sepuluh penjuru menyaksikan peristiwa tersebut dan meneteskan air mata pula. Mereka memancarkan sinar terang pada stupa ini. Semua orang yang melihatnya menjadi gemetar dan binggung. Bodhisatva Vajrapani juga menitikan air mata pada kesempatan itu. Ia berjalan kehadapan Buddha dengan sikap hormat sambil membawa vajranya dan bertanya :
“ mengapa cahaya yang dipancarkaNya begitu gemilang ? mengapa Engkau menanggis ?
Para Buddha dari sepuluh penjuru nenampakan diri dengan cemerlang yang sama. Kami berharap Tathagata menjawab pertanyaanku dihadapan semua yang hadir ditempat ini.”
Sang Bhagavan memberitahu Vajrapani,” tak terhingga Dharma Materai Rahasia Dhrani Hati terdapat dalam stupa Kumpulan Sarira seluruh tubuh Buddha ini. Stupa ini benar-benar dipenuhi olehNya tanpa ada celah sedikitpun, sebanyak biji wijen dengan ratusan dan ribuan koti tubuh Buddha, yang banyaknya juga bagaikan biji wijen. Ratusan dan ribuan koti kumpulan sarira seluruh tubuh Buddha, bahkan 84.000 dharma bersemayam dalam stupa ini.
Selain itu, tak terhingga sarira yang berbentuk seperti kepala Buddha terdapat didalamnya. Hingga musabab yang luar biasa inilah, tidak peduli dimanapun stupa ini berada, ia memiliki daya spiritual yang luar biasa. Pahala kebajikanya sanggup mengabulkan seluruh dambaan duniawi.
Kemudian hadirin mendengarkan apa yang baru saja dibabarkan Buddha tersebut. Mereka menghapuskan segenap kekotoran batin dan begitu pula dengan seluruh kekwatiran dalam diri masing-masing.
Mereka merealisasi mata dharma nan murni serta memperoleh buah hasil sesuai dengan kondisi spiritual dan timbunan pahala kebajikan mereka yang beraneka ragam. Beberapa orang mencapai tingkatan Sakadagami, shrotapanna, anagami, arahat, prayeka Buddha, Bodhisatva, avaivartas, serta kebijaksanaan sarvajnana. Selanjutnya ada juga mencapai tingkatan bohisatva pertama, kedua, hingga kesepuluh. Beberapa diantara mereka menyempurnakan enam paramitha. Sang brahmana sendiri menghapuskan kekotoran batinya dengan merealisasi lima penembusan spiritual.
Ketika Bodhisatva Vajrapani menyaksikan hal yang ajaib ini, ia bertanya pada Buddha, “ bagus sekali, sungguh ajaib. Kami memperoleh pahala kebajikan luar biasa setelah mendengarnya. Jika kami mendengarkan ajaran kebenaran segenap hati menyakininya, berapa besarkah jasa serta pahala kebajikan yang kami peroleh ?
Buddha berkata, “ Dengarlah wahai Vajrapani, jika ada pria atau wanita serta empat kelompok siswaKU yang memiliki keyakinan dimasa mendatang menuliskan sutra ini, maka tindakannya itu dapat disamakan dengan menyalin seluruh sutra yang dibabarkan sembilan juta sembilan ratus ribu koti Buddha, semua Buddha akan menjaganya laksana melindungi matanya sendiri, atau bagaikan seorang ibu yang merawat anaknya. Apabila seseorang membaca sutra ini, maka tindakan itu dapat disepadankan dengan membaca semua sutra yang dibabarkan para Buddha di masa lampau, sekarang dan mendatang. Oleh kerena itulah, sembilan juta sembilan ratus ribu koti Buddha, yang tercerahi, sebanyak biji wijen hadir semuanya tanpa celah sedikitpun. Mereka menampakan diri guna melimpahkan berkah baik siang maupun malam pada ini.
Semua Buddha yang jumlahnya bagaikan butiran pasir disungai gangga akan hadir, kendati para Buddha yang telah hadir sebelumnya masih belum meninggalkan tempat tersebut. Mereka datang bergiliran bagaikan pasir yang bergerk memutar dalam putaran air. Mereka dan datang tanpa henti, jika seseorang mempersembahkan bunga, jubah indah serta perhiasan, yang elok dipandang pada sutra ini, maka seluruh persembahan itu akan berubah menjadi bunga-bunga surgawi, sedangkan jubah serta perhiasanya akan menjadi benda-benda yang terbuat dari tujuh jenis permata dihadapan sembilan juta sembilan ratus ribu koti Buddha dari sepuluh penjuru tersebut. Benda-benda ini akan berlipat ganda sehingga setinggi gunung sameru guna dipersembahkan. Benih kebajikan yang mereka tanam sunggulah besar.”
Pada saat itu, para naga surgawi, delapan kelompok mahkluk baik manusia dan bukan manusia mendengar mengenai hal ini. Mereka merasa keheranan dan berkata satu sama lain, “ Begitu gundukan lumpur terbengkalai ini. Ia telah berubah wujud secara spiritual karena berkah para Buddha.”
Vajrapani bertanya pada Buddha kembali
The Sutra of Casket Seal Dharani From The Secrete Bodies, Relics of All Buddha’s Heart
Sarvatathagathadhisthanahrdayaguhyadhatukaranndamu dradharanisutra
Yiqie Rulaixin Bimi Quanshen Shilibaoqieyin Toulounijing
Diterjemahkan dalam dari bahasa sansekerta ke mandarin oleh Yang Arya Amoghavajra semasa dinasti Ting
Diterjemahkan dari bahasa mandarin ke bahasa inggris oleh Jian Shan Lin
Diterjemahkan dari bahasa inggris ke bahasa Indonesia oleh Ivan Taniputera
Taisho Tripitaka no. 1022 A & 1023
Demikianlah yang telah kudengar,
Sang Buddha sedang berdiam dikolam Kegemilangan Berharga di Taman Tanpa Kekotoran, Negeri Magadha. Ia di kelilinggi oleh kumpulan tak terhitung para Bodhisatva, asura, garuda, kinnara, mahoraga, manusia dan bukan manusia.
Pada saat itu hadirlah seorang brahmana mulia dalam kumpulan itu yg bernama
Tanpa Kekotoran dan Cahaya mendalam. Ia merupakan seorang yg bijaksana dengan pengetahuan yang medalam. Semua orang senang berjumpa denganya. Ia berlindung kepada tiga permata dan senantiasa melaksanakan sepuluh tindakan bajik. Hatinya selalu diliputi balas kasih dan bijaksana. Ia selalu berharap agar semua mahkluk berada dalam keadaan yg sejahtera serta berlimpahan.
Brahmana yg bernama Tanpa Kekotoran dan Cahaya Mendalam itu berdiri dari tempat duduknya. Ia berjalan mendekati Sang Buddha serta mengelilinggi tujuh kali. Dipersembahkanya banyak bunga serta dupa kepada Buddha. Ia meletakan jubah-jubah dan perhiasan yg sangat berharga dihadapan Buddha.
Ditundukan kepalanya sebagai tanda hormat ke kaki Sang Buddha, lalu berdiri di satu sisi seraya berkata, “ kami mengundang yang di Junjung Dunia dan siapa saja yang hadir ditempat ini untuk bersama-sama menerima persembahan ditempat kediamanku besok pagi.” Buddha menerima undanga itu.
Sang brahmana memahami bahwa Buddha menerima undanganya. Dengan segera ia kembali ketempat kediamnya serta mempersiapkan seratus makan dan minuman lezat malam itu. Dibersihkanya seluruh gedung dan ruangan, serta digantungkanya banyak panji-panji. Pagi berikutnya, ia membawa serta keluarganya sambil membawa dupa dan bunga. Para pemain musik turut serta dalam rombongan tersebut. Mereka menghadap Buddha dan berkata,” telah tiba waktunya, silahkan dating ke tempat kediamanku.”
Buddha menyetujui apa yang dikatakan brahma Tanpa Kekotoran dan cahaya mendalam itu. Beliau mengumumkan pada semua yang hadir ditempat itu, “ kalian semua hendaknya pergi kerumah brahmana ini guna menerima persembahan sehingga ia dapat memperoleh pahala kebajikan besar.” Kemudian Buddha berdiri dari tempat duduknya dan bersamaan dengan itu memancarlah cahaya aneka warna. Semua orang yg menyaksikan ikut bangkit berdiri dan mulai berjalan bersama-sama.
Selanjutnya, sang brahmana beserta keluarganya berjalan sambil membawa dupa serta bunga . demikian pula dengan naga surgawi, delapan kelompok mahkluk hidup dan empat maharaja langit. Mereka berjalan didepan menjadi pembuka serta penunjuk jalan bagi Buddha.
Tidak beberapa lama Buddha berjalan, tibalah Ia di sebuah taman yang bernama
“ Kaya “
Disana terdapat stupa tua yang rusak dan ditumbuhi oleh alang-alang dan rumput. Stupa itu terkubur dalam tumpukan ubin serta bebatuan. Ia tampak bagaikan seongok rumput. Buddha berjalan menuju stupa tersebut, yang memancarkan sinar gilang gemilang. Terdengarlah suara pujian dari gundukan Lumpur itu : “ Bagus sekali, bagus sekali, dan engkau, wahai brahmana, akan menerima pahala dan kebajikan luar biasa.” Kemudian Buddha menghaturkan penghormatan kepada stupa itu dan berjalan mengelilingi searah jarum jam.
Buddha mengambil jubahnya dan meletakanya diatas gundukan lumpur tersebut. Ia menitikan air mata dengan derasnya. Setelah menanggis Buddha tersenyum kembali. Pada saat itu, para Buddha dari sepuluh penjuru menyaksikan peristiwa tersebut dan meneteskan air mata pula. Mereka memancarkan sinar terang pada stupa ini. Semua orang yang melihatnya menjadi gemetar dan binggung. Bodhisatva Vajrapani juga menitikan air mata pada kesempatan itu. Ia berjalan kehadapan Buddha dengan sikap hormat sambil membawa vajranya dan bertanya :
“ mengapa cahaya yang dipancarkaNya begitu gemilang ? mengapa Engkau menanggis ?
Para Buddha dari sepuluh penjuru nenampakan diri dengan cemerlang yang sama. Kami berharap Tathagata menjawab pertanyaanku dihadapan semua yang hadir ditempat ini.”
Sang Bhagavan memberitahu Vajrapani,” tak terhingga Dharma Materai Rahasia Dhrani Hati terdapat dalam stupa Kumpulan Sarira seluruh tubuh Buddha ini. Stupa ini benar-benar dipenuhi olehNya tanpa ada celah sedikitpun, sebanyak biji wijen dengan ratusan dan ribuan koti tubuh Buddha, yang banyaknya juga bagaikan biji wijen. Ratusan dan ribuan koti kumpulan sarira seluruh tubuh Buddha, bahkan 84.000 dharma bersemayam dalam stupa ini.
Selain itu, tak terhingga sarira yang berbentuk seperti kepala Buddha terdapat didalamnya. Hingga musabab yang luar biasa inilah, tidak peduli dimanapun stupa ini berada, ia memiliki daya spiritual yang luar biasa. Pahala kebajikanya sanggup mengabulkan seluruh dambaan duniawi.
Kemudian hadirin mendengarkan apa yang baru saja dibabarkan Buddha tersebut. Mereka menghapuskan segenap kekotoran batin dan begitu pula dengan seluruh kekwatiran dalam diri masing-masing.
Mereka merealisasi mata dharma nan murni serta memperoleh buah hasil sesuai dengan kondisi spiritual dan timbunan pahala kebajikan mereka yang beraneka ragam. Beberapa orang mencapai tingkatan Sakadagami, shrotapanna, anagami, arahat, prayeka Buddha, Bodhisatva, avaivartas, serta kebijaksanaan sarvajnana. Selanjutnya ada juga mencapai tingkatan bohisatva pertama, kedua, hingga kesepuluh. Beberapa diantara mereka menyempurnakan enam paramitha. Sang brahmana sendiri menghapuskan kekotoran batinya dengan merealisasi lima penembusan spiritual.
Ketika Bodhisatva Vajrapani menyaksikan hal yang ajaib ini, ia bertanya pada Buddha, “ bagus sekali, sungguh ajaib. Kami memperoleh pahala kebajikan luar biasa setelah mendengarnya. Jika kami mendengarkan ajaran kebenaran segenap hati menyakininya, berapa besarkah jasa serta pahala kebajikan yang kami peroleh ?
Buddha berkata, “ Dengarlah wahai Vajrapani, jika ada pria atau wanita serta empat kelompok siswaKU yang memiliki keyakinan dimasa mendatang menuliskan sutra ini, maka tindakannya itu dapat disamakan dengan menyalin seluruh sutra yang dibabarkan sembilan juta sembilan ratus ribu koti Buddha, semua Buddha akan menjaganya laksana melindungi matanya sendiri, atau bagaikan seorang ibu yang merawat anaknya. Apabila seseorang membaca sutra ini, maka tindakan itu dapat disepadankan dengan membaca semua sutra yang dibabarkan para Buddha di masa lampau, sekarang dan mendatang. Oleh kerena itulah, sembilan juta sembilan ratus ribu koti Buddha, yang tercerahi, sebanyak biji wijen hadir semuanya tanpa celah sedikitpun. Mereka menampakan diri guna melimpahkan berkah baik siang maupun malam pada ini.
Semua Buddha yang jumlahnya bagaikan butiran pasir disungai gangga akan hadir, kendati para Buddha yang telah hadir sebelumnya masih belum meninggalkan tempat tersebut. Mereka datang bergiliran bagaikan pasir yang bergerk memutar dalam putaran air. Mereka dan datang tanpa henti, jika seseorang mempersembahkan bunga, jubah indah serta perhiasan, yang elok dipandang pada sutra ini, maka seluruh persembahan itu akan berubah menjadi bunga-bunga surgawi, sedangkan jubah serta perhiasanya akan menjadi benda-benda yang terbuat dari tujuh jenis permata dihadapan sembilan juta sembilan ratus ribu koti Buddha dari sepuluh penjuru tersebut. Benda-benda ini akan berlipat ganda sehingga setinggi gunung sameru guna dipersembahkan. Benih kebajikan yang mereka tanam sunggulah besar.”
Pada saat itu, para naga surgawi, delapan kelompok mahkluk baik manusia dan bukan manusia mendengar mengenai hal ini. Mereka merasa keheranan dan berkata satu sama lain, “ Begitu gundukan lumpur terbengkalai ini. Ia telah berubah wujud secara spiritual karena berkah para Buddha.”
Vajrapani bertanya pada Buddha kembali