“Daripada hanya berharap seorang trader seharusnya merasa takut, dan daripada merasa takut seorang trader seharusnya berharap. Ia seharusnya takut kerugiannya akan bertambah besar, dan berharap keuntungannya bisa bertambah banyak.” - Jesse Livermore, trader legendaris.
Kata-kata diatas sering dikutip karena trading bukan berarti melawan pasar atau menunjukkan pada orang-orang bahwa Anda piawai dalam bisnis ini. Emosi memang selalu ada dan tidak bisa dihilangkan, namun dalam trading yang sering timbul adalah emosi negatif, yang seharusnya dihindari.
Mengapa emosi negatif harus dihindari
Jika Anda memutuskan sendiri untuk entry ataupun exit (discretionary trading) emosi Anda akan ikut terlibat. Keterlibatan emosi ini sering kali tampak pada trader pemula yang berharap kerugiannya akan segera tertebus dan mereka akan entry dengan harapan tidak akan mengalami kerugian lagi. Mereka juga takut profit yang telah diperoleh akan bisa berbalik jadi loss sehingga mereka secepatnya menutup trade tersebut. Namun demikian tarik-menarik antara ketakutan dan harapan ini tidak akan bisa selalu berjalan dalam jangka panjang.
Cara yang lebih cerdas untuk menggunakan emosi
Cara yang lebih cerdas untuk mengendalikan emosi adalah dengan bagaimana Anda menyikapi rasa takut dan harapan. Jika Anda bisa mengubah rasa takut entry karena takut rugi ke rasa takut karena tidak bisa mengendalikan emosi ketika loss, maka Anda telah bisa menggunakan emosi dengan cerdas, terlepas dari balance pada account trading Anda.
Trader mesti menerima dasar pemikiran bahwa kita tidak akan pernah tahu apakah trade yang telah kita lakukan akan mengenai level stop loss atau level take profit. Jika Anda telah entry sesuai dengan sinyal trading yang Anda peroleh, biarlah harapan Anda yang bermain. Berharaplah pasar akan bergerak sesuai dengan perkiraan dan pada saat yang tepat Anda bisa menggeser level stop loss pada level breakeven.