• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

perguruan senam pernapasan masuk sini! kita kenalan

judi

IndoForum Activist D
No. Urut
12992
Sejak
22 Mar 2007
Pesan
12.330
Nilai reaksi
459
Poin
83
hallo....para pendekar dunia persilatan...kita kenalan yuk...
ane dari perguruan GMC (goro masil sacongga)
termasuk perguruan penerus pernapasan sahbandar kari madi...10 jurus senam pernapaasan ditambah 5 kawinan (gerakan senam campuran)
 
bro mungkin perlu dikenalin sekalian sedikit sejarah perguruan gmc...guru besar...lokasi... model2 khususnya... namanya agak asing...mungkin artinya...

btw lam knal...ane dr tenaga dasar.... kateda, pstd, kixa, sindo...
 
kenalin dulu ente

sejarah perguruan ente,asas/syarat perguruan ente,baru kita sharing bareng bareng
 
wahaha asyik kenal Abah ANda juga ^^

abah anda itu paling hebat dan paling keren loh... heheheh

mau tau cerita abah anda lebih banyak?
kebetulan saya kenal dengan kerabat2 abah anda

*Pak idit junaedi anak tiri abah anda yang sekarang tinggal di kediaman abah, cikuya cikalengka....
 
perkenalkan, ane dari PPS Jurus.

perguruan ane berdiri di bawah naungan IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) bila ingin tahu lebih jauh tentang apa itu Jurus, anda bisa buka website Jurus di http://www.jurus71.co.nr/
 
wah sepi.. sedihnya hiks

apakah peminat beladiri begitu minim ampe sub forum ini sepi?

dikupas dari www.margaluyu-pusat.net

Gerak Badan Margaluyu Pusat adalah satu diantara banyak pusat-pusat pelatihan yang pada hakekatnya untuk melestarikan warisan para leluhur yang telah menurunkan ilmu, dalam upaya menjaga keselamatan lahir dan bathin, dunia dan akherat dengan ridhlo Allah SWT melalui latih diri untuk membangkitkan tenaga dalam yang dimiliki oleh setiap orang. Dampak nyata yang terlihat adalah badan jasmani yang sehat serta percaya diri yang kuat

Evolusi kesadaran dan Kecerdasan

Disadari atau tidak, bahwa telah terjadi evolusi didalam diri setiap orang.
Kemajuan perkembangan kepribadian seseorang, adalah suatu yang kasat mata dan kasat rasa, dimulai dari mengandalkan insting sewaktu masih balita, sampai dengan menggunakan kecerdasan yang bersesuaian dengan usia fisik. Kejadian seperti ini secara sederhana kita sebut dengan evolusi kesadaran.

Evolusi Kesadaran selalu berbanding lurus dengan kecerdasan. Percepatan Evolusi kesadaran membuat seseorang memiliki Inteligent advantage comparation. Karena Evolusi Kesadaran kecepatan geraknya tidak sama pada setiap orang.

Pendidikan formal berperan untuk memacu evolusi kesadaran agar memiliki kecerdasan fisik / Inteligent Quotient (IQ). Lingkungan sekitar kita menjalani kehidupan mempengaruhi kadar emosi. Pendidikan agama / kepercayaan, membuat sadar akan adanya pagar antara benar dan salah. Apapun bentuk pendidikan kesemuanya tidak menjamin seseorang untuk memiliki budi pekerti luhur.

Secara faktual para leluhur kita telah mewariskan ajaran budi pekerti yang bersifat universal. Dan tidak bertentangan dengan semua keyakinan, kepercayaan dan agama. Gerak Badan Margaluyu Pusat menitik beratkan pada olah kepribadian dengan basis pembentukan budi pekerti luhur, berusaha untuk memacu percepatan evolusi kesadaran yang pada akhirnya Insya Allah akan mendapatkan level kecerdasan yang tinggi.

1. Secara sederhana Kecerdasan terdifinisikan memiliki lapis-lapis kecerdasan sebagai berikut: Kecerdasan fisik yang biasa kita kenal dengan Inteligent Quotient (IQ)
2. Kecerdasan Emosi / Emosion Quotient (EQ)
3. Kecerdasan Emosi Spiriual / Emosion Spiritual Quotient (ESQ)
4. Kecerdasan Spiritual / Inteligent Spiritual Quotient (ISQ).

Apapun bentuk tindakanya, terlepas dari salah atau benar tindakan seseorang, jika dilakukan dengan cara yang tidak cerdas, dipastikan akan menghasilkan kesulitan bagi orang lain maupun lingkungan sekitarnya dan kontra produktip.

Diyakini sepenuhnya bahwa Kecerdasan adalah satu satunya alat untuk membuat seseorang memiliki budi pekerti luhur. Oleh karena itu Gerak Badan Margaluyu Pusat tidak mencetak seseorang menjadi Pendekar, tetapi berusaha membuat seseorang memiliki budi pekerti yang luhur yang memiliki potensi beladiri lahir maupun bathin yang mumpuni.

Prinsip dasar tenaga dalam (Esoteric Inner Power energy)

Setiap orang dianugrahkan tenaga dalam oleh Allah SWT
Tetapi tenaga dalam tersebut hanya bisa dikeluarkan bila diolah. Sehingga dapat di manfaatkan secara sadar di saat-saat diperlukan. Kejut tenaga dalam keluar maksimal pada saat nafas terhenti sejenak (NOL). Oleh karena itu kondisi NOL adalah kondisi konsentrasi puncak tenaga. Kondisi NOL adalah kondisi yang ditandai dengan terputusnya hubungan dunia luar dengan otak kita. Dengan demikian jasmani kita sepenuhnya dikuasai oleh kekuatan HIDUP. Dimana kekuatan HIDUP ini menebarkan daya tolak terhadap bahaya yang datang ke badan jasmani kita. Dilain pihak kekuatan HIDUP selalu menyerap rasa kasih sejati, dan menetralisir semua jenis nafsu dan menggabungkanya menjadi satu. Kekuatan yang timbul itu sebenarnya datang dari bersatunya ke empat anasir nafsu yang ada di badan jasmani kita.

Menjadi pendekar / memiliki tenaga dalam bukan tujuan utama keilmuan Margaluyu Pusat. Karena keilmuan apapun aliranya tidak menjamin seseorang memiliki budi pekerti luhur. Oleh karena itu Keilmuan Margaluyu Pusat berusaha mengolah seseorang untuk menjadi cerdas lahir dan bathinya. Dalam artian berusaha untuk mempercepat evolusi kesadaran menuju tahap kecerdasan spiritual / Inteligent Spiritual Quession (ISQ)

sekilas tentang riwayat hidup Abah Anda

http://id.wikipedia.org/wiki/Andadinata/
 
makanya kita buat reme...kita undang main kesini
 
mmmm,

jikalau ada yang mampu menghancurkan batu dalm sekali pukul,
jikalau ada yang mampu meloncati tembok setinggi 3 meter,
jikalau ada yang berlari secepat kuda,

dgn segala kerendahan saya berminat jadi murid ANDA.
 
kalo mau bisa kayak gitu jangan belajar beladiri, berguru sama orang sirkus aja

beladiri itu melatih insting dasar manusia untuk survive
 
kalo mau bisa kayak gitu jangan belajar beladiri, berguru sama orang sirkus aja

beladiri itu melatih insting dasar manusia untuk survive

tapi semua itu masih mungkin koq..

salah satu kehabatan manusia adalah akal budinya

jikalau ada yang mampu menghancurkan batu dalm sekali pukul,

ambil batu kecil pukul pake martil besar ...dalam sekali pukul pasti pecah
(tidak jelaskan kita harus memukulnya pake apa kan?) (batu walaupun kecil tetap batu juga khan?)

jikalau ada yang mampu meloncati tembok setinggi 3 meter,

pake Galah yg biasa dilakukan atlet loncat galah...3 meter sih pasti lewat..rekor nasioanal loncat galah lebih dari 3 meter koq
(gak dijelasin gak boleh pake alat bantu khan?)

jikalau ada yang berlari secepat kuda,

ini juga masalah kecil....ambil kuda kecil yg masih menyusui ...kita ajak dia adu lari...

(biar kecil tetap disebut kuda khan?)
itulah kehebatannya akal budi....:)

jebalkober2..panggil ane guru.....

gak usah beragumant lagi....permintaan ente dah ane penuhi.....kalau mau jadi pendekar, ucapan pertama yg harus dipegang. tidak tidak ingkar janji sebagai laki-laki
 
tapi semua itu masih mungkin koq..

salah satu kehabatan manusia adalah akal budinya



ambil batu kecil pukul pake martil besar ...dalam sekali pukul pasti pecah
(tidak jelaskan kita harus memukulnya pake apa kan?) (batu walaupun kecil tetap batu juga khan?)



pake Galah yg biasa dilakukan atlet loncat galah...3 meter sih pasti lewat..rekor nasioanal loncat galah lebih dari 3 meter koq
(gak dijelasin gak boleh pake alat bantu khan?)



ini juga masalah kecil....ambil kuda kecil yg masih menyusui ...kita ajak dia adu lari...

(biar kecil tetap disebut kuda khan?)
itulah kehebatannya akal budi....:)

jebalkober2..panggil ane guru.....

gak usah beragumant lagi....permintaan ente dah ane penuhi.....kalau mau jadi pendekar, ucapan pertama yg harus dipegang. tidak tidak ingkar janji sebagai laki-laki

mantab

ente bener2 udah mendapatkan inti margaluyu yaitu meningkatkan kecerdasan spiritual

wajar lah wong situ senior ane kok :D
 
Margaluyu--->apa ini perguruan TD ya..??
Share dunk seluk neluk-nya
 
www.margaluyu-pusat.net
http://id.wikipedia.org/wiki/Andadinata


ENTANG SEJARAH SILAT TENAGA DALAM



Pembaca yang budiman, untuk melengkapi artikel saya tentang Silat Tenaga Dalam Nur Illahi, saya postingkan hasil browsing saya di internet tentang asl usul dan ciri khas silat tenaga dalam, walau tidak persis 100 %, tapi agak bisa menjelaskan sedikit…

Berikut ini adalah hasil temuan kami atas pengamatan dan penelusuran sejarah Tenaga Dalam di Indonesia…..

Tenaga dalam (versi Indonesia) identik dengan ilmu yang mampu menghalau lawan dalam keadaan amarah/emosi dari jarak jauh. Lazimnya, bela diri jenis ini digali melalui olah napas, jurus dan pengejangan pada bagian tubuh tertentu (dada/perut). Terkadang pula disertai ajaran spiritual.

Perkembangan sejarah tenaga dalam di Indonesia diwarnai oleh 4 tokoh penting. Yaitu

1. Muhammad Toha pendiri Sin Lam Ba (Jakarta),

2. Anandinata pendiri Margaluyu (Bandung),

3. H Abdul Rasyid pendiri Budi Suci (Bogor) dan

4. Nampon pendiri Tri Rasa (Bandung).

sejarah perguruan2 Tenaga Dalam di Indonesia

Pada akhir abad 19 tenaga dalam sudah mulai dipelajari secara terbatas tetapi baru keluar dari “sangkar”-nya pada tahun 1932 ketika Nampon melakukan aktivitas nyleneh di depan stasiun Padalarang. Saking girangnya menyambut kelahiran anak pertamanya, Nampon diluar kesadarannya berteriak-teriak seperti orang gila. Karena dianggap gila, Nampon hendak diringkus beramai-ramai. Namun dari sekian orang yang akan menjamah tubuhnya itu jatuh terpelating.

Nampon lahir di Ciamis pada tahun 1888 dan wafat tahun 1962. Semula adalah pegawai di jawatan kereta api di jaman Belanda. Ia dipecat dan berulang kali masuk bui karena sikapnya yang anti penjajah Belanda. Diantara murid Nampon yang berjasa ikut mengembangkan tenaga dalam adalah Setia Muchlis dan KM Tamim yang kemudian mendirikan perguruan TRI RASA yang banyak diikuti kalangan Mahasiswa di Bandung, diantaranya murid itu adalah Bung Karno dan M Natsir.

Dari Nampon

Menurut kalangan pendekar sepuh di wilayah Jawa Barat, sebelum memperkenalkan “jurus tenaga dalam“ Nampon banyak belajar ilmu dari pendekar yang lebih senior. Ia pernah berguru pada Abah Khoir pencipta silat Cimande, dan pendekar-pendekar asal Batavia diantaranya Bang Madi, Bang Kari, Bang Ma’ruf juga H Qosim pendekar yang diasingkan kerajaan Pagar Ruyung, Padang karena mengajarkan silat di luar kerajaan.

Kini ketika perguruan tenaga dalam menjamur hampir di seluruh kota dengan bendera yang berbeda-beda (walau corak jurus dan oleh napas serupa), kemudian muncul pertanyaan, dari mana asalnya ilmu tenaga dalam dan siapa tokoh yang pertama kali menciptakannya?


Sidik, murid dari H Abdul Rosyid pendiri aliran Budi Suci yang banyak menyebarkan aliran ini di Jawa dan Sumatra, pada tahun 1985 mengatakan bahwa jurus tenaga dalamnya diwarnai keilmuan Abah Khoir dan Nampon. Begitu halnya dengan aliran yang banyak berkembang di Jawa Tengah, seperti Ragajati di Banyumas, JSP (Jurus Seni Penyadar) di Tegal dan beberapa aliran di Semarang.

Yosis Siswoyo Guru Besar aliran Bandar Karima Bandung saat dikonfirmasi, mensinyalir bahwa kemunculan tenaga dalam di wilayah Jawa Barat secara terbuka memang terjadi pada masa Nampon sepulang dari penjara Digul.

Namun demikian Yosis tidak berani memastikan pencipta jurus tenaga dalam itu Nampon seorang, mengingat pada masa yang hampir bersamaan, di Batavia/Jakarta juga muncul aliran Sin Lam Ba dan Al-Hikmah, bahkan pada tahun yang hampir bersamaan, di daerah Ranca Engkek Bandung Andadinata memunculkan ilmu tenaga dalam yang diklaim asli hasil pemikirannya sendiri.

Aliran Andadinata ini kemudian dikenal dengan nama Marga Rahayu namun kemudian dirubah menjadi Margaluyu dan mulai dikenalkan pada pada khalayak pada tahun 1932, tetapi pada tahun 1922 aliran itu sudah diperkenalkan dalam lingkup yang terbatas.

Anandinata konon memiliki beberapa murid, diantaranya Dan Suwaryana, dosen ASRI yang juga wartawan di Yogyakarta. Dari Dan Suwaryana ini kemudian “pecah” (berkembang) lebih dari 17 perguruan tenaga dalam besar yang kini bermarkas di kota gudeg, Yogyakarta, diantaranya Prana Sakti yang dikembangkan Aspanuddin Panjaitan.

Menurut berbagai pihak yang dapat dipercaya, perguruan yang terinspirasi oleh Prana Sakti itu, diantaranya : Prana Sakti Indonesia, Prana Sakti Jayakarta, Satria Nusantara, Perdawa Padma, Radiasi Tenaga Dalam, Kalimasada, Bunga Islam, Al-Barokah, Indonesia Perkasa, Sinar Putih, Al-Barokah, Al-Ikhlas, dll.

Para Wali

Konon, keilmuan yang ada pada Margaluyu itu sendiri memiliki silsilah dari para Wali di tanah Jawa, yang apabila diruntut yaitu dari Syekh Datul Kahfi – Prabu Kian Santang / P.Cakrabuana (Setelah masuk Islam dikenal sebagai Sunan Rahmad Suci Godong Garut) kemudian ke : Sunan Gunung Jati dan dari beliau turun ke Anandinata.

Hingga kini sejarah tenaga dalam masih misteri, siapa tokoh yang pertama kali menciptakannya. Para pinesepuh juga tidak memiliki refrensi yang kuat berkaitan dengan sejarah perguruan dan pencetusnya.

Dari kalangan Budi Suci atau perguruan yang mengambil sumber dari aliran yang didirikan H Abdul Rosyid ini setidaknya ada 3 nama tokoh yang disebut-sebut dalam “ritual” yaitu Madi, Kari dan Syahbandar (atau disebut Subandari, tetapi bernama asli H Qosim).

Tentang nama Madi, Kari dan Syahbandar sebagaimana disebut diatas, memang banyak mewarnai keilmuan Nampon, namun keilmuan itu lebih bersifat fisik, karena dalam catatan “tempo doeloe” Madi dan Kari belum memperkenalkan teknik bela diri tenaga dalam (pukulan jarak jauh).

Baik Madi, Kari dan Syahbandar dikenal sebagai pendekar silat (fisik) pada masanya. H. Qosim yang kemudian dikenal sebagai Syahbandar atau Mama’ Subadar karena tinggal dan disegani masyarakat desa Subadar di wilayah Cianjur. Sedangkan Madi dikenal sebagai penjual dan penjinak kuda binal yang diimpor asal Eropa.

Dalam dunia persilatan Madi dikenal pakar dalam mematah siku lawan dengan jurus gilesnya, sedangkan Kari dikenal sebagai pendekar asli Benteng Tangerang yang juga menguasai jurus-jurus kung fu dan ahli dalam teknik jatuhan.

Pada era Syahbandar, Kari dan Madi banyak pendekar dari berbagai aliran berkumpul. Batavia seakan menjadi pusat barter ilmu bela diri dari berbagai aliran, mulai dari silat Padang, silat Betawi kombinasi kung fu ala Bang Kari, juga aliran Cimande yang dibawa oleh Khoir.

Dari aliran Budi Suci yang keilmuannya konon bersumber dari Khoir dan Nampon, juga tidak berani mengklaim bahwa tenaga dalam itu bersumber (hanya) dari Nampon seorang. Begitu halnya kalangan yang mengambil sumber dari Margaluyu.

Kalangan Budi Suci, menganalisa bahwa Namponlah yang patut dianggap sebagai pencipta, karena dalam ritual (wirid), nama-nama yang disebut adalah Madi, Kari dan Syahbandar (Syeh Subandari), sedangkan nama Nampon tidak disebut-sebut. Ini menunjukkan bahwa inspirasi ilmu berasal dari tokoh sebelum Nampon, walau nampon yang kemudian merangkum dan menyempurnakannya. Namun simpulan itu diragukan mengingat pada masa pendekar Madi, Kari, Sahbandar ini tenaga dalam belum dikenal.

Terbukti, dalam suatu peristiwa saat Madi diserang kuda binal juga mematahkan kaki kuda dengan tangkisan tangannya, dan Khoir guru dari Nampon saat bertarung dengan pendekar Kung Fu, juga menggunakan selendang untuk mengikat lawannya pada pohon pinang. Artinya, jika tenaga dalam itu sudah ada, dan mereka-mereka itu adalah pakarnya, kenapa musti pakai selendang segala? Kenapa tidak pakai “jurus kunci” agar pendekar Kung Fu itu tidak bisa bergerak.

Justru pemanfaatan tenaga dalam itu baru tercatat pada era Nampon tahun 1930-an. Kasus “histeris” saat menyambut kelahiran anaknya di depan stasiun Padalarang, dan pertarungan Nampon dengan Jawara Banten juga saat melayani tantangan KM Thamim yang (setelah kalah) lalu berguru kepadanya.

Yosis Siswoyo (63) dari Silat Bandar Karima (kepanjangan dari Syahbandar, Kari dan Madi) termasuk kalangan pendekar generasi tua di Bandung juga mengakui dari kalangan perguruan pencak silat dan tenaga dalam memang kurang mentradisikan dalam pelestarian sejarah perguruannya.

Walau Yosis menyebut Nampon dan Andadinata sebagai tokoh yang banyak berjasa mengenalkan tenaga dalam di wilayah Jawa Barat, namun kemunculan Sin Lam Ba dan Al-Hikmah di Batavia pada kurun waktu yang hampir bersamaan, (bahkan disinyalir lebih dulu) juga perlu dipertimbangkan bagi yang ingin melacak sejarah.

Tentang Sin Lam Ba, H Harun Ahmad, murid Muhammad Toha guru besar Sin Lam Ba - Jakarta, kepada penulis menjelaskan bahwa pada tahun 1896 Bang Toha yang juga anggota Polisis di zaman Belanda itu menemukan jurus tenaga dalam dari H Odo seorang kiai dari pesantren di Cikampek, Jawa Barat sedangkan Al-Hikmah yang dikembangkan oleh Abah Zaki Abdul Syukur juga bersumber dari Bang Toha bahkan pada awal kali memulai aktivitas perguruannya, sempat bergabung dibawah panji Sin Lam Ba. Namun ketika H Harun Ahmad ditanya tentang dari mana H Odo mendapatkan ilmu itu, ia tak dapat menjelaskannya.

H Harun hanya menjelaskan, aliran tenaga dalam yang kini berubah menjadi nama yang banyak dan berbeda-beda itu, dulunya adalah “Ilmu Tanpa Nama” yang kemudian dikembangkan pencetusnya dengan cara mengadopsi atau menyampur dari berbagai aliran yang pernah dipelajarinya.

Mulai Berubah Fungsi

Melacak sejarah perkembangan tenaga dalam setidaknya dapat ditelusuri dari sejarah berdirinya aliran tenaga dalam “tua” yaitu :

1896 pertemuan M. Toha dengan H. Odo di Cikampek lalu berdiri aliran Sin Lam Ba di Jakarta.

1922 secara terbatas Andadinata mulai memperkenalkan jurus tenaga dalam di daerah Ranca Ekek, Bandung. Dari Andadinata kemudian muncul aliran Margaluyu.

1932 Nampon mendirikan aliran Tri Rasa di Bandung dan H. Abdul Rosyid mendirikan aliran Budi Suci di Bogor.

Penelusuran sementara sejarah perkembangan perguruan tenaga dalam lebih tertuju pada wilayah Jawa Barat dan Batavia sebagai tempat kelahiran aliran tenaga dalam.

Aliran bercorak Nampon menyebar ke Jawa Tengah melalui perguruan Ragajati, JSP (jurus seni penyadar) dan beberapa aliran tanpa nama.

Sin Lam Ba lebih banyak berkembang di wilayah Jakarta, sedangkan Al-Hikmah masuk Jawa Tengah melalui jalur pesantren Bambu Runcing di Parakan Temanggung. Budi Suci yang didirikan H. Abdul Rosyid di Bogor memilih wilayah pengembangan di wilayah pantai utara ke arah timur mulai dari Jakarta, Bekasi, Karawang, Cikampek, Kuningan, Indramayu dan Cirebon, Semarang, Rembang dan tahun 1983 di Cluwak, Pati Utara. Sedangkan Margaluyu justru berkembang pesat di wilayah Yogyakarta, walau guru yang belajar dari aliran ini kemudian mengganti perguruan dengan nama baru.

Pada tahun-tahun berikutnya, perkembangan perguruan tenaga dalam layaknya MLM (Multi Level Marketing). Seseorang yang belajar pada suatu perguruan memilih untuk mendirikan perguruan baru sesuai selera pribadinya. Ini adalah gejala alamiah yang tidak perlu dimasalahkan, karena setiap guru atau orang yang merasa mampu mengajarkan ilmu pada orang lain itu belum tentu sepaham dengan tradisi yang ada pada perguruan yang pernah diikutinya.

Pertimbangan merubah nama perguruan itu dilatarbelakangi oleh hal-hal yang amat kompleks, mulai adanya ketidaksepahaman pola pikir antara orang zaman dulu yang mistis dan kalangan modernis yang mempertimbangkan sisi kemurnian aqidah dan ilmiah, disamping pertimbangan dari sisi komersial. Yang pasti, misi orang mempelajari tenaga dalam pada masyarakat sekarang sudah mulai berubah dari yang semula berorientasi pada ilmu kesaktian menuju pada gerak fisik (olah raga) karena orang sekarang menganggap lawan berat yang sesungguhnya adalah penyakit. Karena itu, promosi perguruan lebih mengeksploitasi kemampuan mengobati diri sendiri dan orang lain.

Aliran perguruan tenaga dalam yang mengeksploitasi kesaktian kini lebih diminati masyarakat tradisional. Dan menurut pengamatan penulis, perguruan ini justru sering “bermasalah” disebabkan pola pembinaan yang menggiring penganutnya pada sikap “kejawaraan” melalui doktrin-doktrin yang kurang bersahabat pada aliran lain dari sesama perguruan tenaga dalam maupun bela diri dari luar (asing).

Sikap ini sebenarnya bertentangan dengan sikap para tokoh seperti Bang Kari yang selalu wanti-wanti agar siapapun yang mengamalkan bela diri untuk selalu memperhatikan “sikap 5” yaitu :

1. Jangan cepat puas.

2. Jangan suka pamer.

3. Jangan merasa paling jago.

4. Jangan suka mencari pujian dan

5. Jangan menyakiti orang lain.

Dan perlu diingat, perkembangan pencak silat sebagai dasar dari tenaga dalam itu, baik pelaku maupun keilmuannya dapat berkembang karena silaturahmi antar tokoh, mulai dari silat Pagar Ruyung Padang yang dibawa H Qosim (Syahbandar), Bang Kari dan Bang Madi yang merangkum silat Betawi dengan Kung Fu, juga Abah Khoir dengan Cimandenya, RH. Ibrahim dengan Cikalongnya.

Rangkapan Fisik

Setiap perguruan tenaga dalam memberikan sumbangsih tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Margaluyu menorehkan tinta emas sebagai perguruan tua yang banyak mengilhami hampir sebagian besar perguruan di Indonesia, dan cabang-cabang dari perguruan ini banyak berjasa bagi pengembangan tenaga dalam yang ilmiah dan universal.

Sin Lam Ba, Al-Hikmah, Silat Tauhid Indonesia berjasa dalam memberikan nafas religius bagi pesertanya, dan aliran Nampon berjasa dalam memberikan semangat bagi para pejuang di era kemerdekaan.

Terlepas dari sisi positif dari aliran-aliran besar itu, pengembangan aliran tenaga dalam yang kini masih memilih corak pengembangan bela diri dan kesaktian itu justru mendapat kritik dari para pendahulunya.

Pada tahun 1984 Alm. Sidik murid dari H Abdul Rosyid saat berkunjung ke wilayah Pati utara dan menyaksikan cara betarung (peragaan) suatu perguruan “pecahan” dari Budi Suci, menyayangkan kenapa sebagian besar dari siswa perguruan tenaga dalam itu sudah meninggalkan teknik silat (fisik) sebagai basic tenaga dalam.

Artinya, saat diserang mereka cenderung diam dan hanya mengeraskan bagian dada/perut. Kebiasaan ini menurutnya suatu saat akan menjadi bumerang saat harus menghadapi perkelahian diluar gelanggang latihan. Karena saat latihan hanya dengan “diam” saja sudah mampu mementalkan penyerang hingga memberikan kesan bahwa menggunakan tenaga dalam itu mudah sekali.

Mereka tidak sadar bahwa dalam perkelahian di luar gelanggang latihan itu, suasananya berbeda. Dalam arena latihan yang dihadapi adalah teman sendiri yang sudah terlatih dalam menciptakan emosi (amarah).

Cara bela diri memanfaatkan tenaga dalam yang benar menurut Alm. Sidik sudah dicontohkan oleh Nampon saat ditantang jawara dari Banten dan saat akan dicoba kesaktiannya oleh KM Tamim. Yaitu, awalnya mengalah dan berupaya menghindar namun ketika lawan masih memaksa menyerang, baru dilayani dengan jurus silat secara fisik, menghindar, menangkis dan pada saat yang dianggap tepat memancing amarah dengan tamparan ringan dan setelah penyerang emosi, baru menggunakan tenaga dalam.

Pola pembinaan bela diri yang tidak lengkap yang hanya fokus pada sisi batin saja, sering menjadi bumerang bagi mereka yang sudah merasa memiliki tenaga dalam sehingga terlalu yakin bahwa bagaimanapun bentuk serangannya, cukup dengan diam (saja) penyerang pasti mental. Dan ketika mereka menghadapi bahaya yang sesungguhnya, ternyata menggunakan tenaga dalam tidak semudah saat berlatih dengan teman seperguruannya.

Fenomena pembinaan yang sepotong-potong ini tidak lepas dari keterbatasan sebagian guru yang pada umumnya hanya pernah “mampir” di perguruan tenaga dalam. Sidik mengakui banyak orang yang belajar di Budi Suci hanya bermodal “jurus dasar” saja sudah banyak yang berani membuka perguruan baru. Padahal dalam Budi Suci itu terdapat 3 tahapan jurus. Yaitu, Dasar Jurus – Jodoh Jurus dan Kembang Jurus (ibingan).

Karena tergesa-gesa ingin membuka aliran baru itu menyebabkan siswa sering tidak siap disaat harus menggunakan tenaga dalamnya. Dan Yosis Siswoyo dari Bandar Karima memberikan konsep bahwa keberhasilan memanfaatkan tenaga dalam ditentukan dari prinsip “min-plus” yang dapat diartikan : Biarkan orang berniat jahat (marah), aku memilih untuk tetap bertahan dan sabar.

Karena itu pembinaan fisik, teknik bela diri fisik, teknik, kelenturan, refleks dan mental bertarung perlu ditanamkan terlebih dahulu karena kegagalan memanfaatkan tenaga dalam lebih disebabkan mental yang belum siap sehingga orang ingat punya jurus tenaga dalam setelah perkelahian itu sudah usai.

Berdasarkan pengamatan, tenaga dalam berfungsi baik justru disaat pemiliknya “tidak sengaja” dan terpaksa harus bertahan dari serangan orang yang berniat jahat. Dan tenaga dalam itu sering gagal justru disaat tenaga dalam itu dipersiapkan sebelumnya untuk “berkelahi” dan akan lebih gagal total jika tenaga dalam itu digunakan untuk mencari masalah.

Tenaga dalam harus bersifat defensif atau bertahan. Biarkan orang marah dan tetaplah bertahan dengan sabar dan tak perlu mengimbangi amarah. Sebab jika pemilik tenaga dalam mengimbangi amarah, maka rumusnya menjadi “plus ketemu plus” yang menyebabkan energi itu tidak berfungsi. Dan dalam hal ini Budi Suci menjabarkan konsep “min – plus” itu dengan

* sikap membiarkan lawan “budi” (bergerak/amarah) dan
* tetap mempertahankan “suci” (sabar, tenang).

Memposisikan diri tetap bertahan (sabar) sangat ditentukan tingkat kematangan mental. Dan pada masa Nampon dan H Abdul Rosyid, tenaga dalam banyak berhasil karena dipegang oleh pendekar yang sudah terlatih bela diri secara fisik (sabung) sehingga saat menghadapi penyerang mentalnya tetap terjaga.

Sekarang semua sudah berubah. Orang belajar tenaga dalam sudah telanjur yakin bahwa serangan lawan tidak dapat menyentuh sehingga fisik tidak dipersiapkan menghindar atau berbenturan. Dan karena tidak terlatih itu disaat melakukan kontak fisik, yang muncul justru rasa takut atau bahkan mengimbangi amarah hingga keluar dari konsep “min-plus”.

Tenaga Dalam Pantura

Perkembangan tenaga dalam di wilayah eks Karisedenan Pati tak lepas dari peran Perguruan Satya dibawah asuhan alm. Soeharto – Semarang.

Satya berkembang di wilayah Pati awalnya dibawa oleh murid Soeharto bernama Subiyanto asal Jepara. Namun Subiyanto kemudian membuat perguruan Mustika. Walau perguruan ini hanya muncul sesaat kemudian tidak terdengar lagi.

Pada akhir tahun 70-an Satya masuk wilayah Pati dengan corak yang saat itu dianggap tabu karena berlatih pada tempat terbuka pada siang hari. Ini berbeda dengan aliran lain yang memilih berlatih secara sembunyi-sembunyi.

Satya lebih mudah diterima masyarakat karena sifatnya yang terbuka, lebih njawani dan tidak bernaung dibawah partai politik tertentu bahkan menerima anggota dari semua agama, walau dalam ritualnya Satya tidak jauh beda dengan aliran Budi Suci yang dikembangkan oleh Bang Ali yang saat itu juga banyak berkembang di Jawa Tengah.

Kesamaan Satya dengan Budi Suci disebabkan alm. Soeharto mengenal jurus tenaga dalam itu berasal dari Yusuf di Tanjung Pinang, dan Yusuf adalah murid dari alm. Sidik, salah satu dari murid H Abdul Rosyid sang pendiri aliran Budi Suci.

Dalam lingkup pergruannya, Soeharto hampir tidak pernah menyebut-nyebut nama Yusuf sebagai sang guru. Ini disebabkan adanya hal yang sangat pribadi berkaitan dengan sang guru yang WNI keturunan itu. Justru Soeharto lebih sering menyebut nama Sidik, walau pertemuan keduanya itu baru berlangsung diawal tahun 80-an.

Ketika beberapa pengurus Satya di Sirahan, Cluwak berhasil menemukan Sidik di Cilincing, Jakarta Utara, lalu diboyong untuk meneruskan pembinaan dari anggota Satya yang saat itu sudah pasif dari berbagai kegiatan perguruan.

Kehadiran Sidik ke Sirahan ibarat meneruskan pelajaran lanjutan yang tidak terdapat pada kurikulum Satya. Selain pembaharuan dalam jurus dasar juga meneruskan pada materi Jodoh Jurus dan Kembang Jurus ciptaan oleh Abah Khoir sang pendiri Cimande dan sebagian sudah digubah oleh H Abdul Rosyid.

Sejarah tentang tenaga dalam perlu diketahui oleh mereka yang mengikuti suatu aliran tenaga dalam. Ketidaktahuan tentang sejarah itu dapat menggiring seseorang bersikap kacang lupa kulit, bahkan memunculkan “anekdot spiritual” sebagaimana dilakukan seorang guru tenaga dalam yang karena ditanya murid-muridnya dan ia tidak memiliki jawaban lalu menjelaskan bahwa orang-orang yang ditokohkan dalam perguruan itu dengan jawaban yang mengada-ada.

Misalnya, Saman adalah seorang Syekh dari Yaman, Madi disebut sebagai Imam Mahdi, Kari adalah Imam Buchori, Subandari adalah Syeh Isbandari. Dan jawaban seperti itu tidak memiliki dasar dan konon hanya berdasarkan pada kata orang tua semata.(Dari berbagai sumber)
 
@atas

Thank infonya..jadi rajin inget-inget lagi
 
bang judi ada bku panduan-na g?
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.